Home / Pernikahan / Gelora Hasrat Istri Kedua / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Gelora Hasrat Istri Kedua: Chapter 1 - Chapter 10

35 Chapters

Queen yang nekad!

Malam itu semua orang sedang menikmati menu santap yang sangat lezat dan beraneka macam. Meja jati itu bahkan hampir penuh saking banyaknya aneka makanan yang disajikan sang empunya rumah.Suasana pun sangat ramai, karena acara makan malam yang sengaja diadakan untuk melepas kepergian Queen dan Samudra yang akan kuliah di Singapur. Samudra tak merasa keberatan bila harus pindah universitas demi mengemban amanah dari Alex. Kesiapannya untuk menjaga Queen sudah seratus persen.Samudra pamit undur lebih dulu dari meja makan karena hendak menjawab panggilan telepon dari seseorang. Queen yang sedari tadi diam-diam memerhatikan Samudra, juga ikut pamit dari meja makan.Alasannya yang ingin ke kamar nyatanya sama sekali tidak benar. Queen mengikuti Samudra yang berjalan menuju taman belakang. Gadis delapan belas tahun itu merasa penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Samudera kepada sang penelepon."Bang Sam dapet telepon dari siapa, sih? Kok, senyum-senyum gitu?" Queen bertanya-tanya se
Read more

Kegelisahan Alex.

Sebelum Samudera lepas kendali, dan membalas ciuman Queen di bibirnya, dengan sangat terpaksa Samudera mendorong Queen hingga gadis itu terjatuh ke tanah."Auw! Sakit!" Pekikan Queen sama sekali tidak dihiraukan oleh Samudera. "Bang Sam jahat! Kenapa aku didorong? Kan, sakit!"Enyah sudah fantasinya berciuman panas dengan Samudera. Sial!Samudera tersenyum meremehkan, seraya melipat tangan di dada dia berseru, "Salah sendiri, suruh siapa main asal cium! Kamu gak boleh gitu, Queen. Inget, kamu itu cewek jangan asal main nyosor! Sini aku bantu."Tangan Samudera yang terulur diabaikan oleh Queen. "Gak perlu! Aku bisa sendiri!" Queen berdiri sambil bersungut-sungut, menepuk-nepuk belakang celananya yang kemungkinan kotor. "Gak punya perasaan!"Sungguh malu rasanya, ditolak mentah-mentah oleh cowok yang disukai. Seumur hidup Queen tidak akan melupakan kejadian ini. "Apa, sih, kurangnya aku? Kenapa Bang Sam gak mau nerima aku jadi pacar? Aku cantik, baik, penurut, rajin belajar, pinter."Sa
Read more

Percakapan Ibu dan anak.

'Dengerin ini. Aku udah anggap kamu adik. Dari dulu sampai detik ini. Paham? Dan aku gak bisa ngecewain kepercayaan Om Alex gitu aja. Aku juga gak mau kecewain Papi.'"Argh! Bang Sam, rese!" teriak Queen yang spontan bangkit dari tidurnya, dan menendang selimutnya sampai jatuh ke lantai. "Kenapa, sih, dia gak bisa nerima aku aja? Padahal aku udah ngasih ciuman pertamaku buat dia. Tapi, semua kayak gak ada artinya."Queen membuang kasar napasnya, seraya mengacak-ngacak rambut mirip orang yang sedang frustrasi, ketika semua penolakan Samudra terus terngiang dan terbayang-bayang di ingatannya. Sampai-sampai dia tidak bisa tidur sebab terus kepikiran hal memalukan itu.Sial!Semua yang sudah dia lakukan hanya sia-sia; menebalkan muka, membuang rasa malu, sekaligus menjadi gadis yang agresif. Rasa sukanya terhadap Samudra telah membuat kewarasannya jadi berantakan."Apa yang diliat dari si Jammet itu sebenernya? Dari segi muka juga masih cakepan aku. Bodi? Ah, masih oke bodi aku. Terus, di
Read more

Suasana yang akan dirindukan Suci.

"Mami …."Niken menghela napas panjang, menjeda sejenak kalimat yang ingin dia sampaikan pada putera angkatnya yang tampan itu. Sebenarnya ada sesuatu yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Namun, karena semua orang tengah disibukkan dengan persiapan keberangkatan Queen dan Samudra, dia jadi menundanya.Hal yang mungkin akan membuat Samudra merasa tidak nyaman dan merasa dikekang. Tetapi, Niken melakukan semua itu juga demi kebaikan bersama.Samudra meletakkan cangkirnya ke meja, lalu menegur Niken yang tak kunjung bicara. "Mom, are you, oke?" Lantas mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Niken.Niken terkesiap, dan segera tersadar dari lamunannya. "Ah, hmm … Iya. Mami baik-baik aja," sahutnya sedikit terbata. Perempuan berkulit sawo matang itu lalu berdeham ringan. "Hmm … Begini, Sam. Ada yang mau mami tanyain ke kamu.""Tanya apa, Mom?" Samudra menegakkan punggung, menatap serius lawan bicaranya yang juga nampak sangat serius. Tangan kanannya masih menggenggam tangan Ni
Read more

Interogasi Alex

"Ayo sarapan, Mas."Suci masuk ke kamar, dan menghampiri Alex yang tengah sibuk mengancing kemeja di depan cermin rias. Tanpa diminta, dia dengan cekatan mengambil alih tugas itu.Kedua tangan Alex berpindah ke pinggang Suci, tinggi sang istri yang hanya sebatas dada memudahkannya untuk menjangkau seluruh wajah yang semakin cantik saja. "Queen sudah bangun?""Udah, Mas." Suci menarik simpul dasi polos tanpa corak yang sudah rapi menggantung di leher suaminya. Kemudian menepuk-nepuk pelan dada bidang itu setelah memastikan semuanya sudah sempurna.Sebagai tanda terima kasih, Alex memberi kecupan di kening Suci, lalu bertanya lagi, "Kamu … sudah siap 'kan jauhan sama Queen?"Suci mendongak, lalu mengangguk kecil, meletakkan kedua telapak tangannya di dada Alex, dan menjawab, "Seperti katamu, Mas. Aku harus siap meskipun masih agak berat.""Nanti kalau kamu mau, kita bisa tengokin dia seminggu atau dua Minggu sekali. Gimana?""Hmm … Seminggu sekali apa gak kecepetan, Mas? Mending satu bu
Read more

Jebakan Queen

Flash back off...Tok! Tok!Suara ketukan pintu, membuat sosok lelaki yang tengah berada di dalam kamar mandi itu terkesiap. Menyudahi lamunannya akan sosok gadis yang nekad memberinya ciuman pertama di lima tahun yang lalu."Sayang ... Kamu gak kenapa-napa 'kan?" tanya seorang perempuan yang berada di balik pintu kamar mandi. Nada bicaranya terdengar khawatir. Samudra menghela berat seraya mengusap wajah. Suara Jannet—perempuan yang baru saja resmi menjadi istrinya menyadarkannya—jika saat ini dia sudah menjadi seorang suami."Ya, Sayang. Aku baik-baik aja, kok," sahut Samudra, sambil menatap pantulan dirinya yang masih bertelanjang dada di depan cermin wastafel. Dia baru saja selesai mandi dan baru sadar jika sudah terlalu lama berada di dalam sini. "Oh, oke. Aku pikir kamu pingsan di dalem," kata Jannet. "Enggak, Sayang.""Jangan kelamaan. Aku keburu ngantuk." "Iya."Dari dalam kamar mandi mewah itu terdengar suara langkah kaki yang menjauh, pertanda jika Jannet sudah pergi dar
Read more

Menyusul Queen

Samudra bergegas keluar dari kamar mandi setelah membalas chat dari gadis yang dua hari ini membuatnya khawatir berkepanjangan. Pikirannya semakin kalut saat melihat foto yang dikirimkan. Apa gadis itu hendak bunuh diri dengan mengonsumsi obat penenang? Pikir Samudra. Melihat lelaki yang baru saja resmi menjadi suaminya terlihat gusar dan terburu-buru, Jannet tentu bertanya-tanya. Perempuan itu sudah terlihat begitu siap untuk ritual malam pengantin bersama Samudra. Akan tetapi nampaknya sang suami hendak pergi keluar, sebab saat ini sedang menuju ruang ganti. "Sam, kamu mau ke mana?" Pernyataan tersebut terpaksa dilontarkan Jannet karena sekarang ini Samudra sama sekali tak menganggap keberadaannya. Samudra memakai satu persatu pakaiannya, dan tak lupa mengenakan jaket. Jannet mengernyit heran. Samudra tak menjawab pertanyaannya barusan. "Sam, aku lagi nanya, loh?" Wajah Jannet terlihat memerah. "Sorry, Jane. Aku harus segera pergi," kata Samudra, menatap sang istri dengan waja
Read more

Godaan mahkluk terseksi

"Queen?"Samudra membeku di depan pintu kamar mandi saat dia justru mendapati Queen sedang mengenakan batherope. Gadis itu terlihat baik-baik saja. Queen menoleh. "Bang Sam?" Mendapati lelaki yang dia sukai sudah berdiri di hadapan, tentu saja perasaan Queen begitu senang. Sampai-sampai dia langsung menghambur ke pelukan Samudra. "Aku pikir Bang Sam udah gak peduliin aku," ucap Queen dengan beruraian air mata. Bisa memeluk Samudra seperti ini membuatnya tenang dan semakin yakin. Yakin bila Samudra memedulikan dirinya. Sementara yang dipeluk masih mencerna semuanya. Aroma sabun dan shampo yang menguar cukup mengganggu akal Samudra saat ini. Namun, untuk sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan hal yang bisa membuyarkan niatnya datang ke tempat ini. Tak dipungkiri jika Samudra juga merasa sangat lega. "Kamu ... baik-baik aja 'kan, Queen?" tanya Samudra setelah berhasil menguasai perasaan yang diam-diam membuncah di dada. Gadis manja ini rupanya tidak sampai bertindak kon
Read more

Kecurigaan Alex

Masih saling menautkan bibir, keduanya melangkah tergesa menuju kamar. Queen tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, meski dia sedikit kewalahan dengan pagutan liar dari Samudra. Pasokan oksigen pun kian menipis, dan suhu di kamarnya menjadi sangat panas. Karena tak ingin kehabisan napas dan pingsan, Queen terpaksa mendorong dada Samudra. "Aku kehabisan napas, Bang," ucap Queen dengan napas tersengal-sengal. Bibirnya yang penuh sedikit membengkak karena ulah Samudra. Samudra pun sama halnya seperti Queen. Namun, akalnya sungguh sudah dikendalikan oleh nafsu yang kian memuncak. Lelaki itu menarik ujung kaos yang dikenakan, meloloskannya secepat kilat dan membuangnya asal ke lantai. Queen menelan ludah menatap pemandangan sempurna di depan mata. Tubuh yang begitu proposional, kontras dengan kulit cokelat gelap membuat Samudra terkesan seksi. Otot perut yang liat membentuk sixpack dengan sempurna. "Liat apa?" Ibu jari Samudra mengusap bibir Queen yang sedikit terbuka. Lelaki itu suda
Read more

Resiko yang harus ditanggung

Tengah malam Samudra terbangun karena mendengar bunyi ponselnya yang menggema di ruangan temaram itu. Beranjak dari kasur dengan keadaan setengah telanjang, Samudra mengambil benda pipih miliknya dari saku celana yang tergeletak asal di lantai. Nama yang tertera di layar ponsel cukup membuat sepasang kelopak mata Samudra, yang awalnya masih mengantuk terbuka lebar seketika. "Jane?" Samudra sontak menoleh ke belakang—di mana seorang gadis, yang tengah terlelap dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun, dan hanya selembar selimut yang menutupi. Queen terlihat begitu damai dan ... cantik. 'Ck, sadar Samudra! Kamu baru aja bikin masalah.' Dalam hati, Samudra merutuk kecerobohan dan kebodohannya. Suatu kesalahan yang pastinya akan mengundang masalah besar ke depannya. Atensi lelaki itu kembali teralihkan pada dering ponsel. Samudra lekas menjawab panggilan telepon dari sang istri. "Halo …." sambil berjalan menuju kamar mandi, karena dia tak ingin mengganggu Queen. Samudra berdiri
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status