Apa yang diceritakan oleh Lara itu bisa dirasakan mengiris hati seorang Alex.Dia sedang duduk di dalam rumahnya malam ini. Sepulangnya mereka dari Fantasy World dan mampir untuk membeli burger.Dia memandang kedatangan Lara yang tersenyum saat membawakan makanan ringan untuknya dan untuk si kembar.Alex melihat betapa keibuannya dia, tulus hati yang bisa dilihat Alex terbias ke matanya. Perempuan hebat yang menahan beban sendirian selama ini. Perempuan yang pantang mengeluh padahal tubuh dan hatinya sedang dihancurkan luar dan dalam.Dia kesakitan dengan menanggung beban, hatinya terluka.Dia kesakitan di luar, letih dan menanggung luka untuk memberikan hidup yang layak untuk Neo dan juga Shenina.Dia menahan semua itu, luka dan kesakitannya yang bahkan Alex membayangkannya saja tidak sanggup.Dari cerita sebungkus burger dingin, sekali lagi ... Neo, Shenina serta belahan jiwanya Lara telah membuat Alex belajar banyak hal.Tentang pentingnya bersyukur dalam keadaan apapun, bahwa selal
....Mata terpejam Alex, Lara bisa melihatnya.Dia tampak sangat polos dan lugu saat terlelap seperti itu. Lara memberanikan diri untuk menyentuh pipinya, atau garis dagunya dan juga bibirnya yang merah.Semalam, bukankah sangat indah?Mereka kembali saling mengatakan tentang cinta, mencintai satu sama lain. kemudian melebur menjadi satu, perasaan yang indah, dalam semalam panas yang menggelora. Lara selalu terhipnotis oleh Alex, berulang kali.Dan semalam pun juga demikian.Tapi rasanya .... Lara harus meminta Alex agar tidak sering-sering melakukannya mengingat Lara sedang hamil. Matahari di luar menunjukkan pagi hari. Tetapi Lara masih belum mau beranjak dari ranjang. Dia terlalu malas untuk melakukan apapun.Ketukan suara di pintu membuatnya turun perlahan dari ranjang dan menuju ke arah pintu. Dia membukanya dan menjumpai Neo serta Shenina yang tersenyum begitu menjumpai wajah Lara.“Loh? Kok sudah bangun? Ini masih sangat pagi loh, Sayang?” tanya Lara dengan berbisik.“Kami mau
"Maaf, dia memang suka ngomong sembarangan."Ibu dari anak perempuan itu menunduk di depan Karel.Karel yang masih terkejut mencoba meraba keadaan yang berubah dari sebatas pertemuan baru, menjadi canggung."Kirana jangan bicara seperti itu!" ucap perempuan itu sekali lagi.Karel tidak menganggapnya sebagai hal yang besar, setelah dia menenangkan diri.Karena anak-anak memang suka mengatakan hal-hal yang membuat orang dewasa berpikir sebanyak dua kali."Tidak apa-apa kok. Memang mukaku saja yang kelihatan bujang lapuk. Kirana mungkin hanya sedang kasih peringatan kalau umurku sudah tidak muda lagi.""Maaf.""Ngomong-ngomong, aku dokter di sini. Anda ibunya Kirana?'"Iya, benar.""Sakit apa?""Sakit yang agak ... hm ....""Tidak perlu menjawab kalau keberatan.""Dia tiba-tiba saja kabur pas perawat mau ganti infusnya.""Anak-anak memang begitu kok. Tidak apa-apa. Tapi nanti setelah ini Kirana tidak boleh lari-lari lagi ya?" pinta Karel pada anak perempuan cantik itu.Dia tersenyum dan m
Lima menit sebelum Alex melihat Neo dan Shenina berkerudungkan keranjang pakaian.....Tidak ada yang aneh sebenarnya. Setelah Lara meminta mereka menunggu dengan anteng di ruang makan karena Lara akan memanggil Alex yang sedang ada di kamar atas, Shenina menata ulang buah-buahan yang ada di kerajang buah karena di matanya itu tidak memiliki perspektif yang benar.Acak-acakan dan memerlukan sentuhannya untuk ditata sehingga sedap dipandang mata.“Mau kamu apakan, Shen?” tanya Neo seraya menarik gelas agar lebih dekat padanya karena dia pikir letak gelasnya yang baru saja ditaruh oleh Nina itu nyaris tak bisa dia jangkau saat dia duduk.“Ini, Kakak Neo. Ditata sebentar biar enak dilihat.”“Oh. Jangan diberantakin dan jangan dirusakin, Shen! Apalagi anggurnya. Papa suka makan anggur. Kalau rusak semua nanti kasihan papa tidak bisa makan anggur.”“Iya,” jawab Shenina santai.Dia terus menata pisang dan juga jeruk serta apel yang ada di atas meja.“Shen.”“Iya, Kak Neo?”“Semangkanya keti
Saat menjelang tidur siang, mungkin barulah si kembar benar-benar bisa diam. Jika sejak pagi dibuka dengan pertengkaran, maka itu akan berlanjut sampai nanti malam. Gesekan panas yang terpercik sejak pagi akan terus memanas hingga malam tiba. Begitulah, Lara sudah hafal cara mainnya. Mereka—Neo dan Shenina—sering bertengkar. Tetapi tidak separah beberapa waktu belakangan ini. Si kembar sudah semakin besar, mereka sudah pintar adu mulut dan menguji kesabaran Lara. Biarlah .... Meski Lara kesal karena kadang mereka melakukan hal yang di luar nalar, Lara pikir ... itu terjadi karena memang mereka sedang ada di fase yang sedang aktif-aktifnya. Toddler di luar sana pun juta demikian. Malah mungkin jauh lebih parah dan di luar kendali. Neo dan Shenina adalah contoh kecil bagaimana toddler berubah menjadi manusia paling sibuk di muka bumi. Jauh lebih sibuk dari ilmuwan atau lebih beragenda daripada penjelajah luar angkasa. Sekarang, Lara sedang duduk meluruskan kakinya saat dia baru
“Kemo?” tanya Karel mengulangi dan Sunny mengangguk membenarkannya.“Dia dibawa perawat karena memang ini waktunya dia kemo,” lanjutnya dengan menyeka air matanya.“Aku datang ke sini karena dia minta aku buat datang.”Karel mencoba mencairkan suasana, mencoba menghapus kesedihan yang mengungkung Sunny. Seolah ruangan ini adalah penjara yang membuatnya terpuruk dalam luka yang tak berkesudahan.Memangnya ... ibu mana yang rela jika melihat anaknya yang sekecil itu bertarung dnegan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam tubuhnya.“Maaf kalau dia mengatakan hal yang aneh pada Dokter.” Sunny menundukkan kepalanya saat Karel tersenyum, tidak merasa keberatan.“Aku baik-baik saja kok. Apalagi setelah tahu keadaannya begini, aku justru semakin baik-baik saja, anggap saja ini sebagai caraku membantunya untuk lebih cepat sembuh.”“Tapi itu sudah tidak memiliki kemungkinan yang besar, Dokter.”“Kenapa kamu bicara seperti itu?”“Kami juga sama-sama tahu kalau sebenarnya semua ini hanya sebagai ca
*** Alex bisa melihat wajah cantik Lara yang sedang terlelap malam hari ini. Mereka baru saja menghabiskan satu babak panas yang ... tidak akan Alex minta ulangi dari Lara karena dia tahu betul bahwa di awal kehamilan, mereka tak bolah melakukannya terlalu sering. Bukan tidak boleh. Melainkan membatasi. Jika soal kurang, Alex akan selalu kurang dari Lara. Bukankah Alex tahu kondisi dirinya sendiri? Bahwa dia tidak akan pernah cukup dari Lara. Tapi mulai hari ini dia akan menjadi suami baik hati dengan tidak hanya memikirkan kepentingan biologisnya semata melainkan juga mementingkan kesehatan anak di dalam kandungan Lara. “Selamat malam, selamat tidur.” Alex menundukkan kepalanya, memberi kecupan di pipi Lara yang tengah meringkuk menghadapnya. Memberinya selimut agar hangat sejak dia hanya mengenakan underwear-nya saja. Sedangkan Alex turun dari ranjang untuk memeriksa ponselnya karena dia tadi mendengar ponselnya bergetar. Ada pesan yang datang dari Ibra saat Alex membukanya
Karel mengangkat wajahnya dan memandang Sunny yang sepertinya tahu apa yang terjadi. Air matanya meleleh saat Karel memeluk Kirana semakin erat dan berujar, “Tuhan lebih sayang padanya, Sunny.” Sunny mendekat dan membelai rambut hitam Kirana. Dia benar-benar memejamkan matanya, seolah damai dalam dekapan Karel dan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah itu bersandar di sana, untuk selama-lamanya. Sunny menangis tak tertahan di hadapan Karel, perasaannya bercampur aduk, banyak hal yang ingin dia katakan tetapi tidak sanggup. “Kirana ....” panggilannya menjadi elegi penutup luka. Siang yang mendung menyaksikan kepergian gadis kecil itu. Gadis kecil yang baru saja memberi warna pada Karel. Gadis kecil yang membuat Karel tahu bahwa bertemu dengan orang baru itu tidak begitu buruk. Gadis kecil yang memintanya berjanji untuk melindungi Sunny, agar jika Kirana pergi maka Sunny tidak akan kesepian lagi. Bahkan di akhir hidupnya, dia masih sempat mengkhawatirkan ibunya. Padahal sendiri