Share

Gelora Hasrat Istri Kedua
Gelora Hasrat Istri Kedua
Penulis: Na_Vya

Queen yang nekad!

Penulis: Na_Vya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-06 17:58:59

Malam itu semua orang sedang menikmati menu santap yang sangat lezat dan beraneka macam. Meja jati itu bahkan hampir penuh saking banyaknya aneka makanan yang disajikan sang empunya rumah.

Suasana pun sangat ramai, karena acara makan malam yang sengaja diadakan untuk melepas kepergian Queen dan Samudra yang akan kuliah di Singapur. Samudra tak merasa keberatan bila harus pindah universitas demi mengemban amanah dari Alex. Kesiapannya untuk menjaga Queen sudah seratus persen.

Samudra pamit undur lebih dulu dari meja makan karena hendak menjawab panggilan telepon dari seseorang. Queen yang sedari tadi diam-diam memerhatikan Samudra, juga ikut pamit dari meja makan.

Alasannya yang ingin ke kamar nyatanya sama sekali tidak benar. Queen mengikuti Samudra yang berjalan menuju taman belakang. Gadis delapan belas tahun itu merasa penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Samudera kepada sang penelepon.

"Bang Sam dapet telepon dari siapa, sih? Kok, senyum-senyum gitu?" Queen bertanya-tanya sendiri seraya mengintip dari balik batang pohon palm yang sangat tinggi. Telinganya samar-samar mendengar Samudra mengucapkan kata-kata sayang dalam bahasa Inggris. "Jangan-jangan si bule kecentilan itu? Hish, ngeselin! Mereka ternyata udah jadian."

Sepasang kaki telanjang Queen menghentak di paving halaman belakang rumah, sambil bibirnya yang tiada henti menggerutu. Dia seolah-olah merasa tidak terima jika Samudra mempunyai pacar.

"Dia tau, gak, sih, kalo aku, tuh, suka sama dia? Aku pikir dia bakal ngerti, tapi mana? Dia malah pacaran sama si Jamet!"

"Namanya Jannet bukan Jammet," ucap Samudra yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Queen.

Queen sontak memukul pundak Samudra yang tingginya melebihi dirinya. "Bang Sam! Nggak lucu, ih! Ngagetin tauk!" bibirnya semakin mengerucut dengan pipi yang seketika merona merah. Queen sangat yakin jika Samudera pasti sudah mendengar semuanya.

Itu bagus, bukan? Itu yang dia mau. Samudera tahu perasaannya yang tak hanya sekadar teman. Queen sudah sejak lama menyukai pemuda berkulit sawo matang itu. Hampir mirip Raka, padahal mereka tidak sedarah.

"Kamu sendiri ngapain nguping?" Samudra melipat tangan di bawah dada. Matanya menyipit pada Queen yang langsung bungkam. "Gak baik nguping pembicaraan orang. Ngerti??" Dia sengaja menarik telinga Queen sampai gadis itu mengaduh.

"Aw! Sakit, sakit!" Queen semakin merengut sambil mengusap daun telinga sebelah kanan yang memanas karena ditarik Samudera dengan seenaknya. "Kejam, ih! Udah nolak main kekerasan pula!" Cibirnya yang lantas menyipitkan mata. "Bang Sam jadian, ya, sama si Jammet? Bang Sam anggep aku apa?"

Pertanyaan Queen cukup membuat Samudera terdiam sesaat. "Memang kamu ngarepinnya apa? Kita 'kan dari kecil udah kayak adik kakak, Queen. Ya... Aku anggep kamu adiklah, memang apa lagi?" sahut Samudera dengan entengnya dan itu cukup membuat dada Queen sesak.

"Itu doang? Kamu anggep aku cuma sebatas adik? Gak lebih gitu? Kamu gak tertarik sama aku sedikit pun?" Queen sudah tidak bisa menahan diri lagi. Perasaannya kepada Samudera semakin bertambah setiap detiknya.

Pemuda di hadapannya ini tak pernah menganggapnya sebagai gadis dewasa. "Queen, kamu udah tau 'kan jawabannya? Kenapa mesti kamu ulang lagi pertanyaannya?"

Samudera harus membangun tinggi-tinggi tembok di antara dia dan Queen karena kalau tidak akan ada banyak masalah ke depannya. Lagi pula, bohong sekali jika dia menjawab tidak tertarik. Hanya pria bodoh yang berkata seperti itu termasuk dirinya. Jelas-jelas Queen itu sangat cantik bahkan lebih cantik dari Jannet.

Gadis itu tumbuh dengan sempurna. Samudra baru menyadari hal itu saat Queen berulang tahun ke tujuh belas. Namun, Samudera tak memiliki keberanian untuk mengatakannya secara terang-terangan, mengingat statusnya yang hanya anak angkat dari papinya—Raka.

Queen maju selangkah, pernyataan Samudra malah menyulut rasa penasarannya. "Jadi, Bang Sam beneran gak mau mandang aku? Bang Sam gak tertarik sama aku karena aku masih kecil, gitu?"

Kaki Samudra mundur selangkah karena Queen semakin mempersempit jarak mereka. "Queen, kamu gak boleh kayak gini. Kita ini udah kayak kakak adik. Aku—"

"Apa setelah ini Bang Sam masih anggep aku adik?" Queen tiba-tiba melingkarkan lengannya ke leher Samudra, dengan berjinjit dia mendongak menatap pemuda pujaannya.

Otomatis pergerakan Samudera jadi terhenti. "Kamu mau ngapain, Queen? Kamu jangan gila! Awas, aku mau masuk!" Samudra mendorong Queen dengan tidak terlalu kasar, tetapi gadis itu malah semakin merapat, sampai-sampai napasnya yang hangat menerpa kulit leher Samudera.

"Bo-do a-matt!" Tekadnya sudah bulat, Samudra harus tahu kalau Queen bukan lagi anak kecil yang tidak tahu apa-apa.

"Queen!" sentak Samudra, yang tidak ingin orang-orang di dalam mengetahui apa yang terjadi saat ini. Bisa-bisa papinya akan salah paham. "Minggir, gak?"

"Gak!"

"Minggir!"

"Gak mau!"

"Queen!"

"Apa?"

"Minggir!"

"Gak mau!" Queen berjinjit dan dengan berani dia menempelkan bibirnya di atas bibir Samudra.

Masa bodo setelah ini Samudra akan membencinya. Yang jelas Queen merasa puas karena berhasil memberikan ciuman pertamanya untuk laki-laki yang dia suka.

"Queen..."

***

bersambung....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Susi Atun
penasaran pingin tahu kelanjutanya gimana......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Kegelisahan Alex.

    Sebelum Samudera lepas kendali, dan membalas ciuman Queen di bibirnya, dengan sangat terpaksa Samudera mendorong Queen hingga gadis itu terjatuh ke tanah."Auw! Sakit!" Pekikan Queen sama sekali tidak dihiraukan oleh Samudera. "Bang Sam jahat! Kenapa aku didorong? Kan, sakit!"Enyah sudah fantasinya berciuman panas dengan Samudera. Sial!Samudera tersenyum meremehkan, seraya melipat tangan di dada dia berseru, "Salah sendiri, suruh siapa main asal cium! Kamu gak boleh gitu, Queen. Inget, kamu itu cewek jangan asal main nyosor! Sini aku bantu."Tangan Samudera yang terulur diabaikan oleh Queen. "Gak perlu! Aku bisa sendiri!" Queen berdiri sambil bersungut-sungut, menepuk-nepuk belakang celananya yang kemungkinan kotor. "Gak punya perasaan!"Sungguh malu rasanya, ditolak mentah-mentah oleh cowok yang disukai. Seumur hidup Queen tidak akan melupakan kejadian ini. "Apa, sih, kurangnya aku? Kenapa Bang Sam gak mau nerima aku jadi pacar? Aku cantik, baik, penurut, rajin belajar, pinter."Sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Percakapan Ibu dan anak.

    'Dengerin ini. Aku udah anggap kamu adik. Dari dulu sampai detik ini. Paham? Dan aku gak bisa ngecewain kepercayaan Om Alex gitu aja. Aku juga gak mau kecewain Papi.'"Argh! Bang Sam, rese!" teriak Queen yang spontan bangkit dari tidurnya, dan menendang selimutnya sampai jatuh ke lantai. "Kenapa, sih, dia gak bisa nerima aku aja? Padahal aku udah ngasih ciuman pertamaku buat dia. Tapi, semua kayak gak ada artinya."Queen membuang kasar napasnya, seraya mengacak-ngacak rambut mirip orang yang sedang frustrasi, ketika semua penolakan Samudra terus terngiang dan terbayang-bayang di ingatannya. Sampai-sampai dia tidak bisa tidur sebab terus kepikiran hal memalukan itu.Sial!Semua yang sudah dia lakukan hanya sia-sia; menebalkan muka, membuang rasa malu, sekaligus menjadi gadis yang agresif. Rasa sukanya terhadap Samudra telah membuat kewarasannya jadi berantakan."Apa yang diliat dari si Jammet itu sebenernya? Dari segi muka juga masih cakepan aku. Bodi? Ah, masih oke bodi aku. Terus, di

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Suasana yang akan dirindukan Suci.

    "Mami …."Niken menghela napas panjang, menjeda sejenak kalimat yang ingin dia sampaikan pada putera angkatnya yang tampan itu. Sebenarnya ada sesuatu yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Namun, karena semua orang tengah disibukkan dengan persiapan keberangkatan Queen dan Samudra, dia jadi menundanya.Hal yang mungkin akan membuat Samudra merasa tidak nyaman dan merasa dikekang. Tetapi, Niken melakukan semua itu juga demi kebaikan bersama.Samudra meletakkan cangkirnya ke meja, lalu menegur Niken yang tak kunjung bicara. "Mom, are you, oke?" Lantas mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Niken.Niken terkesiap, dan segera tersadar dari lamunannya. "Ah, hmm … Iya. Mami baik-baik aja," sahutnya sedikit terbata. Perempuan berkulit sawo matang itu lalu berdeham ringan. "Hmm … Begini, Sam. Ada yang mau mami tanyain ke kamu.""Tanya apa, Mom?" Samudra menegakkan punggung, menatap serius lawan bicaranya yang juga nampak sangat serius. Tangan kanannya masih menggenggam tangan Ni

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Interogasi Alex

    "Ayo sarapan, Mas."Suci masuk ke kamar, dan menghampiri Alex yang tengah sibuk mengancing kemeja di depan cermin rias. Tanpa diminta, dia dengan cekatan mengambil alih tugas itu.Kedua tangan Alex berpindah ke pinggang Suci, tinggi sang istri yang hanya sebatas dada memudahkannya untuk menjangkau seluruh wajah yang semakin cantik saja. "Queen sudah bangun?""Udah, Mas." Suci menarik simpul dasi polos tanpa corak yang sudah rapi menggantung di leher suaminya. Kemudian menepuk-nepuk pelan dada bidang itu setelah memastikan semuanya sudah sempurna.Sebagai tanda terima kasih, Alex memberi kecupan di kening Suci, lalu bertanya lagi, "Kamu … sudah siap 'kan jauhan sama Queen?"Suci mendongak, lalu mengangguk kecil, meletakkan kedua telapak tangannya di dada Alex, dan menjawab, "Seperti katamu, Mas. Aku harus siap meskipun masih agak berat.""Nanti kalau kamu mau, kita bisa tengokin dia seminggu atau dua Minggu sekali. Gimana?""Hmm … Seminggu sekali apa gak kecepetan, Mas? Mending satu bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Jebakan Queen

    Flash back off...Tok! Tok!Suara ketukan pintu, membuat sosok lelaki yang tengah berada di dalam kamar mandi itu terkesiap. Menyudahi lamunannya akan sosok gadis yang nekad memberinya ciuman pertama di lima tahun yang lalu."Sayang ... Kamu gak kenapa-napa 'kan?" tanya seorang perempuan yang berada di balik pintu kamar mandi. Nada bicaranya terdengar khawatir. Samudra menghela berat seraya mengusap wajah. Suara Jannet—perempuan yang baru saja resmi menjadi istrinya menyadarkannya—jika saat ini dia sudah menjadi seorang suami."Ya, Sayang. Aku baik-baik aja, kok," sahut Samudra, sambil menatap pantulan dirinya yang masih bertelanjang dada di depan cermin wastafel. Dia baru saja selesai mandi dan baru sadar jika sudah terlalu lama berada di dalam sini. "Oh, oke. Aku pikir kamu pingsan di dalem," kata Jannet. "Enggak, Sayang.""Jangan kelamaan. Aku keburu ngantuk." "Iya."Dari dalam kamar mandi mewah itu terdengar suara langkah kaki yang menjauh, pertanda jika Jannet sudah pergi dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Menyusul Queen

    Samudra bergegas keluar dari kamar mandi setelah membalas chat dari gadis yang dua hari ini membuatnya khawatir berkepanjangan. Pikirannya semakin kalut saat melihat foto yang dikirimkan. Apa gadis itu hendak bunuh diri dengan mengonsumsi obat penenang? Pikir Samudra. Melihat lelaki yang baru saja resmi menjadi suaminya terlihat gusar dan terburu-buru, Jannet tentu bertanya-tanya. Perempuan itu sudah terlihat begitu siap untuk ritual malam pengantin bersama Samudra. Akan tetapi nampaknya sang suami hendak pergi keluar, sebab saat ini sedang menuju ruang ganti. "Sam, kamu mau ke mana?" Pernyataan tersebut terpaksa dilontarkan Jannet karena sekarang ini Samudra sama sekali tak menganggap keberadaannya. Samudra memakai satu persatu pakaiannya, dan tak lupa mengenakan jaket. Jannet mengernyit heran. Samudra tak menjawab pertanyaannya barusan. "Sam, aku lagi nanya, loh?" Wajah Jannet terlihat memerah. "Sorry, Jane. Aku harus segera pergi," kata Samudra, menatap sang istri dengan waja

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Godaan mahkluk terseksi

    "Queen?"Samudra membeku di depan pintu kamar mandi saat dia justru mendapati Queen sedang mengenakan batherope. Gadis itu terlihat baik-baik saja. Queen menoleh. "Bang Sam?" Mendapati lelaki yang dia sukai sudah berdiri di hadapan, tentu saja perasaan Queen begitu senang. Sampai-sampai dia langsung menghambur ke pelukan Samudra. "Aku pikir Bang Sam udah gak peduliin aku," ucap Queen dengan beruraian air mata. Bisa memeluk Samudra seperti ini membuatnya tenang dan semakin yakin. Yakin bila Samudra memedulikan dirinya. Sementara yang dipeluk masih mencerna semuanya. Aroma sabun dan shampo yang menguar cukup mengganggu akal Samudra saat ini. Namun, untuk sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan hal yang bisa membuyarkan niatnya datang ke tempat ini. Tak dipungkiri jika Samudra juga merasa sangat lega. "Kamu ... baik-baik aja 'kan, Queen?" tanya Samudra setelah berhasil menguasai perasaan yang diam-diam membuncah di dada. Gadis manja ini rupanya tidak sampai bertindak kon

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Kecurigaan Alex

    Masih saling menautkan bibir, keduanya melangkah tergesa menuju kamar. Queen tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, meski dia sedikit kewalahan dengan pagutan liar dari Samudra. Pasokan oksigen pun kian menipis, dan suhu di kamarnya menjadi sangat panas. Karena tak ingin kehabisan napas dan pingsan, Queen terpaksa mendorong dada Samudra. "Aku kehabisan napas, Bang," ucap Queen dengan napas tersengal-sengal. Bibirnya yang penuh sedikit membengkak karena ulah Samudra. Samudra pun sama halnya seperti Queen. Namun, akalnya sungguh sudah dikendalikan oleh nafsu yang kian memuncak. Lelaki itu menarik ujung kaos yang dikenakan, meloloskannya secepat kilat dan membuangnya asal ke lantai. Queen menelan ludah menatap pemandangan sempurna di depan mata. Tubuh yang begitu proposional, kontras dengan kulit cokelat gelap membuat Samudra terkesan seksi. Otot perut yang liat membentuk sixpack dengan sempurna. "Liat apa?" Ibu jari Samudra mengusap bibir Queen yang sedikit terbuka. Lelaki itu suda

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27

Bab terbaru

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Bab-35

    Hari yang dinanti-nanti oleh Samudra pun akhirnya tiba. Hari ini merupakan hari di mana dia akan benar-benar berpisah dengan mantan istrinya, Jannet. Setelah ini lelaki yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah itu sudah memiliki banyak sekali rencana. "Kamu yakin gak mau aku temenin?" Queen mencoba memastikan sekali lagi, meski dia akan mendapat jawaban yang sama dari sang suami, yang sudah siap berangkat pagi ini. Samudra mengangguk, sambil mencolek dagu sang istri. "Iya, Sayang. Kamu gak perlu ikut ke pengadilan. Capek. Lagipula ini adalah urusanku." Bibir bawah Queen mencebik, "Iya, deh. Aku juga males kalo ketemu mantan istrimu. Ngeri." Selanjutnya dia terkikik, sambil menggamit lengan Samudra. "Ayo sarapan dulu. Tadi aku udah siapin sarapan spesial buat suamiku yang ganteng ini." "Wah ... Wah ... Si kriwil udah pinter masak sekarang. Jadi gak sabar aku." "Enak aja kriwil! Ngomong-ngomong aku udah gak kriwil, ya!" sungut Queen, pura-pura kesal, padahal dalam hat

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Akhir

    Dua pekan berlalu, semenjak kehamilan Queen diketahui oleh keluarganya, situasi perempuan itu semakin rumit. Kebebasannya seolah direnggut paksa oleh orang-orang yang menurutnya terlalu berlebihan dalam menjaganya. Dengan alibi—ingin melindunginya dan bayinya. Tak hanya itu, dia pun tak lagi bisa bebas bertemu dengan Samudra sebelum lelaki itu resmi bercerai dari istrinya. Lantas, bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Samudra? Alex selaku ayah yang mengadopsi Queen mempunyai caranya sendiri. Sama halnya seperti yang lelaki itu lakukan pada Suci dahulu kala. Alex menyarankan agar Queen dan Samudra menikah secara agama terlebih dahulu, sampai bayi yang ada di dalam kandungan lahir. Sambil menunggu status Samudra benar-benar jelas. "Kita ini udah nikah, tapi, kenapa Daddy ngelarang kita tinggal bersama? Apa menurut Bang Sam ini gak terlalu berlebihan, ya? Gak enak banget gak bisa ketemu kamu." Queen terus mengeluh sejak di tiga puluh menit pertama dia dan Samudra melakukan pan

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Jalan keluar

    Bagi Suci, hal paling terburuk dalam hidupnya ialah gagal menjadi orang tua. Dia merasa gagal sebab kini masa lalu kelamnya seperti terulang kembali. Ya, entah Suci akan menganggapnya sebagai apa. Yang jelas, hatinya saat ini hancur lebur. 'Queen hamil ...' Dua kalimat tersebut tak berhenti berdengung di telinga Suci. Mengakibatkan air matanya kian deras mengalir membasahi pipi. "Bunda ...." Panggilan dari sang anak yang menjadi penyebab kesedihannya menyadarkan Suci. "Queen?" Suara Suci nyaris tak terdengar, karena cekat di tenggorokan yang kian menghimpit. Sesak di dadanya makin terasa. Pandangannya sedikit mengabur. Kedua bola matanya menatap nyalang sang anak yang berdiri berdampingan dengan Samudra. Alex yang sedari tadi kebingungan serta bertanya-tanya berinisiatif menghapus jejak basah di pipi Suci. "Sayang ...." Suara khas Alex mampu mengalihkan perhatian Suci. Kini, dia bisa melihat dan merasakan—kekecewaan dari sorot manik bulat itu. "Mas ...." Kelopak m

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Kebetulan tak terduga

    Beberapa menit sebelumnya.... Suci menghempas punggungnya ke sandaran kursi sambil menghela panjang. "Akhirnya selesai juga. Tinggal cari bahan sama pesen payet," gumamnya, setelah berhasil menyelesaikan sketsa gaun pengantin pelanggannya. Seharian ini Suci lumayan sibuk sebab dia akan mempersiapkan koleksi-koleksi terbarunya di tahun ini. Masih banyak yang belum sempat dia selesaikan. Ditambah dengan pesanan gaun yang tak pernah berhenti. Suci cukup kewalahan. "Si Niken berangkat gak, sih hari ini? Kenapa seharian aku gak liat dia?" Saking sibuknya, Suci sampai tidak beranjak sedetik pun dari ruangannya. Sampai-sampai dia baru menyadari jika dia belum melihat Niken seharian ini. "Apa dia gak berangkat, ya?" pikir Suci, mengira jika sang sahabat tidak masuk kerja. "Coba aku cek aja, deh." Daripada penasaran, lebih baik dia memastikannya saja langsung. Tanpa menunggu lagi, Suci bergegas beranjak dari tempatnya, lalu keluar ruangan, dan menuju ruangan Niken. Ketika di

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Terungkap

    Sore-sore begini, tidak biasanya Queen baru bangun tidur. Dia bahkan terbilang jarang sekali betah berada di rumah jika sedang tidak ada pekerjaan. Biasanya, Queen akan menghabiskan waktu di berbagai tempat—mencari inspirasi untuk konten-kontennya. Ah, mengenai konten. Queen sudah lama tidak mengunggah postingan di laman private-nya. Akun rahasia yang tidak ada satu orang pun yang tahu. Termasuk Samudra. Queen sangat berhati-hati untuk hal yang satu itu. "Jam berapa sekarang?" Queen bergumam sambil beranjak dari kasur ternyaman, lalu melangkah menuju kamar mandi. Dia berencana mandi, sebab dari sejak pagi rasanya sangat malas sekali untuk sekadar mencuci muka. "Astaga mukaku!" Ketika bercermin, Queen nampak syok dengan kondisi wajahnya yang sangat kucel. Rambutnya pun sangat lepek. Apalagi di beberapa bagian tubuh seperti ada yang berubah. "Kayaknya aku tambah gemuk, deh? Payudaraku kayak tambah gede," cicit Queen, meraba-raba bagian dada yang dia rasa berubah bentuk. "

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Keputusan Niken

    "Pagi-pagi makan bubur ayam enak juga." Queen mengusap perut, setelah menghabiskan semangkok bubur ayam—makanan yang jarang sekali dia makan saat di pagi hari. Beberapa detik kemudian, dia pun baru menyadari sesuatu. "tapi, aneh gak, sih. Gak biasanya pagi-pagi aku makan berat kayak gini? Apa ... ini ada hubungannya sama kehamilanku?" Benda pipih di sampingnya bergetar. Sebuah pesan masuk, mengalihkan perhatian Queen. "Bang Sam?" [Aku baru aja dari firma hukum punya temenku. Perceraianku akan diproses secepatnya.] Pesan singkat dari Samudra membuat perasaan Queen sedikit lega, hingga bibirnya mengulas senyum. "Gercep banget." Queen membalas pesan Samudra. [Semoga lancar, ya. Aku udah gak sabar.] Beberapa detik kemudian pesan balasan dari Samudra pun kembali masuk. [Amiin. Doain aja, biar aku bisa secepatnya nikahin kamu.] [Pasti!] Pesan balasan pun langsung dikirim Queen. "Giliran aku yang harus secepatnya ngasih tau Bunda," gumam Queen, dengan raut murung. Kehami

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Keanehan Queen

    Perdebatan antara Samudra dan sang mami, perihal kehamilan Queen rupanya tak membuahkan hasil. Meskipun Samudra telah berkali-kali memohon supaya maminya itu mau memahami. Nyatanya, Niken tetap bersikukuh menolak itikad baik sang anak sebagai seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Alih-alih memberi restu, sang mami justru marah dan men-cap Samudra sebagai anak yang tidak mau menurut. Niken pun menyalahkan Queen yang katanya tidak bisa menjaga diri. "Kenapa sih, Mami nolak Queen? Kupikir Mami bakal ngasih izin," gumam Samudra tak habis pikir, sambil meraup wajah frustrasinya dan menghela lelah. "Pokoknya aku harus bisa yakinin Mami." Apa pun akan dilakukan Samudra demi bisa mempertahankan hubungannya dengan Queen. Selagi menunggu keputusan papinya, akan lebih baik dia bergegas mengurus perceraiannya dengan Jannet. "Besok aku ajuin berkas perceraiannya. Biar masalahnya gak makin rumit ke depannya. Kalau aku udah cerai dari Jane, aku bisa dengan mudah nikahin Queen." Men

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Mengungkap Fakta

    "Bunda ...." Perasaan Queen carut marut saat ini, karena perkataan sang ibu yang begitu mengena di hati. Dia sendiri tak ingin berbohong mau pun menyembunyikan masalah apa pun dari keluarga terutama sang ibu. Semua ini karena terpaksa. Queen begitu takut. Dia sungguh merasa takut jika kabar kehamilannya akan membuat seluruh keluarganya terkejut. Terutama Suci. 'Aku harus apa, Ya Tuhan? Bunda begitu percaya sama aku, tapi berulang kali aku udah berbohong.' Benak Queen menyeru penuh penyesalan. Diamnya sang anak tentu membuat Suci makin ingin tahu. 'Sebenarnya apa yang lagi kamu sembunyikan, Queen? Bunda yakin kalau saat ini kamu lagi ada masalah.' "Nda, Queen boleh tanya sesuatu?" Queen pun memberanikan diri untuk bertanya. Suci mengulas senyum, lalu mengangguk. "Boleh. Queen mau tanya apa?" ujarnya sambil menggapai telapak tangan Queen. Queen membasahi bibir yang terasa kering, menarik napas dalam-dalam, untuk mengatur rasa gugup yang menyergap. Queen lalu berkata, "Seandai

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Sengaja menyinggung

    "Sam ..." Raut Jannet terlihat begitu kecewa saat sang suami, yang berada di atasnya tiba-tiba menghentikan pergerakannya. Padahal, saat ini Jannet benar-benar sudah menginginkan lebih. Tatapan Samudra berubah nyalang, lalu tanpa memedulikan protes dari Jannet, Samudra lantas beringsut mundur, kemudian berjalan menuju kamar mandi. brakk! Jannet tersentak, dan bergegas bangkit. Rautnya seketika memucat karena baru menyadari sesuatu. "Sial! Kenapa aku bisa lupa? Pasti itu alasan kenapa Sam berhenti. Sial! Sial!" Lantas, Jannet bergegas memakai kembali pakaiannya yang berserakan di lantai. "Ini gawat! Sam pasti marah besar sama aku! Bodoh!" Sementara di dalam kamar mandi, Samudra sedang membasuh seluruh tubuhnya di bawah kucuran shower. Kebenaran yang baru saja terungkap membuat dadanya memanas. Dia marah. Sangat marah. "Pantesan waktu awal-awal dia selalu nolak. Ternyata ini alasannya. Brengsek!" Samudra sungguh tak pernah menyangka jika Jannet berani membohonginya s

DMCA.com Protection Status