All Chapters of Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku: Chapter 111 - Chapter 120

134 Chapters

Part 110

Aku mendengkus kesal sambil menatap punggung lebar Mas Aldo yang semakin menjauh.Apa-apaan ini, melarang aku dekat dengan Dafa, menyuruhku meninggalkan toko yang sudah aku kelola sejak nol hingga sebesar sekarang ini hanya karena rasa bencinya kepada pria yang saat ini sedang dekat dengan diriku."Lin, sebaiknya jangan kamu dengarkan omongan kakak kamu. Dia itu lagi pusing mikirin pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari, jadi kelakuannya seperti itu," ucap mama seraya mengusap lembut bahuku."Pusing? Orang semuanya sudah siap, kok. Kecuali masih belum siap seratus persen, kekurangan uang buat modal dan ada masalah besar lainnya yang menghalangi acara pernikahan dia dan kak Umay. Dasarnya saja Mas Aldo itu sensi banget sama Dafa. Sejak dulu kan dia memang benci sama temen aku!" sungutku kesal."Nah, kamu sudah tahu sifat kakak kamu seperti itu. Jadi tidak usah diambil hati ucapannya kalau begitu!""Yasudah, untuk sementara aku pergi dulu dari rumah ini, supaya Mas Aldo tidak
Read more

Part 111

Aku menghela napas mendengar jawaban dari Dafa. Apa iya harus menceritakan semuanya kepada dia?Sepeda motor yang aku tumpangi menepi di sebuah warung soto. Dafa mengajakku untuk sarapan, sebab katanya dia belum makan apa-apa karena terus memikirkan keadaanku."Aku pesen teh anget saja, Daf. Sudah sarapan tadi sama Maura," ucapku sambil mengenyakkan bokong di atas bangku panjang di dalam kedai."Padahal aku pengen traktir kamu loh, Lin." Dia duduk di sebelahku."Lain kali saja. Aku udah kenyang. Nanti gendut kalau makan terus.""Memangnya kenapa kalau kamu jadi gendut?""Nanti kamu nggak suka lagi sama aku."Dafa terkekeh dan mengusap rambut ini hingga berantakan. "Aku tidak pandang fisik, Lin. Mau kamu gendut, ramping, aku itu mencintai kamu apa adanya.""Gombal!""Makanya ayo buruan ke penghulu. Biar kamu percaya kalau aku ini serius sama kamu."
Read more

Part 112

"Aku pikir kamu sudah berubah, Mas. Tapi ternyata tidak. Kamu masih sama seperti Alex yang dulu. Egois dan menghalalkan segala cara agar mendapatkan apa yang diinginkan!""Aku tidak bermaksud seperti itu, Lin. Tapi ....""Tapi apa, Mas?" potongku. " Aku tidak pernah mempermasalahkan saat kamu menikah lagi. Aku juga tidak marah waktu denger kabar kamu sering tidur sama Tiara, karena aku pikir jalan kita sudah berbeda. Kita bukan lagi pasangan jadi apa yang kamu lakukan tidak lagi menjadi urusan aku.""Tapi kamu dulu sangat marah dan sampai mencelakai aku dan Siti, mengolesi kemaluan kami berdua sambal sampai aku hampir mati saking sakitnya, Lin. Apa kamu lupa itu?""Waktu itu status kamu masih suami aku. Jadi sangat wajar jika aku marah saat tahu suami aku selingkuh. Tapi sekarang ceritanya beda, kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa, dan aku mengizinkan kamu datang juga hanya karena Maura. Bukan karena masih cinta sama kamu!""L
Read more

Part 113

"Aku lagi nyari kontrakan tapi belum dapat, Mas. Dan Mas tenang saja, aku pasti bakalan pergi dari sini. Aku akan hidup mandiri tanpa merepotkan siapa pun!" jawabku tidak gentar sama sekali. Mungkin jika memang harus meninggalkan toko yang sudah aku bangun dari nol hingga sebenar ini membuat dia merasa puas aku akan melakukannya."Itu alasan kamu saja, Alina. Kamu minta tolong lah sama laki-laki pujaan kamu. Aku pengen lihat, apakah setelah kamu tidak memiliki apa-apa dia masih mau menerima kamu!" sungut Mas Aldo masih terus saja meragukan cinta Dafa."Aldo, kamu jangan terlalu keras sama adik kamu. Tolong jangan bikin dia susah. Mama lihat dia tinggal di tempat sumpek seperti ini saja sudah sedih rasanya, apalagi jika Alina sampai terlunta-lunta dan harus mencari pekerjaan di luaran sana. Kan kamu tahu sendiri kalau adik kamu itu tidak memiliki pengalaman kerja. Sebaiknya kamu terima saja semua keputusan Alin. Toh, dia ini sudah besar. Bukan lagi anak kecil yang h
Read more

Part 114

"Kamu serius, Lin?""Iya. Bismillah. Mungkin kamu memang jodoh yang dikirimkan Tuhan untuk aku.""Alhamdulillah, ya Allah. Aku mimpi apa, Alina. Akhirnya penantian panjang aku tidak berakhir sia-sia. Secepatnya aku akan datang melamar kamu secara resmi. Kamu tunggu saja ya, Calon istriku."Bibir ini melekuk senyum mendengar dia menyebutku calon istri.Entahlah, walaupun belum ada cinta dalam dada, namun timbul secercah keyakinan kalau Dafa memang laki-laki yang mampu menjagaku serta Maura, juga bisa menjadi imam yang baik untuk aku juga anak-anak nanti."Yasudah, kamu ada di rumah jam berapa, Daf. Nanti biar aku ke rumah kamu. Aku mau lihat-lihat kontrakan yang kamu bilang tadi, biar secepatnya bisa pindah dari sini.""Nanti pulang nganter Bunda aku jemput kamu, Sayang.""Oke kalau begitu. Terima kasih.""Sama-sama, Sayang. Aku matiin dulu teleponnya ya? Sampai jumpa nanti sore. Assalamualaikum Bidadari."
Read more

Part 115

Tanpa ragu mengayunkan kaki lebar-lebar menghampiri dua orang tersebut, ingin melihat reaksi Pak Anjas juga Mas Aldo ketika menyadari kehadiranku.Namun entahlah. Ekspresi keduanya terlihat biasa-biasa saja, tidak salah tingkah seperti yang aku bayangkan, sebab Mas Aldo begitu membenci Dafa tetapi sangat akrab dengan ayahnya."Mbak Alin, apa kabar? Tumben baru kelihatan?" sapa Pak Anjas dengan ramah, menerbitkan senyuman manis kepadaku seperti saat pertama kali bertemu.Apa jangan-jangan Dafa belum menceritakan hubungan kami berdua kepada dia?"Alhamdulillah saya baik-baik saja, Pak. Pak Anjas tumben ada di kantor kakak saya?" tanyaku kemudian."Iya, Mbak. Ada sedikit keperluan dengan Pak Aldo. Yasudah, saya permisi dulu, sudah siang!" pamit laki-laki ber-tuksedo hitam itu seraya menepuk pundak kakak lelakiku dan segera masuk ke dalam mobilnya.Sementara Mas Aldo, seperti hari-hari sebelumnya dia masih saja bersikap dingin, tidak menunjukkan keramahan sama sekali kepadaku seperti dulu
Read more

Part 116

"Apa, Mbak? Anak saya mengalami perdarahan? Sekarang dia dirawat di rumah sakit mana?""Di rumah sakit Kasih Bunda, Bu. Sebaiknya Ibu segera datang karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap pasien.""I--iya, Mbak!"Tanpa lagi mengucapkan salam kututup sambungan telepon, masuk ke dalam mobil dengan perasaan kacau serta air mata yang tak kunjung jua berhenti mengalir dari kedua sudut netra.Dengan kecepatan rata-rata kukemudikan kendaraan roda empat milikku menembus ramainya jalanan kota, hingga perputaran keempat roda mobil yang aku bawa berhenti tepat di depan sebuah bangunan berlantai lima tidak jauh dari kompleks perumahan tempat tinggalku.Hera sedang menangis di depan unit gawat darurat ketika aku sampai, dan terlihat gurat ketakutan di wajah ayunya."Ada apa, Ra? Kenapa Maura bisa sampai mengalami perdarahan seperti ini?" berondongku seraya mengguncang tubuh ramping perempuan itu."Maaf, Bu. Saya l
Read more

Part 117

"Gila kamu, Mas. Anak kamu lagi sekarat loh, bukannya memikirkan keselamatan Maura, malah masih memikirkan kepentingan kamu sendiri!" sungutku kesal, sambil menatap sinis wajah mantan suami."Memangnya golongan darah Maura apa, Lin?" Kami semua menoleh ke arah sumber suara mendengar suara berat Dafa."AB, Daf. Tapi darah aku gak cocok sama dia!" jawabku masih diselimuti rasa panik."Alhamdulillah kalau begitu. Kebetulan golongan darah aku AB juga. Aku siap mendonorkan darah aku tanpa syarat." Dafa melenggang masuk menemui perawat lalu segera melakukan pemeriksaan kesehatan.Tanpa terasa buliran-buliran air hangat mengalir begitu saja melewati pipi. Di saat mantan suami yang notabene ayah kandungnya Maura tidak perduli dengan keselamatan putri kami, Tuhan mengutus Dafa sebagai malaikat penyelamat yang rela melakukan apa saja demi keselamatan buah hatiku. Tidak salah ternyata memutuskan memilih dia sebagai calon pendamping hidup.Sambil men
Read more

Part 118

"Cie ... Yang lagi mikirin calon suaminya," ledeknya membuat pipi ini seketika bersemu merah juga menghangat."Kegeeran kamu, Daf!""Kan tadi kamu sendiri yang bilang kalau kamu lagi mikirin aku?""Sudah, ah. Aku mau ke ruangan Maura, mau lihat keadaan anakku dulu!""Aku ikut.""Tapi badan kamu masih lemes loh?""Sudah mendingan kok. Sudah seger, apalagi lihat senyum kamu. Langsung fit lagi ni badan.""Dasar tukang gombal. Pasti di luaran sana juga banyak banget cewek yang sudah kamu gombalin ya, Daf?""Nggak, lah. Kalau aku raja gombal, pasti nggak menjomblo sampai bangkotan!"Aku tertawa mendengar jawabannya. Salah sendiri nggak mau mencari pendamping hidup. Masa iya lelaki seperti dia nggak ada perempuan yang mau melirik sama sekali?Berjalan bersisian menuju kamar Maura, Mas Aldo terus saja memperhatikan kami dengan mimik wajah yang sulit sekali bisa diartikan. Sedangkan Mama, seu
Read more

Part 119

Mobil taksi yang dia tumpangi bergerak perlahan meninggalkan parkiran rumah sakit. Aku segera masuk sambil menggosok-gosok lengan yang terasa dingin karena dibelai oleh angin, kembali ke kamar Maura dan segera menghempaskan bobot di sofa yang tersedia."Ternyata Dafa orangnya baik juga ya, Lin?" ucap mama sambil tersenyum menatapku."Tapi slengean," jawabku."Bukan slengean menurut mama sih, mungkin pengen mencairkan suasana di depan mama saja, biar nggak terasa kaku. Dafa itu orang baik, mau berkorban untuk orang yang dia cintai.""Aku nggak nyangka Mas Alex juga bisa setega itu sama anaknya sendiri. Masa mau donorin darah saja syaratnya harus balikan sama aku? Ayah macam apa kalau begitu.""Dia pantas menjadi ayah sambungnya Maura!"Aku menoleh menatap mama. Sepertinya sudah ada lampu hijau dari dia, tinggal menunggu persetujuan dari Mas Aldo juga papa saja. Semoga saja tidak ada aral melintang yang menghalangi hubungan kami be
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status