Dilema KDRT Kadang Sendiri Lebih BaikBu Anna terlihat mengusap wajahnya, sebagai tanda syukur yang luar biasa. Dia berada di dalam ruang sidang, sidang perceraiannya dengan sang suami yang merupakan pelaku KDRT.“Selamat bu Anna, akhirnya bu Anna memenangkan hak asuh anak,” ucap bu RT.“Suami bu Anna tidak memberikan komentar apapun, dia menerima dengan baik,” lanjut bu RT.“Ini semua karena bu Hesti bu, bu Hesti berjuang keras,” ucap bu Anna.“Iya, bu Anna akan mulai membuka lembaran baru, semoga mulai sekarang semuanya baik baik saja,” ucap bu RT yang kemudian memeluk bu Anna.Hesti terlihat mengulaskan senyum, dia masih dalam balutan pakaian kebesaran berwarna hitam. Dia benar benar terlihat bersinar, kemampuannya memang belum redut, dia membuktikannya hari ini.Hesti terlihat sudah ada di kantornya, dia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum janji ketemu dengan bu Anna dan bu RT.“Selamat,” ucap Evan.“Terimakasih, semua ini juga karena dukunganmu,” ucap Hesti.“Kamu yang berus
Terlambat MengertiHanung selesai mandi, dia mendapati Tania masih terlelap dalam tidur.“Kamu tidak ingin bangun? Ini sudah jam enam,” ucap Hanung seraya menggosok rambutnya yang basah dengan handuk berwarna putih bersih.“Ah, aku masih ngantuk, ini hari minggu, biarkan aku tidur lebih lama,” ucap Tania dengan mata yang masih terpejam.“Walaupun hari minggu, kamu tetap harus bangun pagi, mandi dan menyiapkan makan pagi,” ucap Hanung.“Belilah di luar,” ucap Tania yang kemudian membalikkan tubuh dan memeluk guling. Dia melanjutkan tidurnya tanpa mempedulikan Hanung.Hanung hanya bisa menghela nafas panjang, mungkin Tania memang lelah, dia berusaha untuk memaklumi itu.“Baiklah, aku akan lari pagi,”” ucap Hanung.“Ya, pergilah, bersenang senanglah,” ucap Tania lirih, masih dengan mata tertutup.Hanung bersiap untuk lari pagi, dia memakai setelan baju olahraga berwarna putih dengan garis hitam di bagian samping.Di taman Lavender, terlihat Hesti dan kedua putranya duduk di taman, berala
Lembaran BaruHesti dan Hanung keluar dari gedung pengadilan agama. Mereka sama sama menghela nafas panjang, ada kelegaan di mata Hesti juga Hanung, bedanya Hanung seperti menyimpan sesuatu yang mendalam di hatinya.Perceraian ini memang butuh waktu cukup lama, tidak semudah yang dibayangkan, hingga akhirnya terbit kertas merah yang menandakan bahwa mereka sah bercerai menurut agama dan negara.Hanung melihat Hesti, mengamati dengan seksama. Setelah enam bulan berpisah, Hesti terlihat lebih cantik, wajahnya bersih, riasannya alami namun seperti polesan profesional. Postur tubuhnya juga lebih ideal, sepertinya dia sukses menurunkan berat badan, entah sengaja menurunkan berat badan atau karena begitu banyaknya masalah yang dia alami, menggerogoti hati juga berat badannya.Sebagai pengacara, diapun harus memperhatikan penampilan, pakaian yang dipakai, apapun yang terlihat dari dirinya sebagai visual pertama yang orang tangkap ketika melihatnya.Hesti menoleh ke arah Hanung, seketika Hanu
KebahagiaanHesti terlihat sibuk menata beberapa makanan di atas meja.“Mamah, mau ada pesta?” tanya Adam.“Pesta? tidak Sayang, mamah hanya memasak untuk ayah uncle Evan,” ucap Hesti.“Ayah uncle Evan?” tanya Adam.“Iya, Adam bisa memanggilnya dengan, hmmm, kakek mungkin atau grandpa,” ucap Hesti seraya tersenyum. "Apa uncle Evan benar benar akan menjadi papah Adam? Adam senang sekali mamah, Adam sayang sekali sama uncle Evan," ucap Adam.Hesti membulatkan matanya, dia kaget dengan apa yang Adam katakan. Belum sempat dia menanyakan apa yang baru saja Adam katakan, tiba tiba terdengar suara bel bunyi, bel yang ada di depan pintu gerbang.“Adam, sepertinya ada tamu, apa mungkin uncle Evan sudah datang ya?” ucap Hesti.“Biar Adam lihat,” ucap Adam yang kemudian segera beranjak ke luar rumah.“Mamah ada kakek dan nenek,” teriak Adam. Hesti mengerutkan dahi, lalu berpikir sejenak.“Ayah dan ibu?” bisiknya. Hesti segera melepas apron yang di pakainya, lalu menyusul ke depan.“Ayah, ibu,”
TerasingHesti terlihat menemui Hanung setelah kedua orang tuanya masuk ke dalam rumah.“Ada perlu apa mas, Bintang sudah tidur dan Adam juga mau tidur, ini sudah malam,” ucap Hesti.“Apa kamu tidak mempersilahkan aku untuk masuk?” tanya Hanung.“Maaf mas, bukannya aku tidak mengizinkanmu untuk masuk, tapi waktunya tidak tepat,” ucap Hesti.“Apa secepat itu kamu akan menikah lagi?” tanya Hanung kesal. Hesti hanya diam, dia memilih untuk tidak menjawab apa yang Hanung tanyakan.“Sebaiknya mas pulang, datanglah di hari minggu pagi atau siang ketika anak anak di rumah,” ucap Hetsi.“Baiklah, aku akan pergi, aku tidak menyangka, jangan jangan kamu sudah punya hubungan dengan pria itu,” ucap Hanung.Hesti menarik nafas panjang, dia berusaha untuk tidak terpancing emosi dari apa yang Hanung ucapkan.Hanung meninggalkan rumah Hesti, terlihat begitu kesal.“Bu Hesti, itu pak Hanung?” tanya bu Anna.“Saya melihat mobil pak Hanung sudah parkir di sana sejak tadi, sewaktu saya dan bu RT datang,
Berusaha Meyakinkan DiriHanung mencoba memahami dirinya sendiri, dia berusaha yakin dengan pilihannya, Tania adalah wanita yang sempurna, tidak mungkin dia menyesali itu. Cantik, pekerja keras, selalu merawat diri, dia juga mulai memahami cara untuk menjadi seorang istri.“Aku harus menunggu hingga menjadi direktur utama, lalu dia akan menikah denganku, seperti itu,” ucap Hanung, lalu dia mulai memakan nasi uduk yang sudah disiapkan oleh Tania.“Hah, memang lebih enak buatan Hes, ah,” ucapnya berusaha mengelak apa yang dia pikirkan. Dia tidak boleh lagi mengingat Hesti, Hesti adalah bagian dari masa lalunya, tidak perlu lagi diingat ingat.“Aku tidak akan menoleh ke belakang, tidak akan, tidak akan pernah,” ucap Hanung yakin.“Sebaiknya aku fokus, bagaimana caranya supaya aku bisa secepat mungkin menjadi direktur utama supaya bisa membuktikan kepada Hesti bahwa wanita yang aku nikahi jauh lebih baik darinya, ribuan kali lipat,” ucap Hanung kesal.Secara tidak sadar, Hanung masih begi
Gertakan TaniaTania terlihat berdiri di depan ruang direktur utama, pak Jeff. Tania terlihat menarik nafas panjang, lalu mengetuk pintu itu.“Tok, tok, tok,” suara ketukan pintu.“Masuk,” teriak pak Jeff dari dalam ruang kerjanya. Setelah mendengar suara itu, Tania segera masuk ke dalam ruang kerja pak Jeff.“Ada apa?” tanya pak Jeff setelah melihat Tania masuk ke dalam ruangannya.“Kenapa? aku karyawan di bawahmu, ingin mengunjungi direkturnya,” ucap Tania.“Ka-kamu tidak memiliki kepentingan denganku, jadi sebaiknya segera keluar,” ucap pak Jeff.“Hmmm, kamu mengusirku?” tanya Tania.Pak Jeff terlihat mengamati Tania dengan serius, lalu menarik nafas panjang.“Apa lagi yang kamu inginkan, aku sudah menuruti apa yang menjadi keinginanmu,” ucap pak Jeff.“Hmmm, kenapa membicarakan itu,” ucap Tania yang terlihat mulai mendekat ke arah pak Jeff.“Apa yang kamu inginkan,” ucap pak Jeff yang terlihat memundurkan tubuhnya ketika Tania sudah mulai begitu dekat dengan tubuhnya. Kemudian Tan
Kemajuan dalam hubungan“Bram, mau menemaniku ke kedai? kita sudah lama tidak minum kopi bersama,” tanya Hanung pada Bram di jam pulang kantor.“Hari ini? wah maaf sekali Hanung, aku sudah ada janji,” ucap Bram yang terlihat sibuk membereskan barang barangnya.“Tumben sekali, biasanya kamu tidak pernah sibuk di akhir pekan,” ucap Hanung.“Ya, mungkin sekarang saatnya aku sibuk,” ucap Bram yang kemudian mengulaskan senyum.“Apa kamu punya pacar? kenapa tidak memberitahuku?” tanya Hanung.“Hmmm, belum resmi, baru pendekatan,” ucap Bram. Dia terlihat meraih gelas berisi air putih yang ada di atas meja kerjanya.“Apa itu bu Ivanka?” tanya Hanung.“A-apa? bu-bu Ivanka?” tanya Bram.“Ya, aku sempat melihatmu bersama dia,” ucap Hanung.“Hmmm, seperti yang pernah aku ceritakan. Aku dan bu Ivanka memang saling mengenal secara pribadi,” ucap Bram.“Sepertinya kamu mulai banyak menyembunyikan sesuatu,” ucap Hanung seraya melihat ke arah Bram dengan sangat serius.“Sesuatu? ti-tidak,” ucap Bram g