TerasingHesti terlihat menemui Hanung setelah kedua orang tuanya masuk ke dalam rumah.“Ada perlu apa mas, Bintang sudah tidur dan Adam juga mau tidur, ini sudah malam,” ucap Hesti.“Apa kamu tidak mempersilahkan aku untuk masuk?” tanya Hanung.“Maaf mas, bukannya aku tidak mengizinkanmu untuk masuk, tapi waktunya tidak tepat,” ucap Hesti.“Apa secepat itu kamu akan menikah lagi?” tanya Hanung kesal. Hesti hanya diam, dia memilih untuk tidak menjawab apa yang Hanung tanyakan.“Sebaiknya mas pulang, datanglah di hari minggu pagi atau siang ketika anak anak di rumah,” ucap Hetsi.“Baiklah, aku akan pergi, aku tidak menyangka, jangan jangan kamu sudah punya hubungan dengan pria itu,” ucap Hanung.Hesti menarik nafas panjang, dia berusaha untuk tidak terpancing emosi dari apa yang Hanung ucapkan.Hanung meninggalkan rumah Hesti, terlihat begitu kesal.“Bu Hesti, itu pak Hanung?” tanya bu Anna.“Saya melihat mobil pak Hanung sudah parkir di sana sejak tadi, sewaktu saya dan bu RT datang,
Berusaha Meyakinkan DiriHanung mencoba memahami dirinya sendiri, dia berusaha yakin dengan pilihannya, Tania adalah wanita yang sempurna, tidak mungkin dia menyesali itu. Cantik, pekerja keras, selalu merawat diri, dia juga mulai memahami cara untuk menjadi seorang istri.“Aku harus menunggu hingga menjadi direktur utama, lalu dia akan menikah denganku, seperti itu,” ucap Hanung, lalu dia mulai memakan nasi uduk yang sudah disiapkan oleh Tania.“Hah, memang lebih enak buatan Hes, ah,” ucapnya berusaha mengelak apa yang dia pikirkan. Dia tidak boleh lagi mengingat Hesti, Hesti adalah bagian dari masa lalunya, tidak perlu lagi diingat ingat.“Aku tidak akan menoleh ke belakang, tidak akan, tidak akan pernah,” ucap Hanung yakin.“Sebaiknya aku fokus, bagaimana caranya supaya aku bisa secepat mungkin menjadi direktur utama supaya bisa membuktikan kepada Hesti bahwa wanita yang aku nikahi jauh lebih baik darinya, ribuan kali lipat,” ucap Hanung kesal.Secara tidak sadar, Hanung masih begi
Gertakan TaniaTania terlihat berdiri di depan ruang direktur utama, pak Jeff. Tania terlihat menarik nafas panjang, lalu mengetuk pintu itu.“Tok, tok, tok,” suara ketukan pintu.“Masuk,” teriak pak Jeff dari dalam ruang kerjanya. Setelah mendengar suara itu, Tania segera masuk ke dalam ruang kerja pak Jeff.“Ada apa?” tanya pak Jeff setelah melihat Tania masuk ke dalam ruangannya.“Kenapa? aku karyawan di bawahmu, ingin mengunjungi direkturnya,” ucap Tania.“Ka-kamu tidak memiliki kepentingan denganku, jadi sebaiknya segera keluar,” ucap pak Jeff.“Hmmm, kamu mengusirku?” tanya Tania.Pak Jeff terlihat mengamati Tania dengan serius, lalu menarik nafas panjang.“Apa lagi yang kamu inginkan, aku sudah menuruti apa yang menjadi keinginanmu,” ucap pak Jeff.“Hmmm, kenapa membicarakan itu,” ucap Tania yang terlihat mulai mendekat ke arah pak Jeff.“Apa yang kamu inginkan,” ucap pak Jeff yang terlihat memundurkan tubuhnya ketika Tania sudah mulai begitu dekat dengan tubuhnya. Kemudian Tan
Kemajuan dalam hubungan“Bram, mau menemaniku ke kedai? kita sudah lama tidak minum kopi bersama,” tanya Hanung pada Bram di jam pulang kantor.“Hari ini? wah maaf sekali Hanung, aku sudah ada janji,” ucap Bram yang terlihat sibuk membereskan barang barangnya.“Tumben sekali, biasanya kamu tidak pernah sibuk di akhir pekan,” ucap Hanung.“Ya, mungkin sekarang saatnya aku sibuk,” ucap Bram yang kemudian mengulaskan senyum.“Apa kamu punya pacar? kenapa tidak memberitahuku?” tanya Hanung.“Hmmm, belum resmi, baru pendekatan,” ucap Bram. Dia terlihat meraih gelas berisi air putih yang ada di atas meja kerjanya.“Apa itu bu Ivanka?” tanya Hanung.“A-apa? bu-bu Ivanka?” tanya Bram.“Ya, aku sempat melihatmu bersama dia,” ucap Hanung.“Hmmm, seperti yang pernah aku ceritakan. Aku dan bu Ivanka memang saling mengenal secara pribadi,” ucap Bram.“Sepertinya kamu mulai banyak menyembunyikan sesuatu,” ucap Hanung seraya melihat ke arah Bram dengan sangat serius.“Sesuatu? ti-tidak,” ucap Bram g
Berusaha Tenang Di Dalam Bara ApiEvan menatap tajam ke arah Hanung yang seolah seenaknya sendiri dalam menyebut mantan istrinya. Mantan istri yang sekarang sudah menjadi tunangannya, seorang calon istri.“Ya, mungkin sudah tidak berharga lagi untukmu, tapi sangat berharga bagiku,” ucap Evan.“Hah, berharga,” gumam Hanung.“Silahkan, ini minuman pesanan kalian,” ucap bartender.“Pak Evan, apa kabar, sudah lama juga tidak datang,” ucap bartender yang ternyata juga mengenal Evan.“Ya, sepertinya akan sering datang, minuman buatanmu sangat enak,” ucap Evan.“Ah, aku akan datang bersama calon istriku,” lanjut Evan.“Wah, akhirnya, saya akan menantikan hari itu, akan saya berikan dua minuman gratis untuk kalian,” ucap bartender seraya tersenyum.“Dia pasti wanita yang sangat beruntung,” lanjut bartender.“Tidak, aku yang beruntung karena memilikinya, walaupun belum menjadi istri, aku pastikan tidak akan melepaskannya,” ucap Evan yakin seraya melirik ke arah Hanung.“Luar biasa,” ucap barte
Pertemuan RutinHesti terlihat sudah berada di sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari kediamannya, sepertinya dia menunggu seseorang. Beberapa menit setelah itu, muncul bu Anna dan bu RT, memasuki kafe itu, rupanya mereka bertiga janji bertemu di kafe itu, di hari minggu, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terjadi.“Bu Hesti,” ucap bu Anna dari jauh seraya melambaikan tangan. Bu RT terlihat begitu bahagia, mereka berdua berjalan mendekat ke arah Hesti yang lebih dulu datang.“Akhirnya kita bisa pergi bertiga, ya walaupun hanya di dekat rumah saja,” ucap bu RT yang kemudian duduk di hadapan Hesti.“Akhirnya kita bisa hangout bareng, wah sangat menyenangkan,” ucap bu RT.“Padahal kita sudah tua tua ini tapi malah nongkrong,” ucap bu Anna seraya tersenyum sumringah.“Dengan bersama, great things can happen, togetherness is strength and courage,” ucap bu RT.“Ayo kita pesan makanan dan minuman, hari ini saya yang akan mentraktir,” ucap bu RT.“Wah terimakasih bu RT,” ucap bu Anna.“W
Sebuah Kasih SayangHesti turun dari mobil bu RT.“Terimakasih bu RT untuk traktirannya dan juga skincare nya,” ucap Hesti setelah turun dari mobil.“Sama sama bu Hesti,” ucap bu RT dari atas mobil.“Dah,” ucap Hesti seraya melambaikan tangan.“Dada bu Hesti,” ucap bu Anna yang juga berada di atas mobil. Mobil bu RT melaju, Hesti terlihat menghela nafas panjang.“Bersyukur memiliki teman baik seperti mereka,” ucap Hesti yang kemudian segera masuk ke dalam rumah.Hesti berhenti di depan pintu, dia melihat kedua putranya sedang bermain dengan seseorang yang bukan seperti sebelumnya, bukan bu Puji ataupun bu Ratih yang biasanya membantunya.“Evan,” ucap Hesti lirih. Hesti melihat Adam menaiki punggung Evan, seperti sedang menaiki kuda. Bintang yang sudah bisa berjalan terlihat begitu bahagia berdiri di samping kakaknya, sesekali meraih punggung Evan, ingin juga naik ke atas punggung itu.“Mamah,” teriak Adam yang kemudian segera turun dari punggung Evan dan berlari ke arah Hesti.“Adam,”
Kelicikan TaniaDi apartemen Tania, Hanung terlihat berada di depan televisi.“Bosan sekali tidak melakukan apa apa, apa aku ke tempat Adam dan Bintang ya,” gumam Hanung.Hanung terlihat hendak berdiri dari tempat duduknya.“Mau ke mana kamu mas?” tanyaa Tania.“Hmmm, aku? a-aku ingin keluar sebentar, bosan tidak melakukan apa apa,” ucap Hanung.“Kamu tadi joging kan, kenapa masih bosan?” tanya Tania.“Hmmm, tidak apa apa, hanya ingin keluar saja,” ucap Hanung.“Apa kamu ingin menemui mantan istrimu? Aku lihat akhir akhir ini kamu tidak seperti biasanya,” ucap Tania. Mendengar hal itu Hanung menghela nafas panjang.“Apa maksudmu? Jangan mengajakku bertengkar di hari libur, aku tidak punya waktu untuk itu, aku hanya ingin menghabiskan hari liburku dengan bahagia,” ucap Hanung.“Aku tidak mau merusak hari liburmu, tapi jika kamu pergi untuk menemui mantan istrimu, itu juga akan melukaiku,” ucap Tania.Hanung mendekat ke arah Tania, menatapnya dari dekat.“Mari menikah, setelah menikah k