Semua Bab Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku: Bab 41 - Bab 50

134 Bab

Part 41

Sidang perdana telah selesai dilaksanakan, kini tinggal menunggu sidang selanjutnya digelar dan ikatan pernikahan keduanya sudah benar-benar berada di ujung perpisahan.Alin keluar dari dalam ruang persidangan bersama Umar, sementara Alex berjalan sendirian tanpa pendamping sama sekali."Terima kasih atas bantuannya, Mas Umar. Saya permisi dulu.Assalamualaikum," ucap Alina seraya melekuk senyum lalu berjalan menuju mobilnya dan segera masuk. Dari kejauhan Alex terus saja menatap sang istri, tidak rela rasanya jika harus kehilangan wanita yang selalu menghuni relung hatinya.Memang Alex bukan laki-laki setia. Dia sudah membagi hati juga raga, akan tetapi cinta yang ia rasa hanya untuk Alina saja. Menikahi Siti itu sebagai bentuk tanggungjawab juga karena desakan serta ancaman. Tidak ada niat sama sekali untuk mengkhianati.Meski dia juga tidak memungkiri adanya Siti semakin melengkapinya hidupnya, sebab perempuan itu begitu pandai memanja
Baca selengkapnya

Part 42

Mengambil gawai dari dalam saku daster, Alina membuka blokiran nomer laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya sembari menatap wajah Maura yang tampak pucat sambil menahan sedih.Gegas perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu menekan ikon hijau, menghubungi Alex akan tetapi tidak kunjung ada jawaban. Mungkin karena sudah hampir tengah malam jadi pria itu sudah terlelap mengarungi samudera mimpi bersama anak-anaknya di rumah."Biar Mas datangi langsung ke rumahnya. Mungkin dia sudah tidur." Aldo berujar seraya menepuk pundak sang adik."Tapi tolong jangan buat keributan di sana, Al. Mama nggak mau kamu kembali memukuli Alex. Kali ini kita sedang membutuhkan dia," pesan Mama dan dijawab anggukan oleh anak lelakinya.Aldo lekas mengayunkan kaki keluar dari kamar rawat inap sang keponakan, dan segera berjalan menuju parkiran lalu melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan rata-rata menuju kediaman Alex.Sesampainya
Baca selengkapnya

Part 43

"Bagaimana, Lin? Kamu masih mau kan, memberikan kesempatan kedua buat Mas?" Alex kembali bertanya.Alina menoleh sekilas, menatap netra laki-laki yang sebentar lagi akan resmi menjadi mantan suaminya itu sambil menghela napas panjang. Dia memang masih memiliki secuil rasa cinta dalam dada, akan tetapi jika untuk kembali hidup bersama, perempuan berambut coklat itu sepertinya sudah tidak lagi memikirkan ke arah itu, sebab rasa percayanya terhadap Alex sudah tidak ada."Lin, kamu mau kan kembali sama Mas?" Alex mengulangi pertanyaannya, meraih jari jemari Alina akan tetapi dengan cepat sang calon mantan istri menjauhkan tangannya."Maaf, Mas. Tidak bisa. Kita akan tetap bercerai apa pun yang terjadi!" Lugas Alina kemudian."Apa sudah ada laki-laki lain yang mengisi relung cinta kamu, Lin?""Ini bukan masalah ada atau tidaknya laki-laki lain dalam hati aku. Tetapi karena rasa kecewa luar biasa yang aku rasakan karena pengkhianatan yang kamu
Baca selengkapnya

Part 44

"Rani mengalami perdarahan?" Alin mengerutkan keningnya."Iya. Dia hamil dan laki-laki yang menghamili dia tidak mau bertanggungjawab. Dia kabur dan malah menikah dengan perempuan lain di kampungnya.""Seperti dulu kamu ninggalin Siti saat hamil, Mas?" Alina membathin seraya menatap wajah Alex yang mulai ditumbuhi bulu-bulu halus dan tidak beraturan."Kamu boleh menertawakan aku sepuasnya, Lin," ucap Alex kemudian.Alin menyentak napas. "Aku tidak sejahat itu. Walaupun aku benci kepada Rani, tetapi aku tidak akan menertawakan dia saat sedang ditimpa musibah seperti ini. Aku juga perempuan. Aku bisa membayangkan betapa hancurnya perasaan Rani saat ini, Mas. Pasti dia sangat sedih dicampakkan begitu saja oleh orang yang disayangi. Semoga saja Allah memberikan Rani kekuatan untuk menghadapi semua masalah ini."Alex menunduk malu mendengar untaian kata yang keluar dari mulut lawan bicaranya. Halus, tetapi begitu menusuk.Sebuah mercy
Baca selengkapnya

Part 45

POV Alex.Aku segera mematikan mesin motor, kembali masuk ke rumah Alina lalu memanggil perempuan yang masih kucinta, meminta dia menjaga Riana dan Rachelya sebentar saja. Karena tidak mungkin aku membawa kedua anak itu ke rumah sakit, terlebih lagi mungkin keadaan ibunya tidak memungkinkan untuk dilihat anak di bawah umur."Memangnya kamu mau ke mana, Mas?" tanya Alin dengan mimik kurang suka. Mungkin tidak mau waktu bersama keluarganya terganggu gara-gara harus menjaga kedua anakku.Tetapi mau bagaimana lagi. Tidak ada siapa pun di kota ini yang bisa dimintai bantuan selain dia. Meski malu aku harus menebalkan muka."Aku mau ke rumah sakit, Lin. Tadi ada telepon dari pihak kepolisian dan katanya Siti menjadi korban penganiayaan," terangku."Inalillahi... Yasudah. Sebaiknya kamu jalan sekarang. Hati-hati di jalan!" Aku menatap netra berhias bulu lentik itu sesaat, mencoba melihat masih adakah cinta walau sedikit saja, dan
Baca selengkapnya

Part 46

"Maaf. Saya Alex, suaminya Siti. Sekarang Siti sedang dirawat di rumah sakit." Aku berujar dengan lantang."Di rumah sakit? Pasti kamu yang menganiaya dia sampai harus dirawat ya?" cerocosnya kemudian."Jangan asal nuduh kalau nggak tahu duduk permasalahan. Nanti jatuhnya malah jadi fitnah. Sebaiknya sekarang kamu temui kakakmu itu di rumah sakit dan tanyakan sendiri sama polisi apa yang sebenarnya terjadi!" sungutku meradang, lalu segera memutuskan sambungan telepon secara sepihak.Setelah itu mengirimkan alamat kepada perempuan itu lewat aplikasi berwarna hijau, supaya dia datang ke rumah sakit dan mengurus Siti.Aku tidak mau jika harus mengurus orang yang sudah mengkhianati aku, terlebih lagi sudah ada dua anak yang harus aku rawat di rumah.***Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya seorang perempuan berhijab satin datang dan langsung memaki-maki diriku, mengatai kalau aku suami yang kejam dan tidak berperasaan.
Baca selengkapnya

Part 47

***Pagi-pagi sekali, aku sudah bersiap pergi ke toko, memulai hari seperti biasanya dengan disibukkan segudang aktivitas di toko online yang kukelola. Kebetulan Maura masih berada di Bogor bersama opa omanya, jadi aku bisa berangkat lebih pagi dari biasanya.Sesampainya di depan toko, Mas Alex sudah menunggu bersama dua orang putrinya, menerbitkan senyum semringah saat melihat aku turun dari mobil."Assalamualaikum, Alina. Kamu apa kabar?" sapanya dengan ramah."Waalaikumussalam. Ada apa?""Aku ada panggilan kerja. Bisa nggak nitip anak-anak sebentar?""Maaf, Mas. Aku lagi sibuk. Kenapa anak-anak nggak kamu titipkan sama tetangga, atau kamu cari kerabat Siti untuk menjaga mereka. Aku memang sayang sama anak-anak ini, tetapi kamu jangan mempergunakan kesempatan itu untuk terus merecoki hidup aku. Kita ini sudah tidak ada hubungan apa-apa.""Aku nggak punya siapa-siapa yang bisa dimintai tolong, Lin.""Kamu
Baca selengkapnya

Part 48

Menyalakan mesin kendaraan, pulang ke rumah Tiara untuk menjemput anak-anak di sana. Senyum ini terkembang lebar ketika sampai di kediaman perempuan itu dan melihat anak-anak sedang bercanda ria bersama tantenya.Andai saja Siti secantik Tiara, pasti tidak akan kutinggalkan dia juga tak akan merasa sedih seperti ini ketika pernikahanku dengan Alina telah kandas dan berakhir. Sebab di rumah masih ada perempuan cantik, tidak kalah memesona dari Alina.Tetapi Siti. Dia itu jauh banget dari kata cantik. Kulit gelap, tubuh gemuk serta lemak bergelambir di mana-mana.Hanya satu yang aku butuhkan dari dia yaitu tempat untuk menyalurkan hasrat biologis, karena hanya Siti yang mampu mengimbangi permainanku dan tidak pernah menolak jika aku menyuruhnya menggunakan gaya yang kuminta."Lho, Mas. Kamu kenapa berdiri terus di sini?" tegur Tiara dengan suara lembut nan mendayu-dayu. Tidak sesangar saat pertama kali kami bertemu di rumah sakit tempo har
Baca selengkapnya

Part 49

"Ayo! Buruan mandi. Habis itu anterin Ibu ke tempat Alina!" perintahnya kemudian."Bu, aku nggak mau. Aku nggak berani. Kalau Ibu mau, Ibu saja yang datang sendiri ke sana!""Memangnya kamu nggak kasihan sama Rani. Dia sudah dibawa lagi ke kantor polisi. Sekarang dia juga sudah seperti orang depresi. Rencananya Ibu mau menyewa pengacara yang bagus supaya Rani bisa keluar dari penjara dan dia akan Ibu nikahkan dengan anaknya Bu Rohaya yang kaya raya itu.""Tapi, Bu. Anaknya Bu Rohaya itu kan rada stres. Masa iya Ibu tega nikahin Rani sama orang seperti dia. Kasihan Rani, Bu.""Halah. Ibu menikahkan adik kamu bukan tanpa alasan. Bu Rohaya itu kan kaya raya. Hartanya banyak. Dia juga punya satu orang anak doang. Otomatis nanti warisannya bakalan dikasih ke Danu semua dan Rani akan menjadi orang kaya. Hidup itu jangan mengandalkan cinta, Alex. Cinta itu tidak bikin perut kenyang dan kita dihormati. Tetapi uang."Aku hanya bisa menggelengkan k
Baca selengkapnya

Part 50

Sudah ketahuan banget kalau dia ada niat jahat sama aku juga Maura. Buktinya, dia tidak mau datang ke rumah. Kalau dia gentle, pasti akan menjemput anaknya ke rumah ini tanpa takut kepada siapa pun. Sikapnya saat ini semakin membuat diri ini yakin kalau dia memang tidak benar-benar tulus ingin menemui Maura.Mengikat rambut yang tergerai, segera keluar dari kamar menemui Mas Aldo dan menunjukkan pesan dari mantan suami. Pokoknya mulai saat ini tidak akan ada yang aku rahasiakan dari dirinya."Sudah, jangan ladeni mantan suami kamu. Kalau dia berani, suruh dia datang ke rumah!" ujar Mas Aldo, mengembalikan ponsel milikku lalu beranjak dari kursi.Tidak lama kemudian sebuah mobil berwarna silver berhenti tepat di depan pintu pagar. Dua orang bertubuh tinggi besar serta berpakaian serba hitam keluar dari mobil tersebut, membuka kacamata lalu mengetuk pintu pagar rumah orangtuaku.Lekas aku masuk, memanggil kakak laki-lakiku memberitahu dia kalau ada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status