Hanung Meninggalkan RumahHesti dan Hanung duduk di depan bu Suseno. Hesti terlihat menggendong Bintang yang sedang asik bermain dengan boneka popeye kesukaannya, boneka yang dia dapat sewaktu merayakan ulang tahun, pemberian salah seorang tamu.“Apa yang ingin kalian katakan? sepertinya sangat penting,” ucap bu Suseno.“Se-sebenarnya,” ucap Hanung terhenti.“Ada apa? apa kalian akan memiliki bayi lagi? Mentang mentang naik jabatan, kalian merasa siap mengurus tiga anak,” ucap bu Suseno dengan pemikirannya sendiri.“Bu-bukan itu bu,” ucap Hanung.“Lalu apa yang ingin kalian bicarakan? Seperti ada yang serius saja,” ucap bu Suseno.“Se-sebenarnya kita memutuskan untuk, untuk,” ucap Hanung kembali terhenti. Bu Suseno terlihat mengarahkan matanya dengan serius, siap mendengarkan apa yang akan Hanung katakan.“Kami memutuskan untuk bercerai,” ucap Hesti mengambil alih.“Apa!” teriak bu Suseno yang membuat Bintang melepaskan bonekanya, lalu menangis karena boneka itu terjatuh.“Cup cup say
Berjuang Sendiri Dalam KelegaanHesti berusaha tetap tegar, menghadapi segala kerumitan dalam hidupnya. Dia sudah berada dalam level menerima dengan segala kondisi. Apapun yang terjadi, apapun yang harus dihadapi dia sudah siap.Hesti fokus dengan anak anaknya, juga pekerjaan yang mulai menjadi penyalur luka. Dia berusaha menutupi lukanya, dengan bekerja dengan sebaik mungkin, karena dia tahu, dia tidak mungkin bisa melupakan atau menghapus luka itu.Hesti menyiapkan sidang perceraian bu Anna, juga perceraiannya. Dia harus profesional, sebaik mungkin, menyelesaikan kasus yang sudah diambilnya.“Bu Anna, semua berkas sudah beres, sidang perceraian bu Anna akan dilaksanakan minggu depan, ini salinan berkasnya, di dalam sudah ada catatan jadwal pelaksanaan sidangnya,” ucap Hesti seraya menyerahkan amplop besar berwarna coklat. Hesti, bu Anna dan bu Rt terlihat sedang berada di rumah bu Anna.“Apa bu Anna benar benar sudah yakin dengan keputusan yang bu Anna ambil? Hanya bercerai tanpa in
Dilema KDRT Kadang Sendiri Lebih BaikBu Anna terlihat mengusap wajahnya, sebagai tanda syukur yang luar biasa. Dia berada di dalam ruang sidang, sidang perceraiannya dengan sang suami yang merupakan pelaku KDRT.“Selamat bu Anna, akhirnya bu Anna memenangkan hak asuh anak,” ucap bu RT.“Suami bu Anna tidak memberikan komentar apapun, dia menerima dengan baik,” lanjut bu RT.“Ini semua karena bu Hesti bu, bu Hesti berjuang keras,” ucap bu Anna.“Iya, bu Anna akan mulai membuka lembaran baru, semoga mulai sekarang semuanya baik baik saja,” ucap bu RT yang kemudian memeluk bu Anna.Hesti terlihat mengulaskan senyum, dia masih dalam balutan pakaian kebesaran berwarna hitam. Dia benar benar terlihat bersinar, kemampuannya memang belum redut, dia membuktikannya hari ini.Hesti terlihat sudah ada di kantornya, dia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum janji ketemu dengan bu Anna dan bu RT.“Selamat,” ucap Evan.“Terimakasih, semua ini juga karena dukunganmu,” ucap Hesti.“Kamu yang berus
Terlambat MengertiHanung selesai mandi, dia mendapati Tania masih terlelap dalam tidur.“Kamu tidak ingin bangun? Ini sudah jam enam,” ucap Hanung seraya menggosok rambutnya yang basah dengan handuk berwarna putih bersih.“Ah, aku masih ngantuk, ini hari minggu, biarkan aku tidur lebih lama,” ucap Tania dengan mata yang masih terpejam.“Walaupun hari minggu, kamu tetap harus bangun pagi, mandi dan menyiapkan makan pagi,” ucap Hanung.“Belilah di luar,” ucap Tania yang kemudian membalikkan tubuh dan memeluk guling. Dia melanjutkan tidurnya tanpa mempedulikan Hanung.Hanung hanya bisa menghela nafas panjang, mungkin Tania memang lelah, dia berusaha untuk memaklumi itu.“Baiklah, aku akan lari pagi,”” ucap Hanung.“Ya, pergilah, bersenang senanglah,” ucap Tania lirih, masih dengan mata tertutup.Hanung bersiap untuk lari pagi, dia memakai setelan baju olahraga berwarna putih dengan garis hitam di bagian samping.Di taman Lavender, terlihat Hesti dan kedua putranya duduk di taman, berala
Lembaran BaruHesti dan Hanung keluar dari gedung pengadilan agama. Mereka sama sama menghela nafas panjang, ada kelegaan di mata Hesti juga Hanung, bedanya Hanung seperti menyimpan sesuatu yang mendalam di hatinya.Perceraian ini memang butuh waktu cukup lama, tidak semudah yang dibayangkan, hingga akhirnya terbit kertas merah yang menandakan bahwa mereka sah bercerai menurut agama dan negara.Hanung melihat Hesti, mengamati dengan seksama. Setelah enam bulan berpisah, Hesti terlihat lebih cantik, wajahnya bersih, riasannya alami namun seperti polesan profesional. Postur tubuhnya juga lebih ideal, sepertinya dia sukses menurunkan berat badan, entah sengaja menurunkan berat badan atau karena begitu banyaknya masalah yang dia alami, menggerogoti hati juga berat badannya.Sebagai pengacara, diapun harus memperhatikan penampilan, pakaian yang dipakai, apapun yang terlihat dari dirinya sebagai visual pertama yang orang tangkap ketika melihatnya.Hesti menoleh ke arah Hanung, seketika Hanu
KebahagiaanHesti terlihat sibuk menata beberapa makanan di atas meja.“Mamah, mau ada pesta?” tanya Adam.“Pesta? tidak Sayang, mamah hanya memasak untuk ayah uncle Evan,” ucap Hesti.“Ayah uncle Evan?” tanya Adam.“Iya, Adam bisa memanggilnya dengan, hmmm, kakek mungkin atau grandpa,” ucap Hesti seraya tersenyum. "Apa uncle Evan benar benar akan menjadi papah Adam? Adam senang sekali mamah, Adam sayang sekali sama uncle Evan," ucap Adam.Hesti membulatkan matanya, dia kaget dengan apa yang Adam katakan. Belum sempat dia menanyakan apa yang baru saja Adam katakan, tiba tiba terdengar suara bel bunyi, bel yang ada di depan pintu gerbang.“Adam, sepertinya ada tamu, apa mungkin uncle Evan sudah datang ya?” ucap Hesti.“Biar Adam lihat,” ucap Adam yang kemudian segera beranjak ke luar rumah.“Mamah ada kakek dan nenek,” teriak Adam. Hesti mengerutkan dahi, lalu berpikir sejenak.“Ayah dan ibu?” bisiknya. Hesti segera melepas apron yang di pakainya, lalu menyusul ke depan.“Ayah, ibu,”
TerasingHesti terlihat menemui Hanung setelah kedua orang tuanya masuk ke dalam rumah.“Ada perlu apa mas, Bintang sudah tidur dan Adam juga mau tidur, ini sudah malam,” ucap Hesti.“Apa kamu tidak mempersilahkan aku untuk masuk?” tanya Hanung.“Maaf mas, bukannya aku tidak mengizinkanmu untuk masuk, tapi waktunya tidak tepat,” ucap Hesti.“Apa secepat itu kamu akan menikah lagi?” tanya Hanung kesal. Hesti hanya diam, dia memilih untuk tidak menjawab apa yang Hanung tanyakan.“Sebaiknya mas pulang, datanglah di hari minggu pagi atau siang ketika anak anak di rumah,” ucap Hetsi.“Baiklah, aku akan pergi, aku tidak menyangka, jangan jangan kamu sudah punya hubungan dengan pria itu,” ucap Hanung.Hesti menarik nafas panjang, dia berusaha untuk tidak terpancing emosi dari apa yang Hanung ucapkan.Hanung meninggalkan rumah Hesti, terlihat begitu kesal.“Bu Hesti, itu pak Hanung?” tanya bu Anna.“Saya melihat mobil pak Hanung sudah parkir di sana sejak tadi, sewaktu saya dan bu RT datang,
Berusaha Meyakinkan DiriHanung mencoba memahami dirinya sendiri, dia berusaha yakin dengan pilihannya, Tania adalah wanita yang sempurna, tidak mungkin dia menyesali itu. Cantik, pekerja keras, selalu merawat diri, dia juga mulai memahami cara untuk menjadi seorang istri.“Aku harus menunggu hingga menjadi direktur utama, lalu dia akan menikah denganku, seperti itu,” ucap Hanung, lalu dia mulai memakan nasi uduk yang sudah disiapkan oleh Tania.“Hah, memang lebih enak buatan Hes, ah,” ucapnya berusaha mengelak apa yang dia pikirkan. Dia tidak boleh lagi mengingat Hesti, Hesti adalah bagian dari masa lalunya, tidak perlu lagi diingat ingat.“Aku tidak akan menoleh ke belakang, tidak akan, tidak akan pernah,” ucap Hanung yakin.“Sebaiknya aku fokus, bagaimana caranya supaya aku bisa secepat mungkin menjadi direktur utama supaya bisa membuktikan kepada Hesti bahwa wanita yang aku nikahi jauh lebih baik darinya, ribuan kali lipat,” ucap Hanung kesal.Secara tidak sadar, Hanung masih begi
Akhir Kisah Istri pak Jeff terlihat menghela nafas panjang. “Pak Hanung, asal kamu tahu, Tania adalah perusak rumah tangga saya sejak lama, sangat lama. Saya hanya diam, demi menjaga hubungan saya dengan suami. Namun saya tahu betul apa yang sudah mereka lakukan. Mereka mengkhianati saya dan Tania mendapat semua hal dari suami saya, salah satunya apartemen yang sekarang pak Hanung tempati,” ucap istri pak Jeff. “Apa?” ucap Hanung kaget. “Bahkan demi menutupi kebusukan mereka, Tania rela menikah dengan pria baik baik, memanfaatkannya untuk menutupi skandal mereka,” ucap istri pak Jeff. “Tuhan Maha Baik, akhirnya suami saya sadar, walaupun membutuhkan waktu lama. Saya rasa Tania sudah punya sasaran lain, pak Hanung dan pak Hanung bahkan rela meninggalkan anak dan istri demi wanita itu,” ucap istri pak Jeff. “Seharusnya pak Hanung tidak melakukan itu, kenapa menukar ham berharga dengan sesuatu yang sudah using, bahkan mungkin tidak ada harganya lagi karena sudah pernah dimiliki bany
Membuka TabirHesti mengompres wajah Evan yang memar, akibat hantaman bogem mentah Hanung, mantan suaminyanya.“Au,” teriak kecil Evan.“Sakit?” tanya Hesti.“Ya, tentu saja, tapi rasanya tidak lagi sakit karena kamu mengurusku,” ucap Evan.“Kamu ini,” ucap Hesti seraya menyentuh luka Evan.“Au sakit, serius,” ucap Evan.“Oh maaf maaf,” ucap Hesti.“Aku tidak menyangka mas Hanung jadi senekat itu mas, padahal dia dulu tidak pernah memukul orang, aku tidak mengerti,” ucap Hesti.“Mungkin dia depresi dengan semua masalahnya, juga fakta bahwa dia tidak bisa mengambil anaknya,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja mas. Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anak bukan barang, dia boleh menemui putranya tapi tidak untuk mengambilnya bersamanya,” ucap Hesti.“Ya, akupun tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ucap Evan.“Sebenarnya ada ucapannya yang aku amini,” lanjut Evan.“Apa itu?” tanya Hesti.“Memiliki anak denganmu,” ucap Evan.Hesti terdiam, dia melihat kearah Evan dengan pandangan
Muslihat TaniaTania terlihat menemui mantan direktur Jeff, di sebuah kafe. Mereka sudah merencanakan pertemuan ini.“Untuk apa kamu ingin menemuiku?” Tanya direktur Jeff yang menemui Tania di sebuah kafe.“Saya minta pak Jeff mencabut laporan apapun,” ucap Tania. Mendengar hal itu, pak Jeff terlihat menyeringai.“Apa yang kamu katakan? Apa saya tidak salah?” Tanya pak Jeff.“Ya, saya tahu, pak Jeff sudah melewati banyak hal, tapi sebaiknya pak Jeff menghentikan semuanya sebelum kegaduhan yang lain terjadi,” ucap Tania sedikit dengan nada ancaman.“Kamu tahu, karena ulahmu saya harus melewati banyak hal, memalukan. Polisi sedang memburu orang yang menyebarkan video itu, bersiaplah,” ucap pak Jeff.“Apa? Bersiap?” ucap Tania yang kemudian tertawa.Tania terlihat mengambil sebuah penyimpan data dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja.“Bapak tahu ini apa? Jujur saja, selain bersama saya, saya tahu bapak bersama dengan orang lain. Ini video bapak bersama beberapa orang, ada di banya
Luluh Dengan Rayuan“Aku mencintaimu mas, amat sangat mencintaimu. AKu bahkan rela menahan semua perasaan demi menunggumu lepas dari semua masalah yang sedang kamu hadapi. Aku harap kamu tidak melupakan itu mas. Semua yang kamu katakana adalah masa lalu, aku minta maaf,” ucap Tania dengan wajah memelas.“Tapi, tapi kamu benar benar keterlaluan,” ucap Hanung.“Maafkan aku mas, mungkin dulu aku pernah berada di jalan yang salah, aku sungguh sungguh minta maaf,” ucap Tania.“ Aku sungguh sungguh mas, aku sangat mencintaimu. Saat ini kamu adalah segalanya, segalanya,” ucap Tania yang terlihat mulai berlutut di depan Hanung.Hanung kaget, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia melihat keseriusan di wajah Tania, hatinya luluh, karena sejujurnya dia pun begitu mencintai Tania.“Apa kamu sungguh sungguh?” tanya Hanung.“Tentu saja, aku sangat sungguh sungguh, aku mencintaimu mas, bahkan aku menerimamu dengan segala hal yang ada pada dirimu. Bahkan walaupun kamu adalah mantan narapida
Dua Laki-LakiEvan duduk di sebuah sofa, sofa empuk di ruangan presdir Ivanka.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Aku bisa menyiapkan makan siang,” ucap Ivanka seraya menyuguhkan sebotol air mineral dingin.“Itu tidak akan menjadi kejutan, aku hanya ingin mengunjungimu,” ucap Evan.“Benarkah?” tanya Ivanka.“Tidak ada alasan lain?” lanjut Ivanka yang kemudian duduk di sebelah Evan.“Hmmm, sebenarnya aku ingin bertemu dengan Hanung. Aku dengar dia sudah mulai bekerja hari ini,” ucap Hanung.“Ya, begitulah,” ucap Ivanka.“Kamu benar benar berjiwa besar, kamu masih bisa menerimanya,” ucap Evan.“Citra perusahaan ini akan jatuh jika aku memecatnya. Ya, memang aka nada yang menghujat, tidak setuju dengan keputusanku, namun akan lebih banyak yang memahami. Ini semua juga demi nama baik Hesti,” ucap Ivanka.“Baiklah, aku mengerti, aku akan menemuinya, ada hal yang harus aku bicarakan,” ucap Evan.“Aku akan memintanya ke sini, anggaplah kantormu sendiri,” ucap Ivanka.“Baiklah,” ucap Evan sera
Berita BurukHesti berdiri dari posisi duduknya, menatap Hanung dengan pandangan tajam, menusuk, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Apa maksudmu mas? Iya, aku memang sekali lagi berusaha untuk melupakan semuanya, memaafkanmu sebagai ayah dari anak anakku, tapi apa maksudmu dengan mengambil satu anak?” ucap Hesti.“Ya, kamu bisa merawat anakmu, bukan dengan cara mengambilnya dariku. Aku ibunya, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang ibunya, perawatan ibunya,” ucap Hesti.“Ya, aku tahu, tapi setelah peristiwa kemarin, aku jadi sadar, aku harus menjadi ayah yang baik,” ucap Hanung yang juga berdiri.“Bukan begitu caranya mas, kira rawat anak anak bersama, kamu tetap akan menjadi ayahnya, namun aku akan merawat mereka, aku tidak akan membiarkanmu mengambil mereka mas,” ucap Hesti dengan mata yang mulai berair.“Aku tetap akan mengambil mereka, entah Adam atau Bintang. Tania sudah setuju, dia akan berusaha menjadi ibu sambung yang baik,” ucap Hanung.“Mas, dengarka
Cinta Tetaplah CintaBram terlihat kembali masuk ke dalam kantor Ivanka, dengan membawa kotak makanan berisi nasi putih yang dibelinya dari kantin.“Ini dia, ayo kita makan,” ucap Bram antusias.“Kamu lama tinggal di luar negeri tapi tetap saja tidak bisa makan tanpa nasi,” ucap Bram seraya tersenyum.“Ya, itu benar sekali,” ucap Ivanka.“Apalagi makanan seperti ini, tidak lengkap tanpa nasi,” lanjut Ivanka.Mereka berdua terlihat menikmati makanannya, dari wajah mereka tergambar jelas ekspresi bahagia, mereka benar benar menyukai masakan Hesti.“Enak sekali, dia memang tidak pernah gagal,” gumam Ivanka.“Oh iya Bram, kamu tahu, aku tidak bisa memasak,” ucap Ivanka.“Tidak apa apa, masih banyak restoran yang buka,” ucap Bram santai seraya tetap menikmati makanannya.“Aku juga tidak pandai membersihkan rumah, melakukan pekerjaan rumah dan sejenisnya,” ucap Ivanka.“Tidak masalah, sekarang jasa pembersih rumah sudah sangat banyak tersedia,” ucap Bram masih dengan santainya.“Akku juga,
Mereka Masih Tetap BersamaHanung menemui bu Ivanka di kantornya.“Bu Ivanka, saya mohon beri saya kesempatan. Saya akan bekerja dengan sebaik baiknya, saya tidak akan membuat perusahaan malu, saya berjanji,” ucap Hanung dengan sangat serius.Ivanka hanya menatap Hanung seraya mengulaskan senyum.“Benarkah?” Tanya Ivanka.“Ya, berikan saya kesempatan, saya akan bekerja sebaik mungkin,” ucap Hanung dengan nada memohon.“Saya tahu, pak Hanung mungkin tidak bersalah, tapi, apa pak Hanung yakin akan bekerja dengan baik? Apalagi pak Hanung sepertinya tidak bisa membedakan antara pekerjaan dan urusan pribadi,” ucap Ivanka.“Tidak, bu Ivanka salah dalam menilai saya, saya sangat professional,” ucap Hanung.“Benarkah? Pak Hanung tidak apa apa bekerja di perusahaan milik adik ipar mantan istri pak Hanung?” Tanya Ivanka seraya memusatkan sorot mata pada lawan bicaranya.“Mak-maksud bu Ivanka?” Tanya Hanung.“Pak Hanung tidak lupa bukan bahwa saya adalah adik dari laki laki yang akan menikah den
Keluarga Yang Luar BiasaEvan, Hesti dan kedua anaknya turun dari mobil, tepat di depan rumah mewah milik keluarga Hartawan.“Ini rumah uncle Evan?” Tanya Adam pada Evan yang berdiri di sampingnya.“Iya, Adam, kita akan bertemu dengan orang tua uncle, nanti panggil grandma dan grandpa ya,” ucap Evan.“Benarkah? Jadi Adam punya kakek nenek baru?” Tanya Adam antusias.“Iya, Adam akan punya kakek dan nenek baru,” ucap Evan seraya tersenyum.Hesti yang sedang menggendong Bintang terlihat hanya mengulaskan senyum, lebih ke pada senyum kelegaan, penuh rasa syukur karena dia memiliki laki laki hebat seperti Evan yang seolah dengan mudah mengambil hati anak anaknya.“Ayo kita masuk,” ajak Evan.Mereka berempat masuk ke dalam rumah mewah itu. Ada sedikit rasa cemas di hati Hesti, walaupun ini bukan kali pertama anak anaknya bertemu dengan orang tua Evan, namun mereka belum menyapa secara pribadi, belum ada obrolan pribadi yang mendekatkan antara kedua calon keluarga, kakek nenek dan cucu angka