Aaron menatap Yuksel dengan pandangan tak percaya. Memang pria itu sudah sangat tahu bagaimana sikap asli dari sang menantu. Tapi, Aaron tetap saja tak menyangka."Ingat, Rosalind itu kakak iparmu, kakak dari Kimberly.""Lantas?" tanya Yuksel terdengar tak ingin berhenti."Menurutmu apa Kimberly akan senang mendengar apa yang kau lakukan pada kakaknya?"Soal itu, Yuksel langsung diam. Tak mendebat lagi, karena memang Kimberly antara setuju atau tidak dengan yang Yuksel lakukan. Namun, bagi Yuksel sendiri itu sudah hal yang paling benar."Aku hanya membalas apa yang sudah Kimberly terima saja," ujar Yuksel masih keras kepala.Hingga Aaron menghela napas. "Ayolah menantu. Jangan keras kepala seperti ini, anggap saja ini demi Kimberly. Dia juga tidak akan suka hal ini."Mata Yuksel melirik sang ayah mertua. "Ayah seperti ini, demi Kimberly atau keinginan sendiri sebagai seorang Ayah?""Bukankah sudah jelas? Jika suatu hari ada yang menyakiti anakmu, apakah kau akan diam saja?"Jika Yukse
Read more