"Apa, Alex?" tanya Lara bingung karena Alex diam setelah menoleh dan mengawasinya."Makanannya baik-baik saja, Lara. Tidak ada yang salah dengan itu. Sepertinya yang salah kamu."Mendengar itu, Nina bereaksi dengan menutup mulutnya. Sedangkan Lara berhenti mengunyah.Dia terkejut saat tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Alex.Bukankah itu tanda-tandanya?Dia tidak enak perut sejak kemarin, makan pun tak berselera dan lebih memilih buah-buahan yang cenderung memiliki rasa asam.Yang barusan, saat semua orang mengatakan daging sapi yang lezat itu baik-baik saja, Lara malah mengatakan jika baunya amis.Indera penciumannya menjadi lebih sensitif.Dia sudah terlambat datang bulan. Jika dihitung dari kepergian mereka ke Geiranger saat itu, dia sudah terlambat selama ...Satu, dua minggu? Lebih tiga hari?"Aku hamil?" tanyanya dengan bangun dari duduknya.Dia menunjuk pada dirinya sendiri dengan kedua matanya yang membola berbinar sangat cantik."KITA MAU PUNYA ADIK?""ADIK YANG L
***Malam harinya setelah anak-anak dijemput pulang oleh Ibra, Setelah mereka berceloteh panjang lebar tentang mereka akan datang mengujungi Alex lagi besok, Neo dan Shenina pulang bersama dengan Ibra dan juga Kalisha yang baru selesai bekerja.Nina lebih dulu pulang ke rumah sejak siang karena dia harus menyiapkan beberapa pakaian Lara untuk nanti diantar oleh pak Andik, salah satu sopir milik Alex yang lain karena Lara lah yang akan menjaga Alex.Tadinya Nina menyarankan agar Ibra saja, tetapi Ibra mengatakan, ‘Biarkan saja, Bu Nina. Mereka butuh waktu berdua. Kalau pak Alex ada di dekatnya Lara tuh dia pasti akan cepat sembuh.’Maka, Nina setuju-setuju saja.Ibra mengemudikan mobilnya dengan santai di jalan raya. Bersama dengan Kalisha yang ada di sampingnya sedangkan si kembar duduk di belakang dengan anteng. Baru saja setengah perjalanan, mereka malah tertidur.“Mereka tidur,” ucap Kalisha dengan lirih. Menoleh ke belakang memastikan Neo dan Shenina tidak terbentur.Lucu sekali m
"Setelah aku pikir-pikir, mampir minum kopi di rumahmu juga tidak buruk, Kal."Ibra mengubah keputusannya dari yang semula, 'Tidak usah, terima kasih' menjadi yang baru saja dia katakan itu.Dan Kalisha mengangguk dengan tanpa bebannya."Okay. Masuklah! Mau makan juga nggak? Aku bisa bikin sesuatu yang enak dan cepat. Soalnya tadi pagi aku sudah siapkan bahan-bahan yang mau aku eksekusi.""Oh ya? Mau bikin apa memangnya?""Hm ... Nanti kamu juga akan tahu.""Okay."Ibra tersenyum saja saat akhirnya mereka keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.Memang benar sepi, tidak ada orang. Ibra berpikir, mungkin asisten rumah tangga yang ada di rumah ini sudah mengambil istirahat?Atau belum? Atau sedang mengerjakan sesuatu di ruangan mereka masing-masing?Entahlah ... Ibra tidak tahu.yang dia tahu hanya satu hal saja. Kalisha sangat cantik.Dia cantik saat mengenakan seragam perawatnya atau saat mengenakan pakaian biasa.Sekarang, Ibra melihat Kalisha sedang mengenakan pakaian biasa. Blo
"Itulah niat sesat! Ketiban sial 'kan akhirnya!"Kalisha memukul lirih lengan Ibra yang sedang berdiri dari duduknya. Sedangkan Kalisha baru saja berpindah dari tempatnya semula ke samping Ibra yang kesakitan karena daging panas yang tadinya ada di atas piring telah berpindah mengenai 'daging' Ibra yang ....Ah itulah pokoknya!Setelah Ibra pikir-pikir lagi ... rasanya dia itu tidak seberbakat Alex dalam hal merayu perempuan.Atau memang pada dasarnya dia itu apes dan sial sehingga dia tidak diperbolehkan mencicipi A, B, C?Siaaal!Tobat jika begini caranya!Dia tidak bisa mengikuti jejak Alex si buaya, sama sekali tidak bisa!Besok, jalannya akan mengangkang dan akan menjadi bahan pertanyaan.Ibrani ooh Ibrani ....***Meninggalkan Ibra dan segala keapesannya di dalam rumah Kalisha, di dalam sini, lebih tepatnya di kamar rawat presidet suite milik Alex, Lara baru saja mengantar kepergian perawat dan dokter yang memeriksa Alex.Kondisi Alex? Baik.Dokter hanya menyarankan dia untuk ba
Alex mengangguk membenarkan Lara, menghapus air matanya yang berderai saat dia mengatakan demikian.Saat dia mengatakan bahwa dia dan Alex sekali lagi mampu melewatinya.Masa sulit, badai yang menghantam mereka dengan sangat buruknya."Aku ingat apa yang kamu bilang tadi adalah yang kamu katakan dulu pas kita ada di Dunster, 'kan?""Yang mana?""Lalu dari celah mana aku bisa menemukan kekuranganmu.""Aku pernah bilang begitu memangnya?""Tidak bilang secara langsung sih. Tapi kamu tulis di surat yang kamu kasihkan ke aku lewat buket bunga. Dan aku bisa mengingatnya sampai sekarang. Karena suratnya masih aku simpan.""Manisnya ....""Kamu tahu aku sangat sedih waktu aku ingat itu?""Kenapa?""Karena aku tidak bisa melihatmu baik-baik saja. Karena setelah kamu tulis surat yang sangat manis kamu malah koma setelah kecelakaan. Aku pikir ... kenapa semuanya jadi begini? Aku bertanya-tanya apa tidak ada akhirnya kesedihan di antara kita? Kenapa lagi-lagi harus kamu? Aku melihat kamu di bran
***Lara ada di dalam sebuah ruangan yang berisi tidak hanya dirinya, satu atau dua orang saja melainkan oleh banyak manusia.Hadirin dan reporter menunggu dengan tertib akan berlangsungnya sidang dakwaan untuk perempuan yang telah merenggut nyawa di dalam kandungan Lara, Shiera.Pembacaan dakwaan untuk Nala dan ayahnya, Roy menyusul pada beberapa hari yang akan datang Lara sengaja datang ke sini, ke persidangannya Shiera untuk melihat seperti apa wujud perempuan itu saat mendengar putusan dari yang mulia hakim nanti.Lara duduk di barisan depan, bersama dengan Ibra di sebelah kirinya, mereka meninggalkan Alex di rumah sakit yang tadi sedang mendapat kunjungan dari Jefri Suh, ayahnya Alex.Sehingga Lara dan Ibra yang pergi ke tempat ini.Dia datang!Perempuan itu datang dengan mengenakan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam.Rambutnya tidak seperti yang terakhir kali Lara lihat berwarna merah kecoklatan. Tetapi memudar dan kembali ke warna aslinya.Shiera.Dia berjalan menun
Sementara itu di rumah sakit ........Alex tadinya di dalam kamar rawatnya dan duduk bersama dengan Jefri di sofa.Kemudian karena Alex bosan, Jefri menawarkan agar mereka bisa jalan-jalan."Papa rasanya tidak pernah sedekat ini dengan kamu, Alex."Jefri berujar saat mereka keluar dari kamar.Menyaksikan taman yang bunganya bermekaran dan pepohonan tinggi menghijau yang menyenangkan mata mereka."Mungkin ... aku harus sering begini dulu biar Papa datang dan menjengukku?" balas Alex dengan tertawa lirih."Jangan lah, kamu tidak tahu betapa tersiksanya Lara saat kamu tidak bangun? Dia menunggu kamu setiap hari di depan ruang ICU, tidak pernah lelah atau bosan. Dia menangis kepada kami dan bilang kalau dia rela menukar sebagian sisa hidupnya asalkan kamu cepat bangun dan membuka mata. Dia tersiksa saat kamu kehilangan detak jantungmu, atau saat dokter mengatakan kamu kritis. Dan kami mendengarnya tapi tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya."Alex tersenyum mendengar semua itu. Me
"H-hai," sapa Karel ragu-ragu.Alex sekilas menunjukkan senyumnya sebelum membalas sapaannya dengan,"Hai.""Kamu sendirian?" Karel menoleh ke kiri dan ke kanan. Alex menggeleng lebih dulu sebelum menjawab dengan,"Tidak kok. Itu sama papaku. Lagi terima telepon."Alex menunjuk sekilas pada Jefri yang ada di sebelah kanan mereka. Jarak sekitar sepuluh meter. Berdiri menerima panggilan telepon di bawah pohon mangga."Oh, begitu.""Kamu nggak kerja?" tanya Alex sembari menatap mata tertunduknya. "Kerja kok.""Lalu kenapa di sini? Makan gaji buta itu namanya.""Sengaja pergi ke sini karena ingin bertemu denganmu. Aku mau ke kamarmu tapi ternyata malah ketemu kamu di sini.""Pasti ada yang ingin kamu bicarakan. Duduklah! Jangan berdiri di situ karena aku sedang tidak menyidangmu."Karel tersenyum tipis, lalu duduk di samping Alex, di bangku taman bercat putih yang dinaungi oleh dahan besar pohon jambu air."Iya, ada yang ingin aku sampaikan padamu. Dan mungkin saja akan bikin kamu semak