All Chapters of Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

134 Chapters

Part 11

"Gila kamu, Alina. Ternyata seperti ini kelakuan asli kamu hah? Mimpi apa anak saya karena harus menikah dengan perempuan bar-bar seperti kamu!" sungut ibu mertua yang tiba-tiba muncul tanpa diundang. Mengganggu acaraku saja."Ibu tidak usah ikut campur. Ini urusan aku sama Mas Alex!" jawabku berusaha memelankan nada bicara walau amarah masih membuncah. Harus menghormati orang yang lebih tua."Urusan Alex jadi urusan saya juga karena dia anak saya. Kamu jadi perempuan tidak tahu diri banget, ya? Sudah dikasih hidup enak, tapi malah ngelunjak. Sekarang malah berbuat gi-la seperti ini!""Iya nih, Bu. Ibu lihat sendiri. Si Alin sudah mengobrak-abrik rumah Mas Alex. Semua barang-barang berharga di rumah ini dicuri sama dia. Sekarang malah mau merobohkan rumah ini!" sambung Siti merasa melambung tinggi sebab ada bala bantuan datang."Saya tidak sedang berbicara dengan kamu!" sentak Ibu sambil menunjuk ke arah si gundik. Sorot kebencian tergambar jelas
Read more

Part 12

Aku menepikan mobil sebentar di bahu jalan setelah sedikit menjauh dari rumah penuh kenangan itu. Menata hati yang sebenarnya kacau berantakan, menahan air mata yang terus saja mendesak untuk dikeluarkan."Tidak. Aku tidak boleh menangis hanya gara-gara keluarga benalu itu. Harus kuat menghadapi semua ini, sebab jika lemah mereka akan terus saja menginjak-injak harga diriku," gumamku dalam hati.Kupejamkan mata ini, mencoba menepis segala lara serta nestapa yang tengah bersarang di dada. Andaikan sejak dulu tahu siapa Mas Alex sebenarnya, mungkin hari ini tidak ada jiwa yang tersakiti. Aku tidak akan mau menikah dengan lelaki pembohong serta pengkhianat seperti dia.Namun nasi sudah menjadi bubur. Semuanya terlanjur terjadi. Disesali pun rasanya percuma saja. Tidak akan merubah keadaan menjadi seperti semula.Mengusap wajah perlahan. Aku mencoba mengambil napas dalam-dalam kemudian membuangnya secara perlahan.Kuat. Harus kuat.
Read more

Part 13

"Lagian Mama itu merasa aneh sama suami kamu. Masa selingkuh sama asisten rumah tangga sendiri, yang wajahnya...ya maaf-maaf saja bukan menghina fisik orang tapi, pelakor itu wajahnya jelek, tubuhnya juga gemuk begitu. Masih cantikan juga kamu ke mana-mana. Perbedaannya bagaikan langit dan bumi," imbuhnya lagi."Aku malah curiga kalau sebenarnya Mas Alex lebih dulu punya hubungan dengan Siti, Ma. Mama perhatikan saja kalau suatu saat ketemu sama mereka. Anak-anak Siti itu mirip banget sama Mas Alex. Aku baru menyadarinya kemarin.""Mungkin itu hanya kebetulan saja.""Aku dengar kabar dari Dafa kalau Mas Alex itu sudah punya anak sebelum nikah sama aku, Ma."Mama terlihat kaget mendengar kabar tersebut. Sama seperti reaksiku waktu pertama mendengar gosip itu."Berati selain selingkuh dia juga sudah membohongi kamu?"Aku mengangguk pelan."Keterlaluan. Sudahlah. Sepertinya berpisah dengan dia memang sudah jalan paling baik
Read more

Part 14

"Ibu ada perlu apa datang ke sini?" tanyaku dengan nada sinis."Loh, masa nanyanya seperti itu? Ibu ke sini itu mau minta maaf sama kamu. Ibu juga pengen ketemu sama cucu kesayangan Ibu."Sejak kapan Maura menjadi cucu kesayangan. Bukannya dia selalu bilang tidak suka dengan cucu perempuan?"Aku lagi sibuk. Banyak kerjaan. Sebaiknya lain kali saja Ibu datang ke sini lagi." Melipat tangan di depan dada."Duh, Ibu sudah datang jauh-jauh dari rumah, masa sampai sini malah disuruh pulang? Ibu pengen liat-liat koleksi jualan kamu boleh?" Dia berjalan menuju pintu lalu segera masuk ke dalam toko.Aku memutar bola mata malas, apalagi ketika dia mulai mencoba baju-baju yang terpajang di manekin toko."Bagus-bagus baju di sini. Ibu boleh ambil yang Ibu mau kan?" tanyanya dengan wajah berbinar."Enggak. Baju-baju itu sudah dipesan sama orang. Kalau Ibu mau ya harus beli!" jawabku.Wajah Ibu mertua mulai terlihat kesal, ak
Read more

Part 15

Tuh, kan. Apa aku bilang. Ia baik di hadapanku hanya pencitraan saja. Carmuk, alias cari muka. Buktinya ketika berbicara dengan orang yang dia anggap derajatnya lebih rendah, Ibu mengeluarkan taring seperti biasanya."Alin. Bagi uang sepuluh juta ya? Buat ngirimin Rani sama buat makan Ibu. Kasihan loh, adik kamu. Dia belum bayar uang semester. Ibu yakin duit segitu itu tidak ada artinya buat kamu!" rengeknya lagi."Lha, itu bukan urusan aku, Bu. Bukannya anak Ibu itu mapan? Minta lah sama anak Ibu. Aku ini kan cuma pedagang online. Bukan pekerja kantoran seperti anak Ibu!" Masih terekam jelas dalam ingatan, kala Ibu dan Rani menertawakan aku ketika menayangkan masalah pekerjaan dan aku jawab hanya pedagang online. Kata mereka pedagang online itu hanya pebisnis kelas bawah yang penghasilannya cuma uang recehan."Sudahlah, Alina. Lupakan yang sudah berlalu. Dulu Ibu hanya bercanda, loh... Nanti tolong ditransfer ya?""Lebih baik uangnya aku sumbangk
Read more

Part 16

"Tuh, kan. Ada buktinya. Kamu sudah tidak bisa mengelak lagi, Alina!" Dia menatap mencemooh ke arahku."Aku bukan pencuri seperti kamu, Siti!" Aku mulai terpancing emosi."Idih, nggak malu. Sudah jelas-jelas kamu yang ketahuan nyolong, malah aku yang dikatain pencuri. Memang benar kata ibu mertua. Otak kamu itu sudah geser. Setengah gila!""Apa kamu lupa kalau kamu sudah mencuri suamiku, Pelakor?"Siti terkesiap. Wajahnya memerah menahan malu, apalagi ketika para pelayan toko justru menatap mengintimidasi dirinya."Kenapa malah liatin saya seperti itu, Mbak? Udah, buruan arak perempuan itu ke kantor polisi!" berang Siti mencoba mengalihkan perhatian, sebab mungkin orang-orang di dalam kios menyadari kalau dia adalah pelakor yang sempat viral di sosial media."Ada apa ini ribut-ribut?" Seorang perempuan dengan blus warna marun menghampiri kami."Dia mencuri jam di toko ini, Mbak!" Siti menjawab semangat."Oke kalau begitu. Kita bicarakan masalah ini baik-baik di dalam." "Ibu-ibu, emba
Read more

Part 17

"Iya, aku tahu. Kamu memang kangen tapi kangen isi ATM aku. Iya kan? Makanya kemarin kamu nyuruh Ibu datang ke toko meminta uang!" cibirku kesal."Hah? Ibu ke toko dan minta uang sama kamu?" Dih, pura-pura kaget segala. Memangnya dia pikir aku ini perempuan bodoh yang mudah dikibuli."Iya. Sama kamu, kan?""Demi Tuhan aku nggak tahu masalah itu, Sayang. Mungkin itu inisiatif Ibu saja."Duh, berani banget dia bawa-bawa nama Tuhan. Memangnya nggak takut dosa apa? Tapi orang seperti Mas Alex dan sebangsanya mana takut sama yang namanya dosa."Aku lihat kamu ngumpet di gang lalu keluar saat aku sudah pergi," pungkasku kemudian.Hening. Hanya suara helaan panjang yang terdengar. Mungkin dia pikir aku masih bisa dibodohi seperti kemarin-kemarin. Kamu salah, Mas. Sekarang apa pun yang kalian ucapkan, aku tidak akan mempercayainya lagi. Terlebih lagi jelas-jelas aku lihat ada dia bersama ibu ketika perempuan
Read more

Part 18

"Ada apa, Kak?" tanya Hera dengan mimik khawatir."Maura hilang," jawabku sambil menitikkan air mata.Perempuan berhijab satin itu kemudian mengambil ponselku. Berbicara dengan Mas Aldo, menanyakan tentang alamat mall tempat dia membawa Maura."Ayo, Kak. Biar aku antar nyusul Mas Aldo." Aku mengangguk mengiyakan lalu segera mengambil tas yang tergeletak di atas meja, berjalan menuju parkiran dan membonceng di belakang Hera. Tidak berani mengemudi jika hati dalam keadaan kacau seperti ini. Takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.Sesampainya di pusat perbelanjaan. Aku langsung berlari ke lantai atas menemui Mas Aldo. Laki-laki itu sedang duduk di kursi panjang sambil mengusap wajah kasar juga terlihat frustasi."Memangnya Maura hilang di mana, Mas? Kok bisa lepas pengawasan. Memangnya Mas lagi ngapain aja. Jangan meleng dong, Mas kalau bawa anakku ke luar!" berondongku membuat pria dengan wajah penuh kharisma itu terlihat diliputi rasa bersalah."Mas tadi lagi angkat telepon. Maur
Read more

Part 19

"Kalau memang kamu istrinya Mas Alex, kenapa tidak jujur sejak awal datang ke rumah ini. Kenapa harus mengaku sebagai seorang janda dan menyamar menjadi seorang Asisten Rumah Tangga?""Karena saat itu status aku memang janda. Mas Alex sudah mentalak aku karena kepincut sama kamu!""Sudah! Sudah! Daripada berdebat dengan perempuan tidak jelas asal-usulnya ini, lebih baik kita lanjutkan mencari Maura. Pasti Alex masih berada di sekitar sini!" sela Mas Aldo seraya menarik lenganku keluar dari rumah penuh kenangan manis serta pahit itu.Kami berjalan beriringan menuju mobil, terus mencoba menghubungi pria tersebut tetapi nomer teleponnya belum bisa dihubungi. "Mas, coba kamu hubungi nomer ini. Ini nomer adiknya Mas Alex. Kamu tanyakan ke dia dan berpura-pura jadi temannya Mas Alex," perintahku sembari menyodorkan ponsel.Sesuai perintah sang pemilik garis wajah tegas segera menghubungi nomer Rina. Belum juga mengucapkan salam,
Read more

Part 20

"Heh, mulut lemes. Kamu bisa kuliah juga gara-gara pedagang online ini. Memangnya kamu pikir abang kamu banyak uang? Dia itu kere tahu nggak? Kalau bukan aku yang memberikan, kalian semua tidak akan hidup enak. Kamu juga tidak akan bisa merasakan seperti apa rasanya kuliah!" pungkasku dengan suara meninggi beberapa oktaf. Tidak perduli tetangga di sekitar mendengar lalu berbondong-bondong datang. Biar mereka tahu siapa sebenarnya keluarga ini. Benalu semuanya."Sekarang katakan. Di mana Mas Alex. Aku ingin meminta pertanggungjawaban dia karena sudah menculik anakku dan membuat tubuhnya memar-memar seperti ini!" Menerobos masuk ke dalam, mencari laki-laki yang masih menyandang gelar suami di setiap penjuru ruangan, akan tetapi tidak menemukan dia di mana pun.Bersembunyi di mana si cemen itu. Pasti dia sudah tahu aku akan datang dan langsung melarikan diri. Pengecut.Mengambil sebuah keramik pajangan yang tertata rapi di atas meja, menga
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status