Aku terus menatap dari kejauhan, dan terlihat sekali wajah keduanya terlihat bersemu merah. Aku sakit sekali melihatnya. Hati ini bagai sedang diremas-remas, nyeri hingga meresap ke dalam pori-pori."Alina, Mas Umar, Koko Raka, Bu Farhana, ayo kita foto dulu buat kenang-kenangan," ajak perempuan berhijab panjang menjuntai yang sepertinya ibu dokter Humaira.Mereka lekas beranjak dari kursi, berjalan menghampiri calon pengantin dan berswafoto bersama.Bibir ini mendadak tertarik ke atas dengan sendirinya ketika membayangkan aku lah yang sedang ada di sana, berfoto dengan Alina dan keluarga, bukan Mas Umar."Ayo, Lex ikut foto juga!" Tiba-tiba bapak mertua menghampiri, mengajakku ikut bergabung, memberikan secercah harapan kalau beliau masih mau menerima diri ini sebagai menantu. Semoga saja.Dengan langkah ragu berjalan menuju sekumpulan orang-orang yang sudah bersiap, ikut berdiri di sebelah ayah dari Mas Umar sambil sesekali melirik wajah Alina yang terlihat begitu bahagia.Dan setel
Baca selengkapnya