Home / Pernikahan / Gelora Hasrat Istri Kedua / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Gelora Hasrat Istri Kedua: Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

Sidak dadakan

Harusnya Samudra sudah tiba di unit apartemen miliknya sejak satu jam yang lalu. Namun, karena ulah Queen yang memercik gelora hasratnya, Samudra tidak bisa mengendalikan diri hingga dia kembali bergumul panas dengan gadis itu di dalam kamar mandi. Ck, dia kini benar-benar sudah menjelma menjadi pria brengsek. Samudra hampir tak percaya jika sekarang dia telah kecanduan tubuh Queen. 'Ini gila, Sam! Kamu benar-benar sedang menggali kuburanmu sendiri!' Samudra merutuk dirinya sendiri ketika ingatannya kembali berputar pada pergumulan panasnya dengan Queen. Dan dia melakukannya secara sadar tanpa di bawah pengaruh obat apa pun. Bahkan, Samudra tak kuasa menepis bayang-bayang kemolekan tubuh indah Queen—perempuan yang dengan suka rela memberinya pengalaman pertama. 'Brengsek kamu, Sam!' Setelah menekan kode akses pada pintu unitnya, Samudra melangkah masuk setelah benda itu terbuka otomatis. "Sayang ...." Lelaki berja
Read more

Tak berkutik

"Daddy mau aku buatin minum apa? Atau sekalian aku buatin sarapan, ya? Kebetulan aku lagi buat omelette." Sebisa mungkin Queen bersikap wajar meski jantungnya sedari tadi tak berhenti berdebar-debar. Kedatangan mendadak sang daddy sungguh membuatnya hampir terkena serangan jantung. Tanpa mengabari, daddy-nya muncul di unitnya. Apalagi saat ini Alex terlihat seperti sedang mencari-cari sesuatu. Queen jadi serba salah sekarang. Dia bingung hendak melakukan apa lebih dulu. Pilihannya hanya ada dua—tetap stay di ruang tamu dengan Alex atau kembali ke pantry untuk melanjutkan membuat sarapan. 'Duuh ... aku gak mau Daddy menyadari cara jalanku yang aneh gara-gara semaleman bercinta habis-habisan sama Bang Sam. Untung Bang Sam udah pulang.' Queen membatin resah sekaligus takut apabila Alex menyadari ada sesuatu yang janggal dalam caranya berjalan. Hal itu disebabkan karena semalaman dia dan Sam bercinta tanpa batas. Alex masih belum berminat duduk, d
Read more

Perdebatan Sam dan Jane

"I-itu ...." 'Ya ampun, kenapa Daddy harus tanya itu, sih? Aku 'kan jadi bingung mau jawab apa. Sementara Daddy udah tau kalau Bang Sam dateng ke sini. Seandainya aku jawab jujur, terus aku mesti alasan apa, coba?' Benak Queen terus menyeru gelisah, memutar otak untuk mencari alasan yang tepat. Dia bahkan sampai tak berhenti meremas-remas jemarinya yang sudah berkeringat. Gugup. "Queen?" Alex menegur. Queen tersentak, lantas menjawab lirih, "Semalam ... Bang Sam memang ke sini, Dad." Selanjutnya yang bisa dia lakukan hanyalah menunduk, lalu menggigit bibir bawahnya dalam-dalam sambil memejamkan mata. Queen sungguh tidak bisa berpikir. Berhadapan dengan Alex itu sama halnya dia berhadapan dengan Intel. Ck! Alex menghela napas panjang, cukup puas mendengar kejujuran sang putri. Akan tetapi dia masih belum bisa tenang jika belum mengetahui alasan Samudra yang datang malam-malam ke apartemen putrinya. "Ada urusan apa
Read more

Tuduhan Niken

"Gimana kondisi Suci, Han? Dia kenapa?" Alex terlihat begitu mengkhawatirkan kondisi sang istri yang masih terbaring di tempat tidur, sehingga tak sabar melontarkan pertanyaan kepada Farhan—dokter pribadi keluarganya, yang baru saja selesai memeriksa. "Istri kamu anemia, Lex. Apa dia akhir-akhir ini kelelahan?" ungkap Farhan sesuai dengan diagnosanya pada Suci yang terlihat lelah dan agak pucat. "Anemia?" Alex termangu sejenak sambil menatap nanar sang istri. Menurut Alex kondisi Suci yang sampai seperti ini banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satunya ialah memikirkan Queen yang pergi berhari-hari dan tanpa kabar. "Beberapa hari ini dia sibuk bantuin sahabatnya yang menikahkan anaknya, Han. Dan ... akhir-akhir ini memang ada sedikit masalah di keluarga kami," imbuh Alex, kemudian menatap Farhan. "Solusinya apa, Han? Apa perlu donor darah?" Farhan menggeleng. "Enggak perlu, Lex. Nanti aku kasih resep penambah darah dan vitamin. Dan ... Jangan lupa cukupkan istirahat, mak
Read more

Bertemu di rumah

"Kamu itu sebenarnya gak berniat 'kan nikah sama Jannet?"Mami ...."Asumsi sang ibu yang sama sekali tidak masuk akal, membuat Samudra hampir menganga. "Mami kenapa bisa berasumsi gak masuk akal kaya gitu, sih? Apa hubungannya, coba?" Samudra meraup wajah dengan frustrasi. "Kalau kamu memang cinta istrimu, kamu gak bakalan nyamperin Queen di apartemennya, Sam. Apalagi sampai nginep." Raut Niken makin kesal apabila mengingat Samudra yang entah melakukan apa di apartemen Queen sampai berjam-jam. "Sam juga punya alasan, Mam. Kenapa Sam ke apartemen Queen. Dia—" "Apa yang dilakukan Queen itu bukan urusanmu, Sam. Dia bukan apa-apamu. Kamu juga tau 'kan dia itu suka sama kamu. Pastinya dia sengaja lakuin itu semua karena memang sudah berniat mau mengacau dan cari perhatian," sela Niken panjang lebar.Perihal Queen yang diam-diam menyukai Samudra memang sudah terendus oleh Niken sejak lama. Karenanya, dia sudah mewanti-wanti anak angkatnya itu untuk tidak meladeni Queen dan menjaga jara
Read more

Papa Evan

'Bang Sam?' 'Queen?' Kedua sosok yang saling berhadapan itu membeku di tempatnya berdiri. Mereka tak menyangka akan bertemu di rumah ini. "Kak. Kak Queen," tegur Amar, lantas menyenggol siku sang kakak yang masih bergeming. Queen pun terperanjat, dan buru-buru mengalihkan pandangan dari Samudra. Dia menoleh ke sang adik. "Ya? Apaan?" "Muka kakak mendadak pucet, kayak abis liat hantu," bisik Amar, sambil melirik sekilas ke arah Samudra dan Niken. Amar tak tahu menahu perihal apa yang dirasakan kakaknya detik ini. Yang dia tahu, Queen mendadak diam membatu dengan raut pucat pasi. Sepasang bola mata Queen melotot dicibir demikian oleh sang adik. "Ngaco kamu! Mana ada muka aku pucet," cicitnya, kemudian berdecak. "Udah, ah. Kakak mau ke dapur dulu." Queen pun memutuskan untuk pergi dari hadapan Samudra dan Niken. Namun, sebelum itu dia menyempatkan untuk menyapa sahabat dari bundanya, serta memberi selamat kepada Samudra. "Halo, Tan." Queen tersenyum ramah kepada Niken, dan dibala
Read more

Kecemasan Janne

"Kamu kenapa repot-repot ke sini, Sam? Bukannya seharusnya kamu sama istrimu?" Suci jadi tidak enak hati ketika mendapati Samudra yang harusnya bersama istrinya, justru menjenguknya.Samudra menampik, "Gak repot kok, Tan. Tadi kebetulan aku pas di rumah Mami, jadi sekalian aja aku ikut ke sini. Tante Suci gimana kondisinya?""Alhamdulillah tante udah agak mendingan setelah minum obat," ucap Suci, lalu beralih pada Niken. "Maaf ya, Nik, aku bikin kamu repot." "Ya ampun, Ci. Santai aja lagi." Niken mengibaskan tangan. "Kamu gak usah mikirin butik dulu. Fokus kesehatan dulu aja.""Makasih, yaa ..." Suci bersyukur karena memiliki partner kerja sekaligus sahabat yang pengertian. "Santai, Ci." Niken mengacungkan jempol, sambil mengedipkan sebelah matanya. Dari semua orang yang terlihat biasa saja di ruangan itu, Alex yang sedari tadi memasang raut tak terbaca sama sekali belum membuka suara. Lelaki itu duduk di sudut kamar, sambil berpura-pura menatap layar Macbook di tangan. Padahal, su
Read more

Ajakan gila Queen

Setelah memutuskan untuk menemani sang bunda yang sedang tidak sehat. Mau tak mau Queen kembali tinggal di rumah besar ini, meski dia belum bisa sepenuhnya membuang jauh-jauh pikirannya mengenai Samudra. Hatinya masih terpaut pada pria yang mungkin saat ini tengah asyik bercumbu dengan istrinya. Ck, Queen sangat kesal sekali apabila membayangkan—pria yang menjadi pria pertamanya itu tengah menjamah tubuh wanita lain. Ya ... meski dalam hal tersebut bisa dikatakan sah-sah saja. "Mereka 'kan suami istri. Pengantin baru, lagi! Orang gila mana, yang kesel sendiri, bayangin pengantin baru lagi ena-ena sampai pagi. Kalau bukan aku? Emang kurang kerjaan!" Queen membuang napas berat, mengeluhkan isi kepala yang tak berhenti membayangkan hal-hal erotis tentang Samudra dan istrinya. Gadis yang tak lagi gadis itu tak terima apabila sang lelaki pujaan menjamah tubuh perempuan lain. Lalu, bagaimana caranya dia mengatasi? "Aku iseng chat aja kali, ya?" Ide dadakan yang selalu terbersit di benak
Read more

Janjian

"Si Sam gak curiga waktu kamu tiba-tiba nolak?" tanya seorang lelaki yang hanya mengenakan selembar handuk untuk menutupi sebagian tubuhnya yang atletis. Lelaki itu baru saja keluar dari kamar mandi. "Kayak sih, enggak." Jannet menjawab yakin, sambil mengenakan pakaian yang dipungut dari lantai kamar tersebut. "makanya aku langsung minta ketemuan, buat lampiasin. Secara tadi dia udah bikin aku terangsang, tapi aku terpaksa berhenti karena gak mau rahasiaku terbongkar." Sang lelaki menyeringai kecil. "Bodoh," cibirnya—menanggapi sikap Samudra yang percaya begitu saja kepada Jannet. Dia lantas membuka lemari untuk mengambil baju ganti. Terdengar Jannet menghela napas berat. "Kemarin sama hari ini mungkin aku bisa menghindar. Tapi, gimana besok-besok? Lama-lama si Samudra itu pasti tau kalo istrinya ini udah gak perawan." Dia duduk bersandar di kepala ranjang. "Sampai kapan aku bisa nutupin ini?" "Sampai kamu berhasil buat dia percaya kalau kamu hamil anaknya, Jane. Kamu tingg
Read more

Mengeluh

"Pagi, Kak." "Selamat pagi, Kak Queen." "Wah ... tumbenan Kak Queen ke sini? Oh, ya, kemarin Bu Niken sempet cerita ke kami kalau Bu Suci sakit, ya, Kak? Makanya Kak Queen yang gantiin beliau." Queen mendapat sambutan hangat begitu kakinya melangkah masuk ke butik milik sang bunda. Beberapa pekerja yang memang sudah sangat mengenalnya terlihat antusias melihat keberadaannya di tempat tersebut. Ada pula yang menanyakan perihal kabar sakitnya Suci. Mereka sangat mengkhawatirkan kondisi atasan yang terkenal baik hati itu. Seluruh karyawan di butik tersebut tak pernah kekurangan suatu apa pun karena Suci selalu memberikan tunjangan yang memadai. "Bunda udah sehat kok, mbak. Tapi kata dokter memang perlu istirahat dulu," kata Queen memaparkan dengan raut tenang. "Doain aja, semoga Bunda cepet sembuh." "Ya jelas dong, Kak. Kami pasti doain Bu Suci. Biar gimanapun beliau itu bos paling baik yang pernah ada. Rencananya, nanti setelah selesai kerja kami mau jenguk Bu Suci, Ka
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status