Share

Jebakan Queen

Penulis: Na_Vya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Flash back off...

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu, membuat sosok lelaki yang tengah berada di dalam kamar mandi itu terkesiap. Menyudahi lamunannya akan sosok gadis yang nekad memberinya ciuman pertama di lima tahun yang lalu.

"Sayang ... Kamu gak kenapa-napa 'kan?" tanya seorang perempuan yang berada di balik pintu kamar mandi. Nada bicaranya terdengar khawatir.

Samudra menghela berat seraya mengusap wajah. Suara Jannet—perempuan yang baru saja resmi menjadi istrinya menyadarkannya—jika saat ini dia sudah menjadi seorang suami.

"Ya, Sayang. Aku baik-baik aja, kok," sahut Samudra, sambil menatap pantulan dirinya yang masih bertelanjang dada di depan cermin wastafel. Dia baru saja selesai mandi dan baru sadar jika sudah terlalu lama berada di dalam sini.

"Oh, oke. Aku pikir kamu pingsan di dalem," kata Jannet.

"Enggak, Sayang."

"Jangan kelamaan. Aku keburu ngantuk."

"Iya."

Dari dalam kamar mandi mewah itu terdengar suara langkah kaki yang menjauh, pertanda jika Jannet sudah pergi dari tempatnya berada.

"Inget, Sam. Kamu udah nikah. Untuk apa kamu masih mikirin Queen. Dia pasti baik-baik aja. Dia gadis yang kuat."

Kekhawatirannya terhadap Queen rupanya sangat mempengaruhi suasana hati Samudra saat ini. Lelaki itu terus memikirkan keadaan Queen—gadis yang sejak lama menyukainya. Lima tahun sudah berlalu sejak dia diberikan amanah oleh Alex—daddy-nya Queen untuk menjaga putrinya saat kuliah di Singapur.

Dan saat setelah mereka kembali ke Indonesia, Samudra memutuskan untuk menikahi sang kekasih—Jannet. Keputusan tersebut disambut baik oleh keluarga besarnya, terutama orang tua angkatnya.

"Maafin aku, Queen. Demi membuktikan ke Om Alex kalo aku gak pernah punya perasaan sama kamu, aku terpaksa lakuin ini. Aku memang pengecut. Aku gak mau hubungan antara kita sebagai kakak adik rusak karena perasaan gak masuk akal ini. Selama lima tahun terakhir aku mati-matian berusaha menekan perasaan ini, supaya keluarga kita tetap seperti dulu."

Tak pernah sedikit pun Samudra melupakan perkataan Alex pada malam itu. Samudra juga tidak pernah melupakan pesan dari maminya—Niken. Sang mami secara terang-terangan tidak mengizinkannya memiliki hubungan dengan Queen. Entah karena alasan apa, Samudra tidak berani bertanya.

"Aku sekarang udah jadi suami. Aku juga cinta sama Jannet." Samudra terus meyakinkan dirinya jika keputusannya itu sudah tepat, meski di sudut hatinya terselip rasa bersalah.

Fokus Samudra saat ini hanya Jannet—istrinya.

"Tapi, kira-kira Queen ke mana? Kenapa dia gak dateng?"

Terakhir kali Samudra melihat Queen dua hari yang lalu, itu pun tanpa ada komunikasi seperti biasa. Samudra merasa ada yang berbeda dengan sikap Queen.

"Ke mana anak itu?"

****

Di suatu tempat yang terlihat remang-remang dan bising, seorang gadis cantik tengah menikmati patah hatinya seorang diri di meja diskotek. Sosok gadis yang dua hari ini membuat orang khawatir lantaran tak ada kabar.

"Bang Sam jahat! Bang Sam tega!" Bibirnya yang dipoles lipstik warna merah tak berhenti mengutuk nama seseorang yang sangat dicintainya. "Aku benci Bang Sam!"

Queen—merasa dunianya hancur. Kisah cinta pertamanya harus berakhir tragis tanpa dia bisa memulainya lebih dulu. Dia tak berhasil mengambil hati Samudra. Dia sudah gagal memperjuangkan perasaannya.

"Yang nikah sama kamu itu harusnya aku, bukan si Jammet!"

Pernikahan Samudra dengan Jannet benar-benar tak pernah disangka-sangka oleh Queen. Dia mengira selama ini Samudra menyukainya. Namun, pada kenyataannya, lelaki itu tak sedikit pun membalas perasaan Queen.

"Lima tahun aku ngejar, tapi gak ngaruh apa-apa ke dia. Sialan! Ini gara-gara Jamet!" umpat Queen sambil menuangkan minuman ke gelasnya yang sudah kosong. Minuman berkadar alkohol rendah dan baru pertama kali dia cicipi.

Dalam sekali teguk Queen menenggak minuman agak asam tersebut. Rasa pahit bercampur sensasi dingin menggelitik kerongkongannya.

"Pasti malam ini dia lagi ngerayain pesta pernikahan sama istrinya. Ck, sialan! Dia di sana seneng-seneng. Sementara aku di sini kaya orang bego meratapi kekalahan. Gak! Gak bisa! Aku gak bisa kaya gini! Aku gak boleh kalah sama si Jammet itu. Gak boleh!"

Tiba-tiba muncul sebuah ide gila di otak gadis berambut ikal itu. Sebuah ide yang tak seorang pun akan mengira.

"Aku harus dapetin Bang Sam gimana pun caranya. Ya, aku pasti bisa. Aku harus gagalin malam pertamanya dia sama Jammet. Maafin aku Bang, kalo kali ini aku bertindak di luar batas!"

Queen bergegas beranjak dari tempat bising itu. Tujuannya saat ini adalah apotek. Dia akan membeli sesuatu yang untuk pertama kalinya dia akan gunakan.

~~~

Setelah membeli apa yang dibutuhkan, Queen kembali ke apartemen yang dia beli menggunakan uangnya sendiri. Gadis itu memilih tinggal sendiri sebab dia ingin belajar hidup mandiri. Meski sang bunda sempat tidak setuju dengan keputusan Queen pada saat itu.

Berbeda dengan profesi sang ibu yang memiliki butik ternama di Bali, dan sang ayah yang merupakan pebisnis ternama di negara Singapur. Queen memilih pekerjaan yang tidak banyak orang ketahui terutama keluarga besarnya. Ilmu yang dia dapat selama kuliah di Singapur pun tidak disia-siakan begitu saja.

"Aku udah dapetin ini. Kira-kira bakal beneran berpengaruh gak ya, ke Bang Sam?" Manik Queen menyipit, membolak-balik kemasan plastik klip transparan berisikan beberapa tablet kecil warna putih cerah di jemari lentiknya.

"Pertama yang mesti aku lakuin adalah ngaktifin hape. Udah dua hari aku gak aktifin hape. Pasti banyak panggilan dari Bunda sama Daddy. Kalo Bang Sam khawatir gak, ya?"

Ponsel yang sudah dua hari diabaikan oleh sang pemilik, dan hanya tergeletak di dalam laci nakas, pada akhirnya kembali diaktifkan. Dugaan Queen pun tak meleset. Ada puluhan panggilan tak terjawab dari orang-orang terdekatnya tak terkecuali dari Samudra.

Puluhan chat pun masuk satu persatu. Beberapa chat tersebut paling banyak dari Suci.

[Maafin Queen, Nda. Queen lagi pengen sendiri. Queen lagi ada kerjaan di luar kota. Bunda gak usah khawatir.]

Pesan balasan pun terpaksa dikirim ke nomor sang Bunda agar perempuan yang melahirkannya itu tak merasa khawatir lagi. Selanjutnya, Queen juga membalas pesan dari Alex—daddy-nya. Lalu, Evan—papanya.

Queen sadar apa yang dia lakukan tidaklah benar. Membuat khawatir semua orang. Namun, dia pun tak mempunyai hati yang besar untuk menerima kenyataan pahit ini.

"Sekarang kita liat, apa Bang Sam beneran gak peduli sama aku? Kalo dia peduli, dia bakal ninggalin istrinya buat nyusul ke sini. Oke. Aku akan coba tes dia kali ini."

Hal pertama yang dilakukan Queen adalah mengambil botol kaca warna gelap, yang berisi beberapa pil penenang dari kresek apotek. Dia membelinya bersamaan dengan obat lain, yang nantinya akan digunakan kepada Samudra.

Kemudian Queen memotretnya. "Aku akan kirim foto ini ke Bang Sam. Kita liat gimana reaksinya."

Queen pun mengirimkan gambar yang dia ambil barusan ke nomor Samudra. Selanjutnya, dia menambahkan beberapa kalimat untuk mengetes lelaki itu.

[Bang Sam gak usah peduliin aku lagi. Peduliin aja si Jammet. Selamat atas pernikahannya. Setelah ini aku gak akan ganggu Bang Sam lagi. Aku akan pergi selama-lamanya dari dunia ini. Selamat tinggal. Berbahagialah dengan cintamu.]

Pesan balasan terkirim, tetapi masih centang abu-abu. Dengan dada berdebar kencang Queen menunggu centang dua tersebut berubah warna.

"Apa dia udah tidur?" duga Queen sambil memastikan lagi angka yang menunjukkan masih pukul sepuluh malam. "Apa jangan-jangan?"

Namun, dugaan gadis itu terjawab setelah menunggu beberapa menit kemudian. Garis centang dua telah berubah menjadi biru, dan itu tandanya Samudra sudah membaca pesannya.

"Belum tidur rupanya." Sudut bibir kiri Queen naik. Beberapa detik kemudian berubah menjadi seringai saat Samudra membalas chat-nya.

[Jangan gila kamu, Queen! Kamu sekarang ada di mana? Kita bisa selesaikan ini baik-baik. Kamu ada di apartemen 'kan? Tunggu aku! Aku akan ke sana secepatnya!]

Queen tertawa puas membaca sederet kalimat dari Samudra. "Aku pikir kamu gak peduli. Ternyata kamu setakut itu, Bang. Baiklah. Kita akan mulai permainan ini. Pasti akan seru."

Queen memilih tak membalas chat dari Samudra, dia melempar ponsel ke sembarang tempat.

"Mending aku siap-siap. Sekitar sepuluh menit Bang Sam dateng ke sini." Queen bergegas mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Samudra ke apartemennya.

~~~

bersambung....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Susi Atun
makin seru ceritanya lanjuuuuuttt........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Menyusul Queen

    Samudra bergegas keluar dari kamar mandi setelah membalas chat dari gadis yang dua hari ini membuatnya khawatir berkepanjangan. Pikirannya semakin kalut saat melihat foto yang dikirimkan. Apa gadis itu hendak bunuh diri dengan mengonsumsi obat penenang? Pikir Samudra. Melihat lelaki yang baru saja resmi menjadi suaminya terlihat gusar dan terburu-buru, Jannet tentu bertanya-tanya. Perempuan itu sudah terlihat begitu siap untuk ritual malam pengantin bersama Samudra. Akan tetapi nampaknya sang suami hendak pergi keluar, sebab saat ini sedang menuju ruang ganti. "Sam, kamu mau ke mana?" Pernyataan tersebut terpaksa dilontarkan Jannet karena sekarang ini Samudra sama sekali tak menganggap keberadaannya. Samudra memakai satu persatu pakaiannya, dan tak lupa mengenakan jaket. Jannet mengernyit heran. Samudra tak menjawab pertanyaannya barusan. "Sam, aku lagi nanya, loh?" Wajah Jannet terlihat memerah. "Sorry, Jane. Aku harus segera pergi," kata Samudra, menatap sang istri dengan waja

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Godaan mahkluk terseksi

    "Queen?"Samudra membeku di depan pintu kamar mandi saat dia justru mendapati Queen sedang mengenakan batherope. Gadis itu terlihat baik-baik saja. Queen menoleh. "Bang Sam?" Mendapati lelaki yang dia sukai sudah berdiri di hadapan, tentu saja perasaan Queen begitu senang. Sampai-sampai dia langsung menghambur ke pelukan Samudra. "Aku pikir Bang Sam udah gak peduliin aku," ucap Queen dengan beruraian air mata. Bisa memeluk Samudra seperti ini membuatnya tenang dan semakin yakin. Yakin bila Samudra memedulikan dirinya. Sementara yang dipeluk masih mencerna semuanya. Aroma sabun dan shampo yang menguar cukup mengganggu akal Samudra saat ini. Namun, untuk sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan hal yang bisa membuyarkan niatnya datang ke tempat ini. Tak dipungkiri jika Samudra juga merasa sangat lega. "Kamu ... baik-baik aja 'kan, Queen?" tanya Samudra setelah berhasil menguasai perasaan yang diam-diam membuncah di dada. Gadis manja ini rupanya tidak sampai bertindak kon

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Kecurigaan Alex

    Masih saling menautkan bibir, keduanya melangkah tergesa menuju kamar. Queen tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, meski dia sedikit kewalahan dengan pagutan liar dari Samudra. Pasokan oksigen pun kian menipis, dan suhu di kamarnya menjadi sangat panas. Karena tak ingin kehabisan napas dan pingsan, Queen terpaksa mendorong dada Samudra. "Aku kehabisan napas, Bang," ucap Queen dengan napas tersengal-sengal. Bibirnya yang penuh sedikit membengkak karena ulah Samudra. Samudra pun sama halnya seperti Queen. Namun, akalnya sungguh sudah dikendalikan oleh nafsu yang kian memuncak. Lelaki itu menarik ujung kaos yang dikenakan, meloloskannya secepat kilat dan membuangnya asal ke lantai. Queen menelan ludah menatap pemandangan sempurna di depan mata. Tubuh yang begitu proposional, kontras dengan kulit cokelat gelap membuat Samudra terkesan seksi. Otot perut yang liat membentuk sixpack dengan sempurna. "Liat apa?" Ibu jari Samudra mengusap bibir Queen yang sedikit terbuka. Lelaki itu suda

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Resiko yang harus ditanggung

    Tengah malam Samudra terbangun karena mendengar bunyi ponselnya yang menggema di ruangan temaram itu. Beranjak dari kasur dengan keadaan setengah telanjang, Samudra mengambil benda pipih miliknya dari saku celana yang tergeletak asal di lantai. Nama yang tertera di layar ponsel cukup membuat sepasang kelopak mata Samudra, yang awalnya masih mengantuk terbuka lebar seketika. "Jane?" Samudra sontak menoleh ke belakang—di mana seorang gadis, yang tengah terlelap dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun, dan hanya selembar selimut yang menutupi. Queen terlihat begitu damai dan ... cantik. 'Ck, sadar Samudra! Kamu baru aja bikin masalah.' Dalam hati, Samudra merutuk kecerobohan dan kebodohannya. Suatu kesalahan yang pastinya akan mengundang masalah besar ke depannya. Atensi lelaki itu kembali teralihkan pada dering ponsel. Samudra lekas menjawab panggilan telepon dari sang istri. "Halo …." sambil berjalan menuju kamar mandi, karena dia tak ingin mengganggu Queen. Samudra berdiri

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Sidak dadakan

    Harusnya Samudra sudah tiba di unit apartemen miliknya sejak satu jam yang lalu. Namun, karena ulah Queen yang memercik gelora hasratnya, Samudra tidak bisa mengendalikan diri hingga dia kembali bergumul panas dengan gadis itu di dalam kamar mandi. Ck, dia kini benar-benar sudah menjelma menjadi pria brengsek. Samudra hampir tak percaya jika sekarang dia telah kecanduan tubuh Queen. 'Ini gila, Sam! Kamu benar-benar sedang menggali kuburanmu sendiri!' Samudra merutuk dirinya sendiri ketika ingatannya kembali berputar pada pergumulan panasnya dengan Queen. Dan dia melakukannya secara sadar tanpa di bawah pengaruh obat apa pun. Bahkan, Samudra tak kuasa menepis bayang-bayang kemolekan tubuh indah Queen—perempuan yang dengan suka rela memberinya pengalaman pertama. 'Brengsek kamu, Sam!' Setelah menekan kode akses pada pintu unitnya, Samudra melangkah masuk setelah benda itu terbuka otomatis. "Sayang ...." Lelaki berja

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Tak berkutik

    "Daddy mau aku buatin minum apa? Atau sekalian aku buatin sarapan, ya? Kebetulan aku lagi buat omelette." Sebisa mungkin Queen bersikap wajar meski jantungnya sedari tadi tak berhenti berdebar-debar. Kedatangan mendadak sang daddy sungguh membuatnya hampir terkena serangan jantung. Tanpa mengabari, daddy-nya muncul di unitnya. Apalagi saat ini Alex terlihat seperti sedang mencari-cari sesuatu. Queen jadi serba salah sekarang. Dia bingung hendak melakukan apa lebih dulu. Pilihannya hanya ada dua—tetap stay di ruang tamu dengan Alex atau kembali ke pantry untuk melanjutkan membuat sarapan. 'Duuh ... aku gak mau Daddy menyadari cara jalanku yang aneh gara-gara semaleman bercinta habis-habisan sama Bang Sam. Untung Bang Sam udah pulang.' Queen membatin resah sekaligus takut apabila Alex menyadari ada sesuatu yang janggal dalam caranya berjalan. Hal itu disebabkan karena semalaman dia dan Sam bercinta tanpa batas. Alex masih belum berminat duduk, d

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Perdebatan Sam dan Jane

    "I-itu ...." 'Ya ampun, kenapa Daddy harus tanya itu, sih? Aku 'kan jadi bingung mau jawab apa. Sementara Daddy udah tau kalau Bang Sam dateng ke sini. Seandainya aku jawab jujur, terus aku mesti alasan apa, coba?' Benak Queen terus menyeru gelisah, memutar otak untuk mencari alasan yang tepat. Dia bahkan sampai tak berhenti meremas-remas jemarinya yang sudah berkeringat. Gugup. "Queen?" Alex menegur. Queen tersentak, lantas menjawab lirih, "Semalam ... Bang Sam memang ke sini, Dad." Selanjutnya yang bisa dia lakukan hanyalah menunduk, lalu menggigit bibir bawahnya dalam-dalam sambil memejamkan mata. Queen sungguh tidak bisa berpikir. Berhadapan dengan Alex itu sama halnya dia berhadapan dengan Intel. Ck! Alex menghela napas panjang, cukup puas mendengar kejujuran sang putri. Akan tetapi dia masih belum bisa tenang jika belum mengetahui alasan Samudra yang datang malam-malam ke apartemen putrinya. "Ada urusan apa

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Tuduhan Niken

    "Gimana kondisi Suci, Han? Dia kenapa?" Alex terlihat begitu mengkhawatirkan kondisi sang istri yang masih terbaring di tempat tidur, sehingga tak sabar melontarkan pertanyaan kepada Farhan—dokter pribadi keluarganya, yang baru saja selesai memeriksa. "Istri kamu anemia, Lex. Apa dia akhir-akhir ini kelelahan?" ungkap Farhan sesuai dengan diagnosanya pada Suci yang terlihat lelah dan agak pucat. "Anemia?" Alex termangu sejenak sambil menatap nanar sang istri. Menurut Alex kondisi Suci yang sampai seperti ini banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satunya ialah memikirkan Queen yang pergi berhari-hari dan tanpa kabar. "Beberapa hari ini dia sibuk bantuin sahabatnya yang menikahkan anaknya, Han. Dan ... akhir-akhir ini memang ada sedikit masalah di keluarga kami," imbuh Alex, kemudian menatap Farhan. "Solusinya apa, Han? Apa perlu donor darah?" Farhan menggeleng. "Enggak perlu, Lex. Nanti aku kasih resep penambah darah dan vitamin. Dan ... Jangan lupa cukupkan istirahat, mak

Bab terbaru

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Bab-35

    Hari yang dinanti-nanti oleh Samudra pun akhirnya tiba. Hari ini merupakan hari di mana dia akan benar-benar berpisah dengan mantan istrinya, Jannet. Setelah ini lelaki yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah itu sudah memiliki banyak sekali rencana. "Kamu yakin gak mau aku temenin?" Queen mencoba memastikan sekali lagi, meski dia akan mendapat jawaban yang sama dari sang suami, yang sudah siap berangkat pagi ini. Samudra mengangguk, sambil mencolek dagu sang istri. "Iya, Sayang. Kamu gak perlu ikut ke pengadilan. Capek. Lagipula ini adalah urusanku." Bibir bawah Queen mencebik, "Iya, deh. Aku juga males kalo ketemu mantan istrimu. Ngeri." Selanjutnya dia terkikik, sambil menggamit lengan Samudra. "Ayo sarapan dulu. Tadi aku udah siapin sarapan spesial buat suamiku yang ganteng ini." "Wah ... Wah ... Si kriwil udah pinter masak sekarang. Jadi gak sabar aku." "Enak aja kriwil! Ngomong-ngomong aku udah gak kriwil, ya!" sungut Queen, pura-pura kesal, padahal dalam hat

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Akhir

    Dua pekan berlalu, semenjak kehamilan Queen diketahui oleh keluarganya, situasi perempuan itu semakin rumit. Kebebasannya seolah direnggut paksa oleh orang-orang yang menurutnya terlalu berlebihan dalam menjaganya. Dengan alibi—ingin melindunginya dan bayinya. Tak hanya itu, dia pun tak lagi bisa bebas bertemu dengan Samudra sebelum lelaki itu resmi bercerai dari istrinya. Lantas, bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Samudra? Alex selaku ayah yang mengadopsi Queen mempunyai caranya sendiri. Sama halnya seperti yang lelaki itu lakukan pada Suci dahulu kala. Alex menyarankan agar Queen dan Samudra menikah secara agama terlebih dahulu, sampai bayi yang ada di dalam kandungan lahir. Sambil menunggu status Samudra benar-benar jelas. "Kita ini udah nikah, tapi, kenapa Daddy ngelarang kita tinggal bersama? Apa menurut Bang Sam ini gak terlalu berlebihan, ya? Gak enak banget gak bisa ketemu kamu." Queen terus mengeluh sejak di tiga puluh menit pertama dia dan Samudra melakukan pan

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Jalan keluar

    Bagi Suci, hal paling terburuk dalam hidupnya ialah gagal menjadi orang tua. Dia merasa gagal sebab kini masa lalu kelamnya seperti terulang kembali. Ya, entah Suci akan menganggapnya sebagai apa. Yang jelas, hatinya saat ini hancur lebur. 'Queen hamil ...' Dua kalimat tersebut tak berhenti berdengung di telinga Suci. Mengakibatkan air matanya kian deras mengalir membasahi pipi. "Bunda ...." Panggilan dari sang anak yang menjadi penyebab kesedihannya menyadarkan Suci. "Queen?" Suara Suci nyaris tak terdengar, karena cekat di tenggorokan yang kian menghimpit. Sesak di dadanya makin terasa. Pandangannya sedikit mengabur. Kedua bola matanya menatap nyalang sang anak yang berdiri berdampingan dengan Samudra. Alex yang sedari tadi kebingungan serta bertanya-tanya berinisiatif menghapus jejak basah di pipi Suci. "Sayang ...." Suara khas Alex mampu mengalihkan perhatian Suci. Kini, dia bisa melihat dan merasakan—kekecewaan dari sorot manik bulat itu. "Mas ...." Kelopak m

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Kebetulan tak terduga

    Beberapa menit sebelumnya.... Suci menghempas punggungnya ke sandaran kursi sambil menghela panjang. "Akhirnya selesai juga. Tinggal cari bahan sama pesen payet," gumamnya, setelah berhasil menyelesaikan sketsa gaun pengantin pelanggannya. Seharian ini Suci lumayan sibuk sebab dia akan mempersiapkan koleksi-koleksi terbarunya di tahun ini. Masih banyak yang belum sempat dia selesaikan. Ditambah dengan pesanan gaun yang tak pernah berhenti. Suci cukup kewalahan. "Si Niken berangkat gak, sih hari ini? Kenapa seharian aku gak liat dia?" Saking sibuknya, Suci sampai tidak beranjak sedetik pun dari ruangannya. Sampai-sampai dia baru menyadari jika dia belum melihat Niken seharian ini. "Apa dia gak berangkat, ya?" pikir Suci, mengira jika sang sahabat tidak masuk kerja. "Coba aku cek aja, deh." Daripada penasaran, lebih baik dia memastikannya saja langsung. Tanpa menunggu lagi, Suci bergegas beranjak dari tempatnya, lalu keluar ruangan, dan menuju ruangan Niken. Ketika di

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Terungkap

    Sore-sore begini, tidak biasanya Queen baru bangun tidur. Dia bahkan terbilang jarang sekali betah berada di rumah jika sedang tidak ada pekerjaan. Biasanya, Queen akan menghabiskan waktu di berbagai tempat—mencari inspirasi untuk konten-kontennya. Ah, mengenai konten. Queen sudah lama tidak mengunggah postingan di laman private-nya. Akun rahasia yang tidak ada satu orang pun yang tahu. Termasuk Samudra. Queen sangat berhati-hati untuk hal yang satu itu. "Jam berapa sekarang?" Queen bergumam sambil beranjak dari kasur ternyaman, lalu melangkah menuju kamar mandi. Dia berencana mandi, sebab dari sejak pagi rasanya sangat malas sekali untuk sekadar mencuci muka. "Astaga mukaku!" Ketika bercermin, Queen nampak syok dengan kondisi wajahnya yang sangat kucel. Rambutnya pun sangat lepek. Apalagi di beberapa bagian tubuh seperti ada yang berubah. "Kayaknya aku tambah gemuk, deh? Payudaraku kayak tambah gede," cicit Queen, meraba-raba bagian dada yang dia rasa berubah bentuk. "

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Keputusan Niken

    "Pagi-pagi makan bubur ayam enak juga." Queen mengusap perut, setelah menghabiskan semangkok bubur ayam—makanan yang jarang sekali dia makan saat di pagi hari. Beberapa detik kemudian, dia pun baru menyadari sesuatu. "tapi, aneh gak, sih. Gak biasanya pagi-pagi aku makan berat kayak gini? Apa ... ini ada hubungannya sama kehamilanku?" Benda pipih di sampingnya bergetar. Sebuah pesan masuk, mengalihkan perhatian Queen. "Bang Sam?" [Aku baru aja dari firma hukum punya temenku. Perceraianku akan diproses secepatnya.] Pesan singkat dari Samudra membuat perasaan Queen sedikit lega, hingga bibirnya mengulas senyum. "Gercep banget." Queen membalas pesan Samudra. [Semoga lancar, ya. Aku udah gak sabar.] Beberapa detik kemudian pesan balasan dari Samudra pun kembali masuk. [Amiin. Doain aja, biar aku bisa secepatnya nikahin kamu.] [Pasti!] Pesan balasan pun langsung dikirim Queen. "Giliran aku yang harus secepatnya ngasih tau Bunda," gumam Queen, dengan raut murung. Kehami

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Keanehan Queen

    Perdebatan antara Samudra dan sang mami, perihal kehamilan Queen rupanya tak membuahkan hasil. Meskipun Samudra telah berkali-kali memohon supaya maminya itu mau memahami. Nyatanya, Niken tetap bersikukuh menolak itikad baik sang anak sebagai seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Alih-alih memberi restu, sang mami justru marah dan men-cap Samudra sebagai anak yang tidak mau menurut. Niken pun menyalahkan Queen yang katanya tidak bisa menjaga diri. "Kenapa sih, Mami nolak Queen? Kupikir Mami bakal ngasih izin," gumam Samudra tak habis pikir, sambil meraup wajah frustrasinya dan menghela lelah. "Pokoknya aku harus bisa yakinin Mami." Apa pun akan dilakukan Samudra demi bisa mempertahankan hubungannya dengan Queen. Selagi menunggu keputusan papinya, akan lebih baik dia bergegas mengurus perceraiannya dengan Jannet. "Besok aku ajuin berkas perceraiannya. Biar masalahnya gak makin rumit ke depannya. Kalau aku udah cerai dari Jane, aku bisa dengan mudah nikahin Queen." Men

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Mengungkap Fakta

    "Bunda ...." Perasaan Queen carut marut saat ini, karena perkataan sang ibu yang begitu mengena di hati. Dia sendiri tak ingin berbohong mau pun menyembunyikan masalah apa pun dari keluarga terutama sang ibu. Semua ini karena terpaksa. Queen begitu takut. Dia sungguh merasa takut jika kabar kehamilannya akan membuat seluruh keluarganya terkejut. Terutama Suci. 'Aku harus apa, Ya Tuhan? Bunda begitu percaya sama aku, tapi berulang kali aku udah berbohong.' Benak Queen menyeru penuh penyesalan. Diamnya sang anak tentu membuat Suci makin ingin tahu. 'Sebenarnya apa yang lagi kamu sembunyikan, Queen? Bunda yakin kalau saat ini kamu lagi ada masalah.' "Nda, Queen boleh tanya sesuatu?" Queen pun memberanikan diri untuk bertanya. Suci mengulas senyum, lalu mengangguk. "Boleh. Queen mau tanya apa?" ujarnya sambil menggapai telapak tangan Queen. Queen membasahi bibir yang terasa kering, menarik napas dalam-dalam, untuk mengatur rasa gugup yang menyergap. Queen lalu berkata, "Seandai

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Sengaja menyinggung

    "Sam ..." Raut Jannet terlihat begitu kecewa saat sang suami, yang berada di atasnya tiba-tiba menghentikan pergerakannya. Padahal, saat ini Jannet benar-benar sudah menginginkan lebih. Tatapan Samudra berubah nyalang, lalu tanpa memedulikan protes dari Jannet, Samudra lantas beringsut mundur, kemudian berjalan menuju kamar mandi. brakk! Jannet tersentak, dan bergegas bangkit. Rautnya seketika memucat karena baru menyadari sesuatu. "Sial! Kenapa aku bisa lupa? Pasti itu alasan kenapa Sam berhenti. Sial! Sial!" Lantas, Jannet bergegas memakai kembali pakaiannya yang berserakan di lantai. "Ini gawat! Sam pasti marah besar sama aku! Bodoh!" Sementara di dalam kamar mandi, Samudra sedang membasuh seluruh tubuhnya di bawah kucuran shower. Kebenaran yang baru saja terungkap membuat dadanya memanas. Dia marah. Sangat marah. "Pantesan waktu awal-awal dia selalu nolak. Ternyata ini alasannya. Brengsek!" Samudra sungguh tak pernah menyangka jika Jannet berani membohonginya s

DMCA.com Protection Status