Kemajuan dalam hubungan“Bram, mau menemaniku ke kedai? kita sudah lama tidak minum kopi bersama,” tanya Hanung pada Bram di jam pulang kantor.“Hari ini? wah maaf sekali Hanung, aku sudah ada janji,” ucap Bram yang terlihat sibuk membereskan barang barangnya.“Tumben sekali, biasanya kamu tidak pernah sibuk di akhir pekan,” ucap Hanung.“Ya, mungkin sekarang saatnya aku sibuk,” ucap Bram yang kemudian mengulaskan senyum.“Apa kamu punya pacar? kenapa tidak memberitahuku?” tanya Hanung.“Hmmm, belum resmi, baru pendekatan,” ucap Bram. Dia terlihat meraih gelas berisi air putih yang ada di atas meja kerjanya.“Apa itu bu Ivanka?” tanya Hanung.“A-apa? bu-bu Ivanka?” tanya Bram.“Ya, aku sempat melihatmu bersama dia,” ucap Hanung.“Hmmm, seperti yang pernah aku ceritakan. Aku dan bu Ivanka memang saling mengenal secara pribadi,” ucap Bram.“Sepertinya kamu mulai banyak menyembunyikan sesuatu,” ucap Hanung seraya melihat ke arah Bram dengan sangat serius.“Sesuatu? ti-tidak,” ucap Bram g
Berusaha Tenang Di Dalam Bara ApiEvan menatap tajam ke arah Hanung yang seolah seenaknya sendiri dalam menyebut mantan istrinya. Mantan istri yang sekarang sudah menjadi tunangannya, seorang calon istri.“Ya, mungkin sudah tidak berharga lagi untukmu, tapi sangat berharga bagiku,” ucap Evan.“Hah, berharga,” gumam Hanung.“Silahkan, ini minuman pesanan kalian,” ucap bartender.“Pak Evan, apa kabar, sudah lama juga tidak datang,” ucap bartender yang ternyata juga mengenal Evan.“Ya, sepertinya akan sering datang, minuman buatanmu sangat enak,” ucap Evan.“Ah, aku akan datang bersama calon istriku,” lanjut Evan.“Wah, akhirnya, saya akan menantikan hari itu, akan saya berikan dua minuman gratis untuk kalian,” ucap bartender seraya tersenyum.“Dia pasti wanita yang sangat beruntung,” lanjut bartender.“Tidak, aku yang beruntung karena memilikinya, walaupun belum menjadi istri, aku pastikan tidak akan melepaskannya,” ucap Evan yakin seraya melirik ke arah Hanung.“Luar biasa,” ucap barte
Pertemuan RutinHesti terlihat sudah berada di sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari kediamannya, sepertinya dia menunggu seseorang. Beberapa menit setelah itu, muncul bu Anna dan bu RT, memasuki kafe itu, rupanya mereka bertiga janji bertemu di kafe itu, di hari minggu, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terjadi.“Bu Hesti,” ucap bu Anna dari jauh seraya melambaikan tangan. Bu RT terlihat begitu bahagia, mereka berdua berjalan mendekat ke arah Hesti yang lebih dulu datang.“Akhirnya kita bisa pergi bertiga, ya walaupun hanya di dekat rumah saja,” ucap bu RT yang kemudian duduk di hadapan Hesti.“Akhirnya kita bisa hangout bareng, wah sangat menyenangkan,” ucap bu RT.“Padahal kita sudah tua tua ini tapi malah nongkrong,” ucap bu Anna seraya tersenyum sumringah.“Dengan bersama, great things can happen, togetherness is strength and courage,” ucap bu RT.“Ayo kita pesan makanan dan minuman, hari ini saya yang akan mentraktir,” ucap bu RT.“Wah terimakasih bu RT,” ucap bu Anna.“W
Sebuah Kasih SayangHesti turun dari mobil bu RT.“Terimakasih bu RT untuk traktirannya dan juga skincare nya,” ucap Hesti setelah turun dari mobil.“Sama sama bu Hesti,” ucap bu RT dari atas mobil.“Dah,” ucap Hesti seraya melambaikan tangan.“Dada bu Hesti,” ucap bu Anna yang juga berada di atas mobil. Mobil bu RT melaju, Hesti terlihat menghela nafas panjang.“Bersyukur memiliki teman baik seperti mereka,” ucap Hesti yang kemudian segera masuk ke dalam rumah.Hesti berhenti di depan pintu, dia melihat kedua putranya sedang bermain dengan seseorang yang bukan seperti sebelumnya, bukan bu Puji ataupun bu Ratih yang biasanya membantunya.“Evan,” ucap Hesti lirih. Hesti melihat Adam menaiki punggung Evan, seperti sedang menaiki kuda. Bintang yang sudah bisa berjalan terlihat begitu bahagia berdiri di samping kakaknya, sesekali meraih punggung Evan, ingin juga naik ke atas punggung itu.“Mamah,” teriak Adam yang kemudian segera turun dari punggung Evan dan berlari ke arah Hesti.“Adam,”
Kelicikan TaniaDi apartemen Tania, Hanung terlihat berada di depan televisi.“Bosan sekali tidak melakukan apa apa, apa aku ke tempat Adam dan Bintang ya,” gumam Hanung.Hanung terlihat hendak berdiri dari tempat duduknya.“Mau ke mana kamu mas?” tanyaa Tania.“Hmmm, aku? a-aku ingin keluar sebentar, bosan tidak melakukan apa apa,” ucap Hanung.“Kamu tadi joging kan, kenapa masih bosan?” tanya Tania.“Hmmm, tidak apa apa, hanya ingin keluar saja,” ucap Hanung.“Apa kamu ingin menemui mantan istrimu? Aku lihat akhir akhir ini kamu tidak seperti biasanya,” ucap Tania. Mendengar hal itu Hanung menghela nafas panjang.“Apa maksudmu? Jangan mengajakku bertengkar di hari libur, aku tidak punya waktu untuk itu, aku hanya ingin menghabiskan hari liburku dengan bahagia,” ucap Hanung.“Aku tidak mau merusak hari liburmu, tapi jika kamu pergi untuk menemui mantan istrimu, itu juga akan melukaiku,” ucap Tania.Hanung mendekat ke arah Tania, menatapnya dari dekat.“Mari menikah, setelah menikah k
Membandingkan Yang Tidak SebandingHAri minggu berikutnya, Hanung memutuskan untuk mengunjungi Adam dan Bintang. Dia sudah merasakan rindu, yang muncul di dalam hatinya, naluri sebagai seorang ayah.Mobil Hanung berhenti di depan rumah Hesti. Dia melihat ke arah beberapa kado yang diletakkan di kursi samping kemudi.“Mereka pasti senang mendapatkan semua kado kado ini,” ucap Hanung seraya mengulaskan senyum. Hanung segera meraih beberapa paperbag yang berisi mainan itu. Hanung turun dari mobil, lalu segera masuk ke dalam rumah.Hanung menekan bel pintu depan.Di dalam rumah, Hesti terlihat menyuapi Adam dan juga Bintang. Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, Hesti masih disibukkan dengan urusan sarapan dan kegiatan pagi yang jadwalnya sedikit mundur dikarenakan hari libur.“Mah ada tamu,” ucap Adam setelah mendengar bunyi bel pintu.“Iya, ada tamu, biar mamah lihat dulu, siapa yang datang,” ucap Hesti.“Uncle,” ucap Bintang yang masih belum terlalu jelas bicara.“Hmmm, iya, mungkin
Sifat Asli Mulai TerlihatMobil Hanung sudah berada di parkiran apartemen, dia terlihat mengulaskan senyum. Dia meraih bungkusan bekal yang diberikan Hesti.“Tania pasti menyukainya,” gumam Hanung yang kemudian segera turun.Dengan langkah kaki yang begitu ringan, Hanung masuk ke dalam lift, l Tania lift naik ke atas, menuju ke unit apartemen tempat dia tinggal bersama dengan Tania.Di dalam unit apartemen, terlihat Tania sedang memakai masker berwarna merah muda, masker strawberry yang dia harapkan mampu merawat kecantikan alaminya.Hanung masuk ke dalam unit apartemen, dengan senyum yang merekah, terlihat sangat bahagia.“Dari mana kamu mas?” tanya Tania terdengar ketus.“A-aku? aku mengunjungi anak anak, aku sudah memberitahumu tempo hari,” ucap Hanung.“Kenapa tidak menungguku, aku bisa ikut bersamamu,” ucap Tania tanpa melihat ke arah Hanung. Dia sibuk membaca majalah fashion, berencana untuk membeli sesuatu, koleksi terbaru.“Ta-tadi pagi kamu masih tidur, aku tidak enak membangu
Rencana Awal TaniaTania terlihat mengambil penyimpan data ponsel yang selama ini disembunyikan di sebuah kotak perhiasan. Dia mengamati penyimpan data berwarna hitam dengan ukuran kecil itu. Dia mengulaskan senyum, senyum licik penuh dengan rencana jahat.“Aku akan memulai apa yang seharusnya memang aku mulai dan selesaikan,” gumam Tania.“Kamu sedang apa?” tanya Hanung yang terlihat sibuk memasang dasi.“Oh, tidak apa apa, aku sudah siap,” ucap Tania yang segera memasukkan penyimpan data itu ke dalam tasnya.Tania melihat ke arah Hanung, lalu mendekat, membetulkan dasi yang belum melekat dengan sempurna di lehernya.“Aku akan pasangkan,” ucap Tania yang kemudian mengikat dasi itu dan merapikannya.“Sudah bagus,” ucap Tania yang kemudian mengulaskan senyum.“Ayo kita berangkat,” ajak Hanung yang juga mengulaskan senyum.“Baiklah pak manager, ayo kita berangkat,” ucap Tania yang kemudian menggandeng tangan Hanung.Mereka terlihat begitu mesra, keluar dari apartemen, berjalan menuju ke