"Lihat, perhiasan saya yang baru dibeli. Cakep-cakep kan?" cerocos ibu sambil tersenyum-senyum sendiri, seolah sedang berbicara dengan seseorang di depannya.Aku mengusap wajah gusar melihat keadaan dia yang semakin terlihat mengkhawatirkan. Takut menjadi kebablasan dan harus dirawat di rumah sakit jiwa."Bu, kenapa sih, Ibu malah jadi seperti ini? Jangan bikin aku khawatir dan juga repot dong, Bu. Ibu kan tahu, Rani masih dibui, sementara aku baru merintis usaha di Jakarta. Kalau Ibu terus menerus seperti ini otomatis aku juga harus nemenin Ibu, meninggalkan toko dalam jangka waktu lama. Tiara pasti akan mengomel. Belum lagi uang penghasilan toko pasti akan dikuasai sama dia juga!" ucapku panjang lebar, berharap Ibu mengerti juga sadar.Dan tanpa diduga, perempuan berambut mulai memutih itu menoleh menatapku dalam-dalam, tidak lagi mengatakan sesuatu malah menatap nanar wajah ini.Ha... Ha... Ha...Aku menelan ludah dengan susah payah me
Read more