Pertemuan RutinHesti terlihat sudah berada di sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari kediamannya, sepertinya dia menunggu seseorang. Beberapa menit setelah itu, muncul bu Anna dan bu RT, memasuki kafe itu, rupanya mereka bertiga janji bertemu di kafe itu, di hari minggu, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terjadi.“Bu Hesti,” ucap bu Anna dari jauh seraya melambaikan tangan. Bu RT terlihat begitu bahagia, mereka berdua berjalan mendekat ke arah Hesti yang lebih dulu datang.“Akhirnya kita bisa pergi bertiga, ya walaupun hanya di dekat rumah saja,” ucap bu RT yang kemudian duduk di hadapan Hesti.“Akhirnya kita bisa hangout bareng, wah sangat menyenangkan,” ucap bu RT.“Padahal kita sudah tua tua ini tapi malah nongkrong,” ucap bu Anna seraya tersenyum sumringah.“Dengan bersama, great things can happen, togetherness is strength and courage,” ucap bu RT.“Ayo kita pesan makanan dan minuman, hari ini saya yang akan mentraktir,” ucap bu RT.“Wah terimakasih bu RT,” ucap bu Anna.“W
Sebuah Kasih SayangHesti turun dari mobil bu RT.“Terimakasih bu RT untuk traktirannya dan juga skincare nya,” ucap Hesti setelah turun dari mobil.“Sama sama bu Hesti,” ucap bu RT dari atas mobil.“Dah,” ucap Hesti seraya melambaikan tangan.“Dada bu Hesti,” ucap bu Anna yang juga berada di atas mobil. Mobil bu RT melaju, Hesti terlihat menghela nafas panjang.“Bersyukur memiliki teman baik seperti mereka,” ucap Hesti yang kemudian segera masuk ke dalam rumah.Hesti berhenti di depan pintu, dia melihat kedua putranya sedang bermain dengan seseorang yang bukan seperti sebelumnya, bukan bu Puji ataupun bu Ratih yang biasanya membantunya.“Evan,” ucap Hesti lirih. Hesti melihat Adam menaiki punggung Evan, seperti sedang menaiki kuda. Bintang yang sudah bisa berjalan terlihat begitu bahagia berdiri di samping kakaknya, sesekali meraih punggung Evan, ingin juga naik ke atas punggung itu.“Mamah,” teriak Adam yang kemudian segera turun dari punggung Evan dan berlari ke arah Hesti.“Adam,”
Kelicikan TaniaDi apartemen Tania, Hanung terlihat berada di depan televisi.“Bosan sekali tidak melakukan apa apa, apa aku ke tempat Adam dan Bintang ya,” gumam Hanung.Hanung terlihat hendak berdiri dari tempat duduknya.“Mau ke mana kamu mas?” tanyaa Tania.“Hmmm, aku? a-aku ingin keluar sebentar, bosan tidak melakukan apa apa,” ucap Hanung.“Kamu tadi joging kan, kenapa masih bosan?” tanya Tania.“Hmmm, tidak apa apa, hanya ingin keluar saja,” ucap Hanung.“Apa kamu ingin menemui mantan istrimu? Aku lihat akhir akhir ini kamu tidak seperti biasanya,” ucap Tania. Mendengar hal itu Hanung menghela nafas panjang.“Apa maksudmu? Jangan mengajakku bertengkar di hari libur, aku tidak punya waktu untuk itu, aku hanya ingin menghabiskan hari liburku dengan bahagia,” ucap Hanung.“Aku tidak mau merusak hari liburmu, tapi jika kamu pergi untuk menemui mantan istrimu, itu juga akan melukaiku,” ucap Tania.Hanung mendekat ke arah Tania, menatapnya dari dekat.“Mari menikah, setelah menikah k
Membandingkan Yang Tidak SebandingHAri minggu berikutnya, Hanung memutuskan untuk mengunjungi Adam dan Bintang. Dia sudah merasakan rindu, yang muncul di dalam hatinya, naluri sebagai seorang ayah.Mobil Hanung berhenti di depan rumah Hesti. Dia melihat ke arah beberapa kado yang diletakkan di kursi samping kemudi.“Mereka pasti senang mendapatkan semua kado kado ini,” ucap Hanung seraya mengulaskan senyum. Hanung segera meraih beberapa paperbag yang berisi mainan itu. Hanung turun dari mobil, lalu segera masuk ke dalam rumah.Hanung menekan bel pintu depan.Di dalam rumah, Hesti terlihat menyuapi Adam dan juga Bintang. Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, Hesti masih disibukkan dengan urusan sarapan dan kegiatan pagi yang jadwalnya sedikit mundur dikarenakan hari libur.“Mah ada tamu,” ucap Adam setelah mendengar bunyi bel pintu.“Iya, ada tamu, biar mamah lihat dulu, siapa yang datang,” ucap Hesti.“Uncle,” ucap Bintang yang masih belum terlalu jelas bicara.“Hmmm, iya, mungkin
Sifat Asli Mulai TerlihatMobil Hanung sudah berada di parkiran apartemen, dia terlihat mengulaskan senyum. Dia meraih bungkusan bekal yang diberikan Hesti.“Tania pasti menyukainya,” gumam Hanung yang kemudian segera turun.Dengan langkah kaki yang begitu ringan, Hanung masuk ke dalam lift, l Tania lift naik ke atas, menuju ke unit apartemen tempat dia tinggal bersama dengan Tania.Di dalam unit apartemen, terlihat Tania sedang memakai masker berwarna merah muda, masker strawberry yang dia harapkan mampu merawat kecantikan alaminya.Hanung masuk ke dalam unit apartemen, dengan senyum yang merekah, terlihat sangat bahagia.“Dari mana kamu mas?” tanya Tania terdengar ketus.“A-aku? aku mengunjungi anak anak, aku sudah memberitahumu tempo hari,” ucap Hanung.“Kenapa tidak menungguku, aku bisa ikut bersamamu,” ucap Tania tanpa melihat ke arah Hanung. Dia sibuk membaca majalah fashion, berencana untuk membeli sesuatu, koleksi terbaru.“Ta-tadi pagi kamu masih tidur, aku tidak enak membangu
Rencana Awal TaniaTania terlihat mengambil penyimpan data ponsel yang selama ini disembunyikan di sebuah kotak perhiasan. Dia mengamati penyimpan data berwarna hitam dengan ukuran kecil itu. Dia mengulaskan senyum, senyum licik penuh dengan rencana jahat.“Aku akan memulai apa yang seharusnya memang aku mulai dan selesaikan,” gumam Tania.“Kamu sedang apa?” tanya Hanung yang terlihat sibuk memasang dasi.“Oh, tidak apa apa, aku sudah siap,” ucap Tania yang segera memasukkan penyimpan data itu ke dalam tasnya.Tania melihat ke arah Hanung, lalu mendekat, membetulkan dasi yang belum melekat dengan sempurna di lehernya.“Aku akan pasangkan,” ucap Tania yang kemudian mengikat dasi itu dan merapikannya.“Sudah bagus,” ucap Tania yang kemudian mengulaskan senyum.“Ayo kita berangkat,” ajak Hanung yang juga mengulaskan senyum.“Baiklah pak manager, ayo kita berangkat,” ucap Tania yang kemudian menggandeng tangan Hanung.Mereka terlihat begitu mesra, keluar dari apartemen, berjalan menuju ke
Tidak Ada Jalan KeluarTania dan Hanung sudah berada di sebuah kafe, kafe yang letaknya tidak jauh dari kantor mereka bekerja. Ini sudah jam lima sore, mereka sengaja mampir ke kafe itu untuk membicarakan hal yang tertunda tadi siang.“Apa ini ulahmu?” tanya Hanung.“Ya,” ucap Tania singkat seraya menelan ludah.“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Hanung tidak habis pikir dengan apa yang Tania lakukan.“Kamu ingin menjadi direktur utama bukan? Inilah caranya, kamu tidak akan semudah itu melengserkan pak Jeff, dengan ini dia akan segera pergi dari perusahaan,” ucap Tania dengan begitu tenangnya.“Dari mana kamu mendapatkan video itu?” tanya Hanung menelisik.“Itu tidak penting, yang jelas rencana kita akan berhasil,” ucap Tania.“Kita? aku tidak pernah memintamu melakukan ini, ini kejahatan, sama artinya kamu menghancurkan hidup seseorang,” ucap Hanung kesal.“Dia punya uang yang banyak, masalah ini akan segera berlalu,” ucap Tania.“Apa? tidak semudah itu, ini masalah yang sangat serius.
Tatapan Tajam Ivanka“Kakak,” Ivanka berlari ke arah Evan yang muncul dari pintu masuk unit apartemennya. Ivanka memeluk Evan, kakak tirinya yang sejak pertemuan mereka begitu menerimanya dengan tangan terbuka.“Ada apa?” tanya Evan yang kemudian mengajak Ivanka untuk duduk.“Bram, kamu di sini?” sapa Evan setelah melihat Bram yang ternyata juga ada di sana.“Van,” sapa Bram.Evan dan Ivanka duduk di sofa, tepat di hadapan Bram.“Ada apa sebenarnya?” tanya Evan seraya melihat ke arah Ivanka yang di wajahnya sudah penuh dengan air mata.“Kamu tidak melihat berita online yang sedang viral seharian ini?” tanya Bram.“Tidak, aku belum melihat berita apapun,” ucap Evan yang kemudian segera meraih ponselnya yang disimpan di saku jaket formalnya.Evan melihat berita yang sedang viral, dia terlihat mengerutkan dahi.“Pak Jeff?” tanya Evan memastikan.“Ya, itu pak Jeff, direktur umum white skin, dan karena kejadian ini, saham white skin turun drastis dalam waktu beberapa jam,” ucap Bram.“Apa