Lara kebetulan berada di sana?Tidak! Itu bukan sebuah kebetulan karena pada kenyataannya Sanha lah yang memberi tahu Lara di mana keberadaan Pramita. Lewat Ibrani, lelaki itu mengaku dia tahu di mana keberadaan Pramita.Beberapa saat sebelum Lara menampar Pramita.....Kembali sedikit jauh ke belakang. Ini adalah hari di mana Pramita berselisih paham dengan Sanha. Hari di mana Alex mengalami kecelakaan fatal dan merenggut nyawa Ron.Hari itu, Sanha baru saja mendengar apa yang dikatakan oleh Pramita di halaman rumahnya.“Kamu ikuti ke mana Alex pergi! Kabarkan pada lelaki bernama Joe itu! Jadi timingnya akan bisa pas. Alex selalu melewati Jalan Seruni untuk menuju ke rumahnya karena itu adalah jalan terakhir sebelum sampai ke komplek perumahan dia tinggal.”“Kenapa aku harus mengikuti Alex? Apa yang kamu rencanakan, Pramita?” tanya Sahna sungguh-sungguh.Menatap pada kedua mata Pramita yang sudah diselubungi oleh kebencian.“Membunuh Alex, apa lagi memangnya?”“Ini sudah terlalu jau
Lara menahan air matanya saat dia melayangkan tangannya ke rahang perempuan itu dengan sekuat tenaga yang dia punya.Hingga Pramita limbung ke paving halaman yang ada di depan King's Queen dengan keadaan sudut bibir yang berdarah.Dari sudut pandang Sanha, dia memang menceritakan sebuah kebenaran.Lara memang datang ke sini dimulai dari saat dia ada di rumahnya, baru saja mengantar tidur Shenina dan Neo yang sudah sembuh dari demamnya.Lara masih ingat Ibra menghubunginya dan kurang lebih dia mengucapkan,'Kamu mau ikut denganku, Lara? Aku menemukan perempuan itu. Si Pramita.'Tanpa banyak alasan, tentu saja Lara mengiyakannya.Dia menitipkan anak-anak pada Laras, ibunya yang memang dia minta untuk menginap di sana.Dia bertemu dengan Ibra yang menjemputnya di halaman.Tadinya, Lara juga memiliki kekhawatiran seperti yang disampaikan oleh Ibra.Apa di sana akan ada jebakan yang dilakukan oleh lelaki bernama Sanha si bodyguardnya Pramita itu?Tapi Ibra tidak sebodoh yang Lara kira kare
“Saudari Pramita Helena Malik, anda juga kami tahan karena terlibat dalam dugaan kasus pembunuhan berencana yang merenggut satu nyawa.”Pramita bisa mendengar hal itu.Tapi sungguh dia tidak peduli sekarang karena semuanya telah terlambat. Semuanya telah ada di garis akhir, yang tidak akan bisa dia perbaiki, sama sekali.Dia melihat Sanha yang ada di sampng pintu mobil polisi yang parkir di sekitar King’s Queen.Klub malam itu juga kena sidak karena Pramita ditangkap di sini.Kedua tangannya diborgol dan dia dibawa petugas tanpa perlawaban. Tubuhnya kebas sekujur badan saat dia tiba di samping Sanha yang memandangnya selama beberapa detik sebelum menunduk seraya berujar,“Seandainya kamu menurut untuk tidak melanjutkan dendam irasional-mu itu, kita tidak akan pernah berakhir seperti ini. Kita mungkin dalam kesulitan soal materi, tapi tidak dengan tidur di tahanan seperti ini, Pramita.”“Sanha ....”Sanha tidak menjawabnya, dia memilih untuk masuk ke dalam mobil tahanan.Dia ikut dihuk
Meski Aruan berbicara panjang lebar, itu masih belum membuat Lara tenang, setelah bertemu dengan Pramita dan melihat wajahnya yang seperti tidak memiliki dosa atas apa yang dia lakukan pada Alex, Lara dibuat semakin marah.Dan kemarahannya itu ternyata menyeretnya pada perasannya yang lain dan itu adalah sebuah kecemasan.Dia tidak bisa tidur dan memutuskan untuk bangun. Memeriksa ponselnya dan membaca beberapa cerita agar dia mengantuk kemudian terlelap.Pencariannya berhenti pada sebuah mitologi China.Tentang sebuah takdir yang dinamakan dengan ‘takdir benang merah.’Sejauh apapun, selama papun mereka berpisah, jika benang merah takdir mengatakan mereka adalah cinta bagi satu sama lain, pada akhirnya mereka akan bertemu kembali.Meski di kehidupan yang sekarang mereka terpisah, benang merah yang menghubungkan mereka akan kembali tersambung di kehidupan yang akan datang.Lara memandang cicin yang melingkar di jari manisnya.Apa itu seperti takdir cincin pernikahan ini? Sejauh apapun
Dengan hati yang terasa berat, Karel pergi meninggalkan sekitaran ruang rawat Alex.President suite yang baru saja mempertemukannya dengan Lara.Kalimatnya sudah jelas.Karel harus pergi, tidak boleh menunggu Lara. Tidak untuk menunggu cinta bertepuk sebelah tangannya itu bersambut.Tidak untuk menantinya membalas rasa.Semua itu adalah sebuah kemustahilan.Langkahnya berat, semuanya menjadi berat.Pagi yang semula akan dia sangka sebagai pagi yang cerah telah berubah dalam sekejap.Dia berhenti di dekat pohon tabebuya saat melangkah di atas jalan setapak yang membelah taman. Penghubung dari blok president suite ke ruangan yang lainnyaBunga warna putihnya melambai, seolah bicara agar Karel memag mengibarkan bendera putih, menyerah, atas apapun.“Sudahkah saatnya mengakhiri?”Tabebuya seperti memberinya jawaban dengan menjatuhkan setangkai bunganya. Jatuh mengenai kepala Karel sebelum mendarat di atas jalan setapak.Hatinya sakit, tapi entah kenapa dia akhirnya menemui jawaban yang je
Alex telah bangun. Lara melihatnya membuka mata dan menggerakkan tangannya untuk menyentuh Lara.Dengan mata yang memburam, jarak pandang yang masih terhalang air mata, Lara memanggil namanya dengan suara yang gemetar.“Alex?”Lara memandangnya, memastikan bahwa apa yang dia lihat bukanlah sebuah kesalahan.Bukan fatamorgana, ini kenyataannya.Doa yang dia langitkan telah dikabulkan Tuhan dengan cepat, kurang dari dua puluh empat jam. Sehebat inikah sebuah keajaiban?Seperti inikah kebahagiaan tak bisa dijelaskan dengan kata-kata itu?Karena rasanya Lara tidak bisa mengatakan apapun selain menyebut nama Alex.Dengan kaki yang terasa kebas dan tak menginjak lantai dia berdiri dari duduknya, memencet tombol panggil perawat untuk datang.Lara hanya terus saling tersenyum dengannya. Dia masih belum sanggup mengatakan apapun selain syukur yang besar di dalam hatinya.Selain terima kasih yang besar untuk Tuhan yang membawa Alex kembali dalam keadaan utuh.Perawat yang belum lama keluar kini
Lara berdiri dari duduknya, melepas genggaman tangannya bersama dengan Alex dan berlari menuju ke pintu ruang rawat, membukanya sehingga dia bisa memastikan bahwa tangisan yang datang sayup-sayup dari luar itu benarlah tangisan dari si kembarnya, Neo dan Shenina.Dan itu memang benar!Yang di depan ruangan Alex yang pintunya hampir saja diketuk oleh Nina itu adalah anak-anaknya, si kembar.“Sayang? Ada apa ini?” tanya Lara dengan mendekat pada mereka.Membiarkan mereka memeluk kakinya secara bersamaan dengan air mata yang beruraian.“Mama ....”“Mamaaa.”“Iya, Neo. Shen? Kok nangis kenapa ini sayang-sayangnya Mama, hmm?”“Mamaa ... papa mana?”“Kemarin ‘kan papa tidurnya di sana?”“Kok sekarang tidak ada?”“Apa papa sudah kayak yang di televisi?”“Apa papa sudah ada di ruang jenazah?”“Apa papa sudah pergi kepada bintang?”Kedua bahu Lara jatuh di buatnya.Tahu sudah dia alasan kenapa si kembar ini menangis hingga seperti ini.“Sayang ... jangan nangis dulu Mama akan jelaskan.”“”Bu N
"Apa, Alex?" tanya Lara bingung karena Alex diam setelah menoleh dan mengawasinya."Makanannya baik-baik saja, Lara. Tidak ada yang salah dengan itu. Sepertinya yang salah kamu."Mendengar itu, Nina bereaksi dengan menutup mulutnya. Sedangkan Lara berhenti mengunyah.Dia terkejut saat tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Alex.Bukankah itu tanda-tandanya?Dia tidak enak perut sejak kemarin, makan pun tak berselera dan lebih memilih buah-buahan yang cenderung memiliki rasa asam.Yang barusan, saat semua orang mengatakan daging sapi yang lezat itu baik-baik saja, Lara malah mengatakan jika baunya amis.Indera penciumannya menjadi lebih sensitif.Dia sudah terlambat datang bulan. Jika dihitung dari kepergian mereka ke Geiranger saat itu, dia sudah terlambat selama ...Satu, dua minggu? Lebih tiga hari?"Aku hamil?" tanyanya dengan bangun dari duduknya.Dia menunjuk pada dirinya sendiri dengan kedua matanya yang membola berbinar sangat cantik."KITA MAU PUNYA ADIK?""ADIK YANG L