All Chapters of Membawa Lari Anak Kembar CEO: Chapter 211 - Chapter 220

362 Chapters

Bab 211 - Seruni 305

Karel harap itu hanya sebuah bercandaan. Tapi senyum putus asa Pramita menjawab lebih banyak dari apa yang dia pikirkan.“GILA KAMU! SUDAH GILA!”Karel menunjuk Pramita dengan emosi yang bergejolak di dalam dadanya.Dia berlari pergi dari sana tetapi Pramita menghalanginya dengan cepat.Pramita memeluknya dari belakang dan dengan isak tangis mengatakan,“Kamu tidak akan berhasil mencegahnya, Karel. Tinggallah di sini lebih lama denganku!”“LEPAS!”Karel memberontak lepas dari Pramita. Dia masuk ke dalam mobilnya. Memastikan apakah memang Pramita mengatakan kebenaran ataukah hanya sebatas ancaman.“Kamu tidak akan berhasil, Karel. Kado ulang tahun Lara adalah hari yang tidak akan pernah dia rayakan ke depannya. Dia dapat kado kematian suaminya, kematian Alex!”Karel tidak peduli. Dia memacu mobilnya untuk menuju jalan seruni nomor tiga kosong lima.Dia melihat melalui kaca spion di atasnya, Pramita mengikutinya di belakang. Menyetir seperti orang yang kesetanan demi mengejar Karel.Jal
Read more

Bab 212 - Tercerai-Berai

Lara meradang hatinya melihat anak lelakinya seperti ini. Neo itu tidak lebih seperti Alex. Dia tidak pandai menunjukkan perasaannya tapi dia adalah seorang pemikir. Pikirannya berjalan jauh lebih cepat daripada kekuatan batinnya. Sehingga saat beban pikirannya bertambah semakin besar, tubuhnya yang kalah. Dia limbung dan jatuh sakit.Lara menunjukkan senyumnya saat dia ikut duduk di ranjang Neo. Mencegah anak lelakinya itu untuk bangun. Mengusap lembut rambut hitamnya agar dia sabar menunggu jawaban Lara.“Doakan saja, Neo. Papa sedang berjuang untuk kembali pada kita sekarang. Neo tidak perlu khawatir dengan yang Neo lihat tadi di televisi karena itu adalah gambaran hari kemarin. Yang terjadi sekarang setidaknya papa jauh lebih baik.”“Tapi Neo betulan tidak ingin kehilangan papa, Mama.”“Tentu tidak, Sayangku. Neo tahu kalau kekuatan doa itu besar, ‘kan? Dulu Neo selalu mendengar adik Shen berdoa agar papa cepat kembali selama papa tersesat. Lalu pada suatu hari, adik Shen akhirnya
Read more

Bab 213 - Cintanya Tak Bisa Meredamkan Gejolak

‘Dia tidak mungkin mati begitu saja. Dia pasti berada di suatu tempat.’Setidaknya begitu yang dipikirkan oleh Karel semakin dia mencerna apa yang tadi dikatakan oleh Eza.Karel tidak tahu ke mana perginya. Caranya mencari informasi seseorang memiliki keterbatasan. Tidak sama dengan Alex yang bisa mengetahui apapun yang dia mau dengan hanya menjentikkan jarinya pada Ibrani.Karel menghela napasnya. Dia benar-benar tidak tahan dengan perempuan itu. Hal bodoh yang dia lakukan pertama adalah ....Dia pergi meninggalkan Alex. Bersikap menjadi pecundang. Dengan tidak melakukan apapun. Padahal Karel adalah seorang dokter. Bagaimana dia melakukan hal seperti itu?Setidaknya, jika dia meninggalkan Alex begitu saja, harusnya dia bisa menangkap Pramita—meski itu juga tidak akan mengubah apapun.‘Tapi aku juga malah melepasnya dan tidak tahu kemana perginya dia.’Karel membatin dengan kesal. Menjatuhkan keningnya di atas setir bundar.Memilih untuk berhenti di tepi jalan. Memaksa kepalanya untu
Read more

Bab 214 - Bukan Sebatas Larangan

Lara kebetulan berada di sana?Tidak! Itu bukan sebuah kebetulan karena pada kenyataannya Sanha lah yang memberi tahu Lara di mana keberadaan Pramita. Lewat Ibrani, lelaki itu mengaku dia tahu di mana keberadaan Pramita.Beberapa saat sebelum Lara menampar Pramita.....Kembali sedikit jauh ke belakang. Ini adalah hari di mana Pramita berselisih paham dengan Sanha. Hari di mana Alex mengalami kecelakaan fatal dan merenggut nyawa Ron.Hari itu, Sanha baru saja mendengar apa yang dikatakan oleh Pramita di halaman rumahnya.“Kamu ikuti ke mana Alex pergi! Kabarkan pada lelaki bernama Joe itu! Jadi timingnya akan bisa pas. Alex selalu melewati Jalan Seruni untuk menuju ke rumahnya karena itu adalah jalan terakhir sebelum sampai ke komplek perumahan dia tinggal.”“Kenapa aku harus mengikuti Alex? Apa yang kamu rencanakan, Pramita?” tanya Sahna sungguh-sungguh.Menatap pada kedua mata Pramita yang sudah diselubungi oleh kebencian.“Membunuh Alex, apa lagi memangnya?”“Ini sudah terlalu jau
Read more

Bab 215 - Hatinya Mati, Padahal Dia Masih Hidup

Lara menahan air matanya saat dia melayangkan tangannya ke rahang perempuan itu dengan sekuat tenaga yang dia punya.Hingga Pramita limbung ke paving halaman yang ada di depan King's Queen dengan keadaan sudut bibir yang berdarah.Dari sudut pandang Sanha, dia memang menceritakan sebuah kebenaran.Lara memang datang ke sini dimulai dari saat dia ada di rumahnya, baru saja mengantar tidur Shenina dan Neo yang sudah sembuh dari demamnya.Lara masih ingat Ibra menghubunginya dan kurang lebih dia mengucapkan,'Kamu mau ikut denganku, Lara? Aku menemukan perempuan itu. Si Pramita.'Tanpa banyak alasan, tentu saja Lara mengiyakannya.Dia menitipkan anak-anak pada Laras, ibunya yang memang dia minta untuk menginap di sana.Dia bertemu dengan Ibra yang menjemputnya di halaman.Tadinya, Lara juga memiliki kekhawatiran seperti yang disampaikan oleh Ibra.Apa di sana akan ada jebakan yang dilakukan oleh lelaki bernama Sanha si bodyguardnya Pramita itu?Tapi Ibra tidak sebodoh yang Lara kira kare
Read more

Bab 216 - Hadiah Yang Aku Terima Masihlah Sebuah Luka

“Saudari Pramita Helena Malik, anda juga kami tahan karena terlibat dalam dugaan kasus pembunuhan berencana yang merenggut satu nyawa.”Pramita bisa mendengar hal itu.Tapi sungguh dia tidak peduli sekarang karena semuanya telah terlambat. Semuanya telah ada di garis akhir, yang tidak akan bisa dia perbaiki, sama sekali.Dia melihat Sanha yang ada di sampng pintu mobil polisi yang parkir di sekitar King’s Queen.Klub malam itu juga kena sidak karena Pramita ditangkap di sini.Kedua tangannya diborgol dan dia dibawa petugas tanpa perlawaban. Tubuhnya kebas sekujur badan saat dia tiba di samping Sanha yang memandangnya selama beberapa detik sebelum menunduk seraya berujar,“Seandainya kamu menurut untuk tidak melanjutkan dendam irasional-mu itu, kita tidak akan pernah berakhir seperti ini. Kita mungkin dalam kesulitan soal materi, tapi tidak dengan tidur di tahanan seperti ini, Pramita.”“Sanha ....”Sanha tidak menjawabnya, dia memilih untuk masuk ke dalam mobil tahanan.Dia ikut dihuk
Read more

Bab 217 - Shooting Star

Meski Aruan berbicara panjang lebar, itu masih belum membuat Lara tenang, setelah bertemu dengan Pramita dan melihat wajahnya yang seperti tidak memiliki dosa atas apa yang dia lakukan pada Alex, Lara dibuat semakin marah.Dan kemarahannya itu ternyata menyeretnya pada perasannya yang lain dan itu adalah sebuah kecemasan.Dia tidak bisa tidur dan memutuskan untuk bangun. Memeriksa ponselnya dan membaca beberapa cerita agar dia mengantuk kemudian terlelap.Pencariannya berhenti pada sebuah mitologi China.Tentang sebuah takdir yang dinamakan dengan ‘takdir benang merah.’Sejauh apapun, selama papun mereka berpisah, jika benang merah takdir mengatakan mereka adalah cinta bagi satu sama lain, pada akhirnya mereka akan bertemu kembali.Meski di kehidupan yang sekarang mereka terpisah, benang merah yang menghubungkan mereka akan kembali tersambung di kehidupan yang akan datang.Lara memandang cicin yang melingkar di jari manisnya.Apa itu seperti takdir cincin pernikahan ini? Sejauh apapun
Read more

Bab 218 - Tabebuya Putih

Dengan hati yang terasa berat, Karel pergi meninggalkan sekitaran ruang rawat Alex.President suite yang baru saja mempertemukannya dengan Lara.Kalimatnya sudah jelas.Karel harus pergi, tidak boleh menunggu Lara. Tidak untuk menunggu cinta bertepuk sebelah tangannya itu bersambut.Tidak untuk menantinya membalas rasa.Semua itu adalah sebuah kemustahilan.Langkahnya berat, semuanya menjadi berat.Pagi yang semula akan dia sangka sebagai pagi yang cerah telah berubah dalam sekejap.Dia berhenti di dekat pohon tabebuya saat melangkah di atas jalan setapak yang membelah taman. Penghubung dari blok president suite ke ruangan yang lainnyaBunga warna putihnya melambai, seolah bicara agar Karel memag mengibarkan bendera putih, menyerah, atas apapun.“Sudahkah saatnya mengakhiri?”Tabebuya seperti memberinya jawaban dengan menjatuhkan setangkai bunganya. Jatuh mengenai kepala Karel sebelum mendarat di atas jalan setapak.Hatinya sakit, tapi entah kenapa dia akhirnya menemui jawaban yang je
Read more

Bab 219 - Kamu Hampir Menghadiahiku Kabar Kematian

Alex telah bangun. Lara melihatnya membuka mata dan menggerakkan tangannya untuk menyentuh Lara.Dengan mata yang memburam, jarak pandang yang masih terhalang air mata, Lara memanggil namanya dengan suara yang gemetar.“Alex?”Lara memandangnya, memastikan bahwa apa yang dia lihat bukanlah sebuah kesalahan.Bukan fatamorgana, ini kenyataannya.Doa yang dia langitkan telah dikabulkan Tuhan dengan cepat, kurang dari dua puluh empat jam. Sehebat inikah sebuah keajaiban?Seperti inikah kebahagiaan tak bisa dijelaskan dengan kata-kata itu?Karena rasanya Lara tidak bisa mengatakan apapun selain menyebut nama Alex.Dengan kaki yang terasa kebas dan tak menginjak lantai dia berdiri dari duduknya, memencet tombol panggil perawat untuk datang.Lara hanya terus saling tersenyum dengannya. Dia masih belum sanggup mengatakan apapun selain syukur yang besar di dalam hatinya.Selain terima kasih yang besar untuk Tuhan yang membawa Alex kembali dalam keadaan utuh.Perawat yang belum lama keluar kini
Read more

Bab 220 - The Twins : “Daddy Jest, Is That You?”

Lara berdiri dari duduknya, melepas genggaman tangannya bersama dengan Alex dan berlari menuju ke pintu ruang rawat, membukanya sehingga dia bisa memastikan bahwa tangisan yang datang sayup-sayup dari luar itu benarlah tangisan dari si kembarnya, Neo dan Shenina.Dan itu memang benar!Yang di depan ruangan Alex yang pintunya hampir saja diketuk oleh Nina itu adalah anak-anaknya, si kembar.“Sayang? Ada apa ini?” tanya Lara dengan mendekat pada mereka.Membiarkan mereka memeluk kakinya secara bersamaan dengan air mata yang beruraian.“Mama ....”“Mamaaa.”“Iya, Neo. Shen? Kok nangis kenapa ini sayang-sayangnya Mama, hmm?”“Mamaa ... papa mana?”“Kemarin ‘kan papa tidurnya di sana?”“Kok sekarang tidak ada?”“Apa papa sudah kayak yang di televisi?”“Apa papa sudah ada di ruang jenazah?”“Apa papa sudah pergi kepada bintang?”Kedua bahu Lara jatuh di buatnya.Tahu sudah dia alasan kenapa si kembar ini menangis hingga seperti ini.“Sayang ... jangan nangis dulu Mama akan jelaskan.”“”Bu N
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
37
DMCA.com Protection Status