"Kamu serius, Lin?""Iya. Bismillah. Mungkin kamu memang jodoh yang dikirimkan Tuhan untuk aku.""Alhamdulillah, ya Allah. Aku mimpi apa, Alina. Akhirnya penantian panjang aku tidak berakhir sia-sia. Secepatnya aku akan datang melamar kamu secara resmi. Kamu tunggu saja ya, Calon istriku."Bibir ini melekuk senyum mendengar dia menyebutku calon istri.Entahlah, walaupun belum ada cinta dalam dada, namun timbul secercah keyakinan kalau Dafa memang laki-laki yang mampu menjagaku serta Maura, juga bisa menjadi imam yang baik untuk aku juga anak-anak nanti."Yasudah, kamu ada di rumah jam berapa, Daf. Nanti biar aku ke rumah kamu. Aku mau lihat-lihat kontrakan yang kamu bilang tadi, biar secepatnya bisa pindah dari sini.""Nanti pulang nganter Bunda aku jemput kamu, Sayang.""Oke kalau begitu. Terima kasih.""Sama-sama, Sayang. Aku matiin dulu teleponnya ya? Sampai jumpa nanti sore. Assalamualaikum Bidadari."
Read more