“A-apanya yang di atas?” gugup Lara tak mengantisipasi serangan dadakan dari Alex. memandang Alex dan senyum buayanya yang bisa dia lihat.Manis, dan membuat Lara berdebar tak karuan rasanya.“Kamu yang di atas, Lara. Posisi WOT. Woman On Top.”“Kenapa yang ada di pikiranmu hanya soal itu sih, Alex?”“Karena itu yang paling enak. Kamu tidak suka memangnya?”“Bukannya aku tidak suka. Tapi kenapa kamu tiba-tiba begini? Kamu lagi pakai mode buaya loh sekarang ini. Mentang-mentang aku bersikap manis padamu kamu langsung nyosor seperti anak itik?”“Kamu mengataiku sebagai anak itik?”Bertanya sembari mendekat pada Lara. Menjatuhkan bibirnya di pipi Lara, atau di lehernya. Dia seperti tidak ingat bahwa kondisinya itu baru saja bangun dari koma—meski ini sudah terlewat lebih dari satu minggu berlalu.“Karena kamu mau menciumku begini, Alex.”“Bukannya sebelumnya aku memang suka mencium kamu?”“Tapi tolong tidak untuk dengan tambahan yang lainnya. Tidak untuk mengajakku melakukan hal yang pan
Alex adalah makhluk paling tidak sabaran di dunia ini setelah singa kelaparan yang melihat mangsa.Dia sebelas dua belas dengan singa itu. Bedanya, dia tidak melihat mangsa, melainkan melihat Lara.Lihat dia yang seolah lupa bahwa dia baru saja bangun dari koma dan malah bersikap seperti ini yang membuat Lara hampir jantungan karenanya.Alex menarik tangan Lara agar dua dari mereka jatuh di atas ranjang. Bukan Alex yang di atas, melainkan Lara.Sebelah tangannya bertumpu di dada Alex yang tersenyum dengan mata pasrah, dia seperti menyerahkan dirinya pada Lara, apapun yang akan Lara lakukan, Alex akan menerimanya, setidaknya begitulah matanya berbicara.Jangan menunda, sebelum si kembar bangun dan Alex akan menjadi anak itik merajuk jilid Dua, Lara segera mengabulkan apa yang dia inginkan.Lata menatap mata sayunya, Alex menelan salivanya saat melihat tangan Lara yang bergerak membuka kancing kemeja yang sedang dia kanakan, menariknya terlepas sekaligus menarik Alex untuk bangun dari b
Alex berlari pergi untuk menyusul Lara. Ke mana Lara pergi menyusul si kembar yang sudah berlari dengan sangat cepat seperti anak cheetah.Alex berpikir mereka adalah atlet lomba lari karena menghilang dalam sekejap."Eh loh?" Alex terbuka lebar kedua matanya saat tiba di ruang tengah.Melihat Neo yang kepalanya tersangkut di bawah sofa sedangkan Shenina dicegah Lara agar tak mendekat karena si abang dalam posisi yang tidak menyenangkan."MAMAAA!" panggil Neo dari bawah sofa yang dengan cepat dijungkir oleh Alex.Tadinya Lara ingin membantu juga tetapi Alex tidak memperbolehkannya.Sehingga Alex sendirilah yang menjungkirnya dan Neo segera beringsut pergi dari bawah sofa."Ke sini, Neo!" pinta Lara seraya mengarahkan sebelah tangannya ke depan. Anak lelakinya itu segera berjalan mendekat. Lara menempatkan Neo berdiri di sebelah Sherina sehingga si kembar berdampingan, dengan keadaan wajah Neo yang memiliki sisa potongan semangka yang tadi dilemparkan Shenina kepadanya. Sedangkan Sh
“Alex, kamu marah?” Lara bertanya saat dia sedang ada di dalam kamar, bersama dengan Alex yang duduk meluruskan kakinya di atas ranjang.Alex yang mendengar namanya disebut segera menoleh ke arah Lara.“Apa, Sayang?” tanyanya balik dengan kedua alis yang terangkat dan kedua matanya yang membola.Percayalah, belakangan ini Lara sangat suka melihat ekspresi Alex yang seperti itu.Lara baru saja keluar dari walk in closet. Baru saja berganti pakaian setelah sesi makan malam yang tadi ditutupoleh salad sayur Alex yang ditumpahi kuah kari ayam oleh si kembar.Lara mendekat pada Alex, saat tiba di sisi ranjang tempat di mana Alex duduk, Alex meraih pergelangan tangannya dan menariknya, membuat Lara duduk menyamping di pangkuannya dengan kedua tangannya yang melingkar di leher Alex.“Apa, Sayang? Kamu tanya apa barusan, hm?” tanya Alex sekali lagi.Lara menatap ke pada matanya yang selalu kelam seperti langit malam. Irisnya adalah samudera gelap, palung terdalam yang penuh misteri. Memikat d
Alex akan menenangkan Shenina. Tetapi Lara juga sedang kesal dan membuang wajahnya.Baiklah ... Lara bisa nanti saja.Alex harus menghentikan tangisan Shenina pertama-tama.Dia mendekat ke arah Shenina tetapi anak gadisnya itu melengos pergi begitu saja. Dia melahap es krim di tangannya dengan kesal.Berjalan menghentak-hentakkan kakinya, cemburu Alex dekat dan bersikap manis pada anak perempuan lain selain dirinya.“Sheen?” panggilan Alex tidak mempan karena Shenina menunjukkan punggungnya tanpa mau melihatnya.Lalu ....“Laraaa,” panggil Alex pada Lara yang juga sama melengosnya. Dia menyusul Shenina sehingga Alex bisa melihat punggung mereka berdua.Tidak perlu tes DNA untuk membuktikan bahwasanya mereka berdua adalah ibu dan anak karena Alex bisa melihat samanya tabiat mereka yang tidak menyimpang satu sama lain.Satunya cemburu karena menganggap Alex memanggil anak perempuan lain dnegan Sweety.Satunya cemburu karena berpikir Alex baru saja beraksi sebagai buaya yang menggoda ibu
....Setelah menepati janjinya pada Shenina untuk mengenakan kostum dan berfoto dengan beruang mascot Fantasy World, mereka pergi meninggalkan taman hiburan itu dengan hati yang bahagia.Alex menyetir mobil dengan menggelengkan kepalanya ke kiri dan juga ke kanan, mengikuti irama yang dinyanyikan oleh Neo dan Shenina yang duduk di belakang sedang mendendangkan di sini senang di sana senang.“Anak-anaknya Papa mau makan apa?” tanya Alex saat mereka sejenak berhenti bernyanyi dan akan memutuskan untuk menyanyikan lagu selanjutnya.Yang Alex dengar itu berjudul Are we there yet?“Kita mampir makan dulu, Papa?” tanya Shenina balik memandang punggung Alex dan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan untuk bisa mendengar Alex lebih jelas.“Iya, Sayang. Mau makan apa bilang sama Papa!”“Bagaimana kalau ....”Terdengar ragu, memandang Neo lebih dulu dan membisikkan sesuatu di telinga kakak lelakinya.“Apa, Shen? Jangan takut bilang saja ke papa!” ucap Alex meyakinkan. Menjamin bahwa tidak ada
Ini tentang ingatan Lara saat Neo dan Shenina serta dirinya belum menemukan seorang Alex.....Pagi menuju siang hari itu, Lara sedang menjemput anak-anaknya dari playgroup. Kebetulan, hari ini dia sedang mendapatkan jatah off day sehingga dia bisa meluangkan sedikit waktu untuk si kembar setelah dia bersih-bersih rumah dan membuatkan mereka makanan.“Mama!”Panggilan Shenina membuat Lara yang tadi duduk menyendiri tidak bersama orang tua yang menjemput anak mereka menoleh ke arah pintu yang terbuka.Lara melambaikan tangannya, menyambut Neo dan Shenina yang kemudian mereka menggandeng tangan Lara di sebelah kiri dan di sebelah kanan.“Bagaimana sekolah hari ini?” tanya Lara dengan menoleh pada mereka bergantian.“Baik, Mama.”“Belajar apa, Sayang?”“Gambar jeruk sama tempel buah anggur.” Mereka menjawabnya hampir bersamaan dan Lara mengangguk senang.“Bagus sekali.”Mereka berjalan dengan santai. Lara mendengar celoteh Shenina dan juga hela napas Neo yang terdengar berat.“Kenapa, Neo
Apa yang diceritakan oleh Lara itu bisa dirasakan mengiris hati seorang Alex.Dia sedang duduk di dalam rumahnya malam ini. Sepulangnya mereka dari Fantasy World dan mampir untuk membeli burger.Dia memandang kedatangan Lara yang tersenyum saat membawakan makanan ringan untuknya dan untuk si kembar.Alex melihat betapa keibuannya dia, tulus hati yang bisa dilihat Alex terbias ke matanya. Perempuan hebat yang menahan beban sendirian selama ini. Perempuan yang pantang mengeluh padahal tubuh dan hatinya sedang dihancurkan luar dan dalam.Dia kesakitan dengan menanggung beban, hatinya terluka.Dia kesakitan di luar, letih dan menanggung luka untuk memberikan hidup yang layak untuk Neo dan juga Shenina.Dia menahan semua itu, luka dan kesakitannya yang bahkan Alex membayangkannya saja tidak sanggup.Dari cerita sebungkus burger dingin, sekali lagi ... Neo, Shenina serta belahan jiwanya Lara telah membuat Alex belajar banyak hal.Tentang pentingnya bersyukur dalam keadaan apapun, bahwa selal