Kelicikan TaniaDi apartemen Tania, Hanung terlihat berada di depan televisi.“Bosan sekali tidak melakukan apa apa, apa aku ke tempat Adam dan Bintang ya,” gumam Hanung.Hanung terlihat hendak berdiri dari tempat duduknya.“Mau ke mana kamu mas?” tanyaa Tania.“Hmmm, aku? a-aku ingin keluar sebentar, bosan tidak melakukan apa apa,” ucap Hanung.“Kamu tadi joging kan, kenapa masih bosan?” tanya Tania.“Hmmm, tidak apa apa, hanya ingin keluar saja,” ucap Hanung.“Apa kamu ingin menemui mantan istrimu? Aku lihat akhir akhir ini kamu tidak seperti biasanya,” ucap Tania. Mendengar hal itu Hanung menghela nafas panjang.“Apa maksudmu? Jangan mengajakku bertengkar di hari libur, aku tidak punya waktu untuk itu, aku hanya ingin menghabiskan hari liburku dengan bahagia,” ucap Hanung.“Aku tidak mau merusak hari liburmu, tapi jika kamu pergi untuk menemui mantan istrimu, itu juga akan melukaiku,” ucap Tania.Hanung mendekat ke arah Tania, menatapnya dari dekat.“Mari menikah, setelah menikah k
Membandingkan Yang Tidak SebandingHAri minggu berikutnya, Hanung memutuskan untuk mengunjungi Adam dan Bintang. Dia sudah merasakan rindu, yang muncul di dalam hatinya, naluri sebagai seorang ayah.Mobil Hanung berhenti di depan rumah Hesti. Dia melihat ke arah beberapa kado yang diletakkan di kursi samping kemudi.“Mereka pasti senang mendapatkan semua kado kado ini,” ucap Hanung seraya mengulaskan senyum. Hanung segera meraih beberapa paperbag yang berisi mainan itu. Hanung turun dari mobil, lalu segera masuk ke dalam rumah.Hanung menekan bel pintu depan.Di dalam rumah, Hesti terlihat menyuapi Adam dan juga Bintang. Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, Hesti masih disibukkan dengan urusan sarapan dan kegiatan pagi yang jadwalnya sedikit mundur dikarenakan hari libur.“Mah ada tamu,” ucap Adam setelah mendengar bunyi bel pintu.“Iya, ada tamu, biar mamah lihat dulu, siapa yang datang,” ucap Hesti.“Uncle,” ucap Bintang yang masih belum terlalu jelas bicara.“Hmmm, iya, mungkin
Sifat Asli Mulai TerlihatMobil Hanung sudah berada di parkiran apartemen, dia terlihat mengulaskan senyum. Dia meraih bungkusan bekal yang diberikan Hesti.“Tania pasti menyukainya,” gumam Hanung yang kemudian segera turun.Dengan langkah kaki yang begitu ringan, Hanung masuk ke dalam lift, l Tania lift naik ke atas, menuju ke unit apartemen tempat dia tinggal bersama dengan Tania.Di dalam unit apartemen, terlihat Tania sedang memakai masker berwarna merah muda, masker strawberry yang dia harapkan mampu merawat kecantikan alaminya.Hanung masuk ke dalam unit apartemen, dengan senyum yang merekah, terlihat sangat bahagia.“Dari mana kamu mas?” tanya Tania terdengar ketus.“A-aku? aku mengunjungi anak anak, aku sudah memberitahumu tempo hari,” ucap Hanung.“Kenapa tidak menungguku, aku bisa ikut bersamamu,” ucap Tania tanpa melihat ke arah Hanung. Dia sibuk membaca majalah fashion, berencana untuk membeli sesuatu, koleksi terbaru.“Ta-tadi pagi kamu masih tidur, aku tidak enak membangu
Rencana Awal TaniaTania terlihat mengambil penyimpan data ponsel yang selama ini disembunyikan di sebuah kotak perhiasan. Dia mengamati penyimpan data berwarna hitam dengan ukuran kecil itu. Dia mengulaskan senyum, senyum licik penuh dengan rencana jahat.“Aku akan memulai apa yang seharusnya memang aku mulai dan selesaikan,” gumam Tania.“Kamu sedang apa?” tanya Hanung yang terlihat sibuk memasang dasi.“Oh, tidak apa apa, aku sudah siap,” ucap Tania yang segera memasukkan penyimpan data itu ke dalam tasnya.Tania melihat ke arah Hanung, lalu mendekat, membetulkan dasi yang belum melekat dengan sempurna di lehernya.“Aku akan pasangkan,” ucap Tania yang kemudian mengikat dasi itu dan merapikannya.“Sudah bagus,” ucap Tania yang kemudian mengulaskan senyum.“Ayo kita berangkat,” ajak Hanung yang juga mengulaskan senyum.“Baiklah pak manager, ayo kita berangkat,” ucap Tania yang kemudian menggandeng tangan Hanung.Mereka terlihat begitu mesra, keluar dari apartemen, berjalan menuju ke
Tidak Ada Jalan KeluarTania dan Hanung sudah berada di sebuah kafe, kafe yang letaknya tidak jauh dari kantor mereka bekerja. Ini sudah jam lima sore, mereka sengaja mampir ke kafe itu untuk membicarakan hal yang tertunda tadi siang.“Apa ini ulahmu?” tanya Hanung.“Ya,” ucap Tania singkat seraya menelan ludah.“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Hanung tidak habis pikir dengan apa yang Tania lakukan.“Kamu ingin menjadi direktur utama bukan? Inilah caranya, kamu tidak akan semudah itu melengserkan pak Jeff, dengan ini dia akan segera pergi dari perusahaan,” ucap Tania dengan begitu tenangnya.“Dari mana kamu mendapatkan video itu?” tanya Hanung menelisik.“Itu tidak penting, yang jelas rencana kita akan berhasil,” ucap Tania.“Kita? aku tidak pernah memintamu melakukan ini, ini kejahatan, sama artinya kamu menghancurkan hidup seseorang,” ucap Hanung kesal.“Dia punya uang yang banyak, masalah ini akan segera berlalu,” ucap Tania.“Apa? tidak semudah itu, ini masalah yang sangat serius.
Tatapan Tajam Ivanka“Kakak,” Ivanka berlari ke arah Evan yang muncul dari pintu masuk unit apartemennya. Ivanka memeluk Evan, kakak tirinya yang sejak pertemuan mereka begitu menerimanya dengan tangan terbuka.“Ada apa?” tanya Evan yang kemudian mengajak Ivanka untuk duduk.“Bram, kamu di sini?” sapa Evan setelah melihat Bram yang ternyata juga ada di sana.“Van,” sapa Bram.Evan dan Ivanka duduk di sofa, tepat di hadapan Bram.“Ada apa sebenarnya?” tanya Evan seraya melihat ke arah Ivanka yang di wajahnya sudah penuh dengan air mata.“Kamu tidak melihat berita online yang sedang viral seharian ini?” tanya Bram.“Tidak, aku belum melihat berita apapun,” ucap Evan yang kemudian segera meraih ponselnya yang disimpan di saku jaket formalnya.Evan melihat berita yang sedang viral, dia terlihat mengerutkan dahi.“Pak Jeff?” tanya Evan memastikan.“Ya, itu pak Jeff, direktur umum white skin, dan karena kejadian ini, saham white skin turun drastis dalam waktu beberapa jam,” ucap Bram.“Apa
Pertemuan KeluargaHesti terlihat mengunjungi kediaman keluarga Hartawan, bersama dengan Evan. Evan tahu, betapa Hesti sangat gugup, dia terus menggenggam tangan Hesti, penuh dengan perasaan yang sangat luar biasa.“Hesti, Evan, ayo silahkan duduk,” ucap pak Hartawan menyambut putra kesayangannya itu, juga calon menantunya.“Hesti, bagaimana kabar Bintang? ayah dengar kemarin dia sakit,” tanya pak Hartawan.“I-iya, namun keadaannya sudah baik, sudah sehat, demam karena masalah pencernaan,” ucap Hesti.“Syukurlah kalau begitu, maaf kemarin ayah dan ibu masih di Amerika, jadi tidak bisa menengok Bintang,” ucap ibunda Evan.“Ti-tidak apa apa tante, eh ibu,” ucap Hesti yang masih begitu canggung dengan panggilan itu.“Hahaha, kamu harus terbiasa memanggil kami ibu dan ayah, sebentar lagi kalian akan menikah,” ucap pak Hartawan.“Iya, ibu senang sekali,” ucap ibunda Evan.“Ayah, apa ada sesuatu yang ingin ayah dan ibu sampaikan, kenapa meminta Evan dan Hesti datang?” tanya Evan.“Kamu tahu
Kenyataan Tidak TerdugaEvan mendatangi kediaman pak Jeff, dia datang tanpa janji, ada sesuatu yang harus diketahui lebih lanjut.“Silahkan masuk, saya akan segera memanggilkan pak Jeff,” ucap asisten rumah tangga yang bekerja di rumah pak Jeff.“Terimakasih,” ucap Evan yang kemudian duduk di ruang tengah rumah pak Jeff.Evan melihat ke arah sekeliling, banyak foto di sana, pak Jeff dan istrinya, juga foto kedua putrinya. Mereka tampak begitu bahagia, keluarga yang terlihat begitu harmonis.“Pak Evan,” sapa pak Jeff yang kemudian muncul dengan wajah yang cukup kusut.“Selamat siang pak Jeff,” sapa Evan seraya berdiri.“Silahkan duduk, terimakasih sudah mengunjungi saya,” ucap pak Jeff.“Saya datang sebagai teman juga pengacara,” ucap Evan.“Pak Evan pasti menertawakan saya, saya memang laki laki yang sangat bodoh, bahkan saat ini istri dan kedua putri saya memilih untuk tinggal di apartemen, mereka meninggalkan saya,” ucap pak jeff.“Tidak, saya tidak pernah berpikir seperti itu, ini
Akhir Kisah Istri pak Jeff terlihat menghela nafas panjang. “Pak Hanung, asal kamu tahu, Tania adalah perusak rumah tangga saya sejak lama, sangat lama. Saya hanya diam, demi menjaga hubungan saya dengan suami. Namun saya tahu betul apa yang sudah mereka lakukan. Mereka mengkhianati saya dan Tania mendapat semua hal dari suami saya, salah satunya apartemen yang sekarang pak Hanung tempati,” ucap istri pak Jeff. “Apa?” ucap Hanung kaget. “Bahkan demi menutupi kebusukan mereka, Tania rela menikah dengan pria baik baik, memanfaatkannya untuk menutupi skandal mereka,” ucap istri pak Jeff. “Tuhan Maha Baik, akhirnya suami saya sadar, walaupun membutuhkan waktu lama. Saya rasa Tania sudah punya sasaran lain, pak Hanung dan pak Hanung bahkan rela meninggalkan anak dan istri demi wanita itu,” ucap istri pak Jeff. “Seharusnya pak Hanung tidak melakukan itu, kenapa menukar ham berharga dengan sesuatu yang sudah using, bahkan mungkin tidak ada harganya lagi karena sudah pernah dimiliki bany
Membuka TabirHesti mengompres wajah Evan yang memar, akibat hantaman bogem mentah Hanung, mantan suaminyanya.“Au,” teriak kecil Evan.“Sakit?” tanya Hesti.“Ya, tentu saja, tapi rasanya tidak lagi sakit karena kamu mengurusku,” ucap Evan.“Kamu ini,” ucap Hesti seraya menyentuh luka Evan.“Au sakit, serius,” ucap Evan.“Oh maaf maaf,” ucap Hesti.“Aku tidak menyangka mas Hanung jadi senekat itu mas, padahal dia dulu tidak pernah memukul orang, aku tidak mengerti,” ucap Hesti.“Mungkin dia depresi dengan semua masalahnya, juga fakta bahwa dia tidak bisa mengambil anaknya,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja mas. Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anak bukan barang, dia boleh menemui putranya tapi tidak untuk mengambilnya bersamanya,” ucap Hesti.“Ya, akupun tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ucap Evan.“Sebenarnya ada ucapannya yang aku amini,” lanjut Evan.“Apa itu?” tanya Hesti.“Memiliki anak denganmu,” ucap Evan.Hesti terdiam, dia melihat kearah Evan dengan pandangan
Muslihat TaniaTania terlihat menemui mantan direktur Jeff, di sebuah kafe. Mereka sudah merencanakan pertemuan ini.“Untuk apa kamu ingin menemuiku?” Tanya direktur Jeff yang menemui Tania di sebuah kafe.“Saya minta pak Jeff mencabut laporan apapun,” ucap Tania. Mendengar hal itu, pak Jeff terlihat menyeringai.“Apa yang kamu katakan? Apa saya tidak salah?” Tanya pak Jeff.“Ya, saya tahu, pak Jeff sudah melewati banyak hal, tapi sebaiknya pak Jeff menghentikan semuanya sebelum kegaduhan yang lain terjadi,” ucap Tania sedikit dengan nada ancaman.“Kamu tahu, karena ulahmu saya harus melewati banyak hal, memalukan. Polisi sedang memburu orang yang menyebarkan video itu, bersiaplah,” ucap pak Jeff.“Apa? Bersiap?” ucap Tania yang kemudian tertawa.Tania terlihat mengambil sebuah penyimpan data dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja.“Bapak tahu ini apa? Jujur saja, selain bersama saya, saya tahu bapak bersama dengan orang lain. Ini video bapak bersama beberapa orang, ada di banya
Luluh Dengan Rayuan“Aku mencintaimu mas, amat sangat mencintaimu. AKu bahkan rela menahan semua perasaan demi menunggumu lepas dari semua masalah yang sedang kamu hadapi. Aku harap kamu tidak melupakan itu mas. Semua yang kamu katakana adalah masa lalu, aku minta maaf,” ucap Tania dengan wajah memelas.“Tapi, tapi kamu benar benar keterlaluan,” ucap Hanung.“Maafkan aku mas, mungkin dulu aku pernah berada di jalan yang salah, aku sungguh sungguh minta maaf,” ucap Tania.“ Aku sungguh sungguh mas, aku sangat mencintaimu. Saat ini kamu adalah segalanya, segalanya,” ucap Tania yang terlihat mulai berlutut di depan Hanung.Hanung kaget, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia melihat keseriusan di wajah Tania, hatinya luluh, karena sejujurnya dia pun begitu mencintai Tania.“Apa kamu sungguh sungguh?” tanya Hanung.“Tentu saja, aku sangat sungguh sungguh, aku mencintaimu mas, bahkan aku menerimamu dengan segala hal yang ada pada dirimu. Bahkan walaupun kamu adalah mantan narapida
Dua Laki-LakiEvan duduk di sebuah sofa, sofa empuk di ruangan presdir Ivanka.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Aku bisa menyiapkan makan siang,” ucap Ivanka seraya menyuguhkan sebotol air mineral dingin.“Itu tidak akan menjadi kejutan, aku hanya ingin mengunjungimu,” ucap Evan.“Benarkah?” tanya Ivanka.“Tidak ada alasan lain?” lanjut Ivanka yang kemudian duduk di sebelah Evan.“Hmmm, sebenarnya aku ingin bertemu dengan Hanung. Aku dengar dia sudah mulai bekerja hari ini,” ucap Hanung.“Ya, begitulah,” ucap Ivanka.“Kamu benar benar berjiwa besar, kamu masih bisa menerimanya,” ucap Evan.“Citra perusahaan ini akan jatuh jika aku memecatnya. Ya, memang aka nada yang menghujat, tidak setuju dengan keputusanku, namun akan lebih banyak yang memahami. Ini semua juga demi nama baik Hesti,” ucap Ivanka.“Baiklah, aku mengerti, aku akan menemuinya, ada hal yang harus aku bicarakan,” ucap Evan.“Aku akan memintanya ke sini, anggaplah kantormu sendiri,” ucap Ivanka.“Baiklah,” ucap Evan sera
Berita BurukHesti berdiri dari posisi duduknya, menatap Hanung dengan pandangan tajam, menusuk, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Apa maksudmu mas? Iya, aku memang sekali lagi berusaha untuk melupakan semuanya, memaafkanmu sebagai ayah dari anak anakku, tapi apa maksudmu dengan mengambil satu anak?” ucap Hesti.“Ya, kamu bisa merawat anakmu, bukan dengan cara mengambilnya dariku. Aku ibunya, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang ibunya, perawatan ibunya,” ucap Hesti.“Ya, aku tahu, tapi setelah peristiwa kemarin, aku jadi sadar, aku harus menjadi ayah yang baik,” ucap Hanung yang juga berdiri.“Bukan begitu caranya mas, kira rawat anak anak bersama, kamu tetap akan menjadi ayahnya, namun aku akan merawat mereka, aku tidak akan membiarkanmu mengambil mereka mas,” ucap Hesti dengan mata yang mulai berair.“Aku tetap akan mengambil mereka, entah Adam atau Bintang. Tania sudah setuju, dia akan berusaha menjadi ibu sambung yang baik,” ucap Hanung.“Mas, dengarka
Cinta Tetaplah CintaBram terlihat kembali masuk ke dalam kantor Ivanka, dengan membawa kotak makanan berisi nasi putih yang dibelinya dari kantin.“Ini dia, ayo kita makan,” ucap Bram antusias.“Kamu lama tinggal di luar negeri tapi tetap saja tidak bisa makan tanpa nasi,” ucap Bram seraya tersenyum.“Ya, itu benar sekali,” ucap Ivanka.“Apalagi makanan seperti ini, tidak lengkap tanpa nasi,” lanjut Ivanka.Mereka berdua terlihat menikmati makanannya, dari wajah mereka tergambar jelas ekspresi bahagia, mereka benar benar menyukai masakan Hesti.“Enak sekali, dia memang tidak pernah gagal,” gumam Ivanka.“Oh iya Bram, kamu tahu, aku tidak bisa memasak,” ucap Ivanka.“Tidak apa apa, masih banyak restoran yang buka,” ucap Bram santai seraya tetap menikmati makanannya.“Aku juga tidak pandai membersihkan rumah, melakukan pekerjaan rumah dan sejenisnya,” ucap Ivanka.“Tidak masalah, sekarang jasa pembersih rumah sudah sangat banyak tersedia,” ucap Bram masih dengan santainya.“Akku juga,
Mereka Masih Tetap BersamaHanung menemui bu Ivanka di kantornya.“Bu Ivanka, saya mohon beri saya kesempatan. Saya akan bekerja dengan sebaik baiknya, saya tidak akan membuat perusahaan malu, saya berjanji,” ucap Hanung dengan sangat serius.Ivanka hanya menatap Hanung seraya mengulaskan senyum.“Benarkah?” Tanya Ivanka.“Ya, berikan saya kesempatan, saya akan bekerja sebaik mungkin,” ucap Hanung dengan nada memohon.“Saya tahu, pak Hanung mungkin tidak bersalah, tapi, apa pak Hanung yakin akan bekerja dengan baik? Apalagi pak Hanung sepertinya tidak bisa membedakan antara pekerjaan dan urusan pribadi,” ucap Ivanka.“Tidak, bu Ivanka salah dalam menilai saya, saya sangat professional,” ucap Hanung.“Benarkah? Pak Hanung tidak apa apa bekerja di perusahaan milik adik ipar mantan istri pak Hanung?” Tanya Ivanka seraya memusatkan sorot mata pada lawan bicaranya.“Mak-maksud bu Ivanka?” Tanya Hanung.“Pak Hanung tidak lupa bukan bahwa saya adalah adik dari laki laki yang akan menikah den
Keluarga Yang Luar BiasaEvan, Hesti dan kedua anaknya turun dari mobil, tepat di depan rumah mewah milik keluarga Hartawan.“Ini rumah uncle Evan?” Tanya Adam pada Evan yang berdiri di sampingnya.“Iya, Adam, kita akan bertemu dengan orang tua uncle, nanti panggil grandma dan grandpa ya,” ucap Evan.“Benarkah? Jadi Adam punya kakek nenek baru?” Tanya Adam antusias.“Iya, Adam akan punya kakek dan nenek baru,” ucap Evan seraya tersenyum.Hesti yang sedang menggendong Bintang terlihat hanya mengulaskan senyum, lebih ke pada senyum kelegaan, penuh rasa syukur karena dia memiliki laki laki hebat seperti Evan yang seolah dengan mudah mengambil hati anak anaknya.“Ayo kita masuk,” ajak Evan.Mereka berempat masuk ke dalam rumah mewah itu. Ada sedikit rasa cemas di hati Hesti, walaupun ini bukan kali pertama anak anaknya bertemu dengan orang tua Evan, namun mereka belum menyapa secara pribadi, belum ada obrolan pribadi yang mendekatkan antara kedua calon keluarga, kakek nenek dan cucu angka