***Lara ada di dalam sebuah ruangan yang berisi tidak hanya dirinya, satu atau dua orang saja melainkan oleh banyak manusia.Hadirin dan reporter menunggu dengan tertib akan berlangsungnya sidang dakwaan untuk perempuan yang telah merenggut nyawa di dalam kandungan Lara, Shiera.Pembacaan dakwaan untuk Nala dan ayahnya, Roy menyusul pada beberapa hari yang akan datang Lara sengaja datang ke sini, ke persidangannya Shiera untuk melihat seperti apa wujud perempuan itu saat mendengar putusan dari yang mulia hakim nanti.Lara duduk di barisan depan, bersama dengan Ibra di sebelah kirinya, mereka meninggalkan Alex di rumah sakit yang tadi sedang mendapat kunjungan dari Jefri Suh, ayahnya Alex.Sehingga Lara dan Ibra yang pergi ke tempat ini.Dia datang!Perempuan itu datang dengan mengenakan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam.Rambutnya tidak seperti yang terakhir kali Lara lihat berwarna merah kecoklatan. Tetapi memudar dan kembali ke warna aslinya.Shiera.Dia berjalan menun
Sementara itu di rumah sakit ........Alex tadinya di dalam kamar rawatnya dan duduk bersama dengan Jefri di sofa.Kemudian karena Alex bosan, Jefri menawarkan agar mereka bisa jalan-jalan."Papa rasanya tidak pernah sedekat ini dengan kamu, Alex."Jefri berujar saat mereka keluar dari kamar.Menyaksikan taman yang bunganya bermekaran dan pepohonan tinggi menghijau yang menyenangkan mata mereka."Mungkin ... aku harus sering begini dulu biar Papa datang dan menjengukku?" balas Alex dengan tertawa lirih."Jangan lah, kamu tidak tahu betapa tersiksanya Lara saat kamu tidak bangun? Dia menunggu kamu setiap hari di depan ruang ICU, tidak pernah lelah atau bosan. Dia menangis kepada kami dan bilang kalau dia rela menukar sebagian sisa hidupnya asalkan kamu cepat bangun dan membuka mata. Dia tersiksa saat kamu kehilangan detak jantungmu, atau saat dokter mengatakan kamu kritis. Dan kami mendengarnya tapi tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya."Alex tersenyum mendengar semua itu. Me
"H-hai," sapa Karel ragu-ragu.Alex sekilas menunjukkan senyumnya sebelum membalas sapaannya dengan,"Hai.""Kamu sendirian?" Karel menoleh ke kiri dan ke kanan. Alex menggeleng lebih dulu sebelum menjawab dengan,"Tidak kok. Itu sama papaku. Lagi terima telepon."Alex menunjuk sekilas pada Jefri yang ada di sebelah kanan mereka. Jarak sekitar sepuluh meter. Berdiri menerima panggilan telepon di bawah pohon mangga."Oh, begitu.""Kamu nggak kerja?" tanya Alex sembari menatap mata tertunduknya. "Kerja kok.""Lalu kenapa di sini? Makan gaji buta itu namanya.""Sengaja pergi ke sini karena ingin bertemu denganmu. Aku mau ke kamarmu tapi ternyata malah ketemu kamu di sini.""Pasti ada yang ingin kamu bicarakan. Duduklah! Jangan berdiri di situ karena aku sedang tidak menyidangmu."Karel tersenyum tipis, lalu duduk di samping Alex, di bangku taman bercat putih yang dinaungi oleh dahan besar pohon jambu air."Iya, ada yang ingin aku sampaikan padamu. Dan mungkin saja akan bikin kamu semak
***Orang bilang, 'tahta tertinggi dalam mencintai seseorang itu adalah melepasnya dengan lapang dada saat melihatnya bahagia dengan pilihannya. Lalu mengucapkan selamat dengan dagu yang tegak.'Mungkin, Karel akan lakukan itu mulai hari ini.Hah ....Dia menghela napasnya, mendengar alunan lagu romantis yang terasa mengejeknya atas kisah cintanya yang tragis."Kenapa lagunya begini?"Karel memindah lagunya dan kali ini malah mengoyak hatinya dengan luka tanpa memiliki.'Never mind I'll find someone like you. I wish nothing but the best for you. Don't forget me ....'"Astaga ...."Karel mematikannya. Dia memijit keningnya sebelum memandang pada sebuah amplop dengan logo rumah sakit tempat dia bekerja—We Care Hospital—sedang tergeletak di kursi di samping kemudi di dalam mobilnya.Pada dokter atasannya, dia memang menginginkan agar dipindah lebih cepat. Agar kesempatannya untuk bertemu dengan Lara tak lagi ada.Dia menyalakan mesin mobilnya saat ada di parkiran.Ini hari terakhirnya
***Lara ada di dalam kamar rawat Alex, melambaikan tangannya pada anak-anak yang dijemput oleh Nina dan juga Andik, sopir milik Alex yang lain."Bye-bye, Mama."Shenina yang melambaikan tangannya lebih dulu kemudian Neo."Sampai jumpa besok, Mama."Berbeda dengan Shenina, dia menunduk dengan sopan di hadapan Lara."Bye-bye, Shen. Neo jaga adik di rumah ya? Besok Papa sudah boleh pulang kok.""Baik. Kami tunggu Mama sama papa di rumah ya?""Iya, Shen."Lara hampir mengusap puncak kepala mereka bergantian sebelum Neo satu langkah maju ke depan dan menyentuh perut Lara saat mengatakan,"Mama baik-baik juga ya? Adik yang di sini juga.""Baik, Kakak Neo. Terima kasih banyak."Lalu setelah Lara memeluk mereka bergantian, dan membalas salam dari Nina dan Andik, Lara melihat mereka yang berjalan pergi meninggalkan teras ruang rawat president suite milik Alex.Saat Lara menutup pintu kamarnya dan melihat Alex yang duduk di atas ranjang, dia tersenyum karena Alex sedang melongo dengan bibir ya
“A-apanya yang di atas?” gugup Lara tak mengantisipasi serangan dadakan dari Alex. memandang Alex dan senyum buayanya yang bisa dia lihat.Manis, dan membuat Lara berdebar tak karuan rasanya.“Kamu yang di atas, Lara. Posisi WOT. Woman On Top.”“Kenapa yang ada di pikiranmu hanya soal itu sih, Alex?”“Karena itu yang paling enak. Kamu tidak suka memangnya?”“Bukannya aku tidak suka. Tapi kenapa kamu tiba-tiba begini? Kamu lagi pakai mode buaya loh sekarang ini. Mentang-mentang aku bersikap manis padamu kamu langsung nyosor seperti anak itik?”“Kamu mengataiku sebagai anak itik?”Bertanya sembari mendekat pada Lara. Menjatuhkan bibirnya di pipi Lara, atau di lehernya. Dia seperti tidak ingat bahwa kondisinya itu baru saja bangun dari koma—meski ini sudah terlewat lebih dari satu minggu berlalu.“Karena kamu mau menciumku begini, Alex.”“Bukannya sebelumnya aku memang suka mencium kamu?”“Tapi tolong tidak untuk dengan tambahan yang lainnya. Tidak untuk mengajakku melakukan hal yang pan
Alex adalah makhluk paling tidak sabaran di dunia ini setelah singa kelaparan yang melihat mangsa.Dia sebelas dua belas dengan singa itu. Bedanya, dia tidak melihat mangsa, melainkan melihat Lara.Lihat dia yang seolah lupa bahwa dia baru saja bangun dari koma dan malah bersikap seperti ini yang membuat Lara hampir jantungan karenanya.Alex menarik tangan Lara agar dua dari mereka jatuh di atas ranjang. Bukan Alex yang di atas, melainkan Lara.Sebelah tangannya bertumpu di dada Alex yang tersenyum dengan mata pasrah, dia seperti menyerahkan dirinya pada Lara, apapun yang akan Lara lakukan, Alex akan menerimanya, setidaknya begitulah matanya berbicara.Jangan menunda, sebelum si kembar bangun dan Alex akan menjadi anak itik merajuk jilid Dua, Lara segera mengabulkan apa yang dia inginkan.Lata menatap mata sayunya, Alex menelan salivanya saat melihat tangan Lara yang bergerak membuka kancing kemeja yang sedang dia kanakan, menariknya terlepas sekaligus menarik Alex untuk bangun dari b
Alex berlari pergi untuk menyusul Lara. Ke mana Lara pergi menyusul si kembar yang sudah berlari dengan sangat cepat seperti anak cheetah.Alex berpikir mereka adalah atlet lomba lari karena menghilang dalam sekejap."Eh loh?" Alex terbuka lebar kedua matanya saat tiba di ruang tengah.Melihat Neo yang kepalanya tersangkut di bawah sofa sedangkan Shenina dicegah Lara agar tak mendekat karena si abang dalam posisi yang tidak menyenangkan."MAMAAA!" panggil Neo dari bawah sofa yang dengan cepat dijungkir oleh Alex.Tadinya Lara ingin membantu juga tetapi Alex tidak memperbolehkannya.Sehingga Alex sendirilah yang menjungkirnya dan Neo segera beringsut pergi dari bawah sofa."Ke sini, Neo!" pinta Lara seraya mengarahkan sebelah tangannya ke depan. Anak lelakinya itu segera berjalan mendekat. Lara menempatkan Neo berdiri di sebelah Sherina sehingga si kembar berdampingan, dengan keadaan wajah Neo yang memiliki sisa potongan semangka yang tadi dilemparkan Shenina kepadanya. Sedangkan Sh