Semua Bab Obsesi Sang Pewaris: Bab 71 - Bab 80

97 Bab

Bab 70

Ucapan Diraja barusan membuat Ambar berhenti di depan foyer suite mereka. Suara beep dari sensor pintu yang tertutup membuatnya terdistraksi sesaat meskipun kemudian dia kembali menatap suaminya. “Maksud kamu apa, Mas?” tanya Ambar, rasa kekhawatirannya semakin menjadi. Diraja menaruh tas Ambar yang sudah tak bisa terpakai tersebut di meja dan menariknya duduk di sofa. “Waktu kita di Roma, aku sadar ada yang ngikutin kita. Sejak kita selesai makan siang sampai kita kembali ke hotel, saat itu.” Ucapan Diraja membuatnya tegang. “Yang benar? Kenapa kok bisa diikuti gitu?” tanyanya sedikit panik. Rahang Diraja mengeras. Sepertinya dia mencari kata-kata yang pas untuk menyampaikan informasi ini kepada Ambar. “Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan Mas Darius, ya?” cecar Ambar. “Waktu awal Mas Diraja menawarkan pernikahan ini, kan bilang tujuannya juga untuk menyelamatkan Mas Darius dan Mbak Amira? Apa ini maksud ucapanmu waktu itu, Mas?” Ambar teringat kembali diskusi awal
Baca selengkapnya

Bab 71

DIRAJA“Oh, selamat siang, Pak,” Suara Tito di ujung panggilan telepon menyapanya sesaat ketika sambungan telepon berlangsung. “Tito maaf mengganggumu sebentar,” sapa Diraja sedikit urgent. “Iya Pak, nggak masalah. Ada apa, Pak?” tanya Tito. “Kamu tahu selain kamu dan Nina, siapa lagi yang tahu itinerary bulan madu saya di Italia sini?” Diraja langsung menanyakan hal krusial yang baru saja disadari olehnya saat berbincang dengan Ambar tadi. “Hanya kami berdua. Bu Nina yang lebih paham ini karena beliau yang bertugas booking akomodasi semuanya. Saya hanya dapat carbon copy dan mengecek jadwal Bapak dan Bu Ambar secara keseluruhan.” Tito menjawab dengan lengkap. “Apa ada masalah, Pak?” ujarnya menambahkan. Sepertinya Tito paham dengan suasana hati dari nada suaranya. “Saya merasa ada yang mengikuti kami di sini, dan kemarin malam mereka beraksi seperti pencopet dengan senjata tajam.” Diraja menjadi geram jika kembali mengingat kejadian tadi malam. Hampir saja Ambar celaka dan di
Baca selengkapnya

Bab 72

Benar. Mereka kini kembali diikuti. Bahkan ketika mereka sudah berpindah tempat lagi dari Milan hingga sampai di destinasi terbaru mereka, Lake Como. Di Milan kemarin, saat pulang Diraja pun akhirnya menyadari jika mobil yang mereka pakai dari hotel kembali diikuti oleh sebuah sedan sejak keluar dari Mal Vittoria dan kembali ke hotel. Kali ini Diraja bisa menangkap plat nomor dan mengingatnya sebelum dia mengirimkannya kepada Nero dan Darius untuk diselidiki. Diraja awalnya tak mengucapkan apa pun kepada Ambar, mencegah sang istri menjadi khawatir berlebihan. Apalagi ini adalah bulan madu mereka. They are supposed to have fun! Bukan berkutat dengan bentuk intimidasi implisit seperti ini. Sore itu selepas dia berbincang dengan Tito dan Darius–Diraja membujuk Ambar untuk menghabiskan malam dan bersantai di dalam suite saja, beralasan jika dia masih memiliki pekerjaan penting yang harus dikerjakan sore ini. Memang benar ada kerjaan menumpuk, namun sejujurnya itu masih bisa ditunda
Baca selengkapnya

Bab 73

AMBARSetelah drama dia pura-pura ngambek tadi pagi lantaran sikap ganas Diraja semalam selesai, mereka akhirnya berhasil check out dari hotel ini dan dijemput untuk tiba ke destinasi selanjutnya. Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam lebih sebelum mereka tiba di hotel selanjutnya di Lake Como. Nina memilih hotel Mandarin Oriental Lago di Como sebagai akomodasi mereka di tempat cantik pinggir danau indah yang sudah terkenal seantero dunia ini. “Selamat datang, dan jangan segan-segan untuk menghubungi kami jika ada sesuatu yang Anda butuhkan selama durasi menginap Anda di sini,” sapa sang resepsionis dan juga concierge saat mengantar menuju suite mereka untuk dua malam ke depan. Vista Lago Suite. Itu adalah kamar yang dipilihkan oleh sekretaris Diraja selama mereka tinggal di Lake Como. Pemandangan yang disajikan dari suite ini begitu spektakuler. Ambar bisa keluar kamar menuju teras dan di hadapannya sudah terhampar Lake Como yang indah dengan deretan bangunan khas Lombardy di
Baca selengkapnya

Bab 74

Pagi ini Ambar terbangun dengan suasana hati yang jauh lebih baik dibandingkan semalam. Diraja pun selalu menghiburnya dan memastikan jika dirinya baik-baik saja. “Sudah siap untuk berpetualang hari ini?” tanya Diraja dengan nada ringan. Mereka telah selesai sarapan dan menunggu private boat mereka standby. Hari ini dia memakai kacamata hitam seperti Diraja. Dia memakai celana pendek linen berwarna beige dan juga blus katun berwarna putih. Ditambah dengan aksesori straw hat yang senada dengan celana pendeknya. Dia memakai sepatu sneakers agar mudah melakukan perjalanan kelak setelah kapal mereka merapat di daerah Bellagio. Diraja mengatakan ketika sampai di Bellagio dan Varenna kelak, mereka akan sering berjalan kaki menyusuri kota tua nan charming dengan kontur jalanan yang menanjak. "Maaf ya kemarin aku bersikap seperti itu. Seharusnya kita bersenang-senang, aku malah bikin suasana nggak nyaman seperti kemarin," ujarnya sambil merangkul pinggang Diraja. Mereka berjalan menuju do
Baca selengkapnya

Bab 75

DIRAJAMereka berdua tiba di tanah air dini hari. Untung saja dia sudah mengabari Darius dan pria itu meminjamkan helikopter pribadinya agar Diraja dan Ambar bisa segera sampai di helipad apartemennya dalam beberapa menit. Dengan membawa koper di tangan kirinya dan tangan kanannya menggamit jemari Ambar, mereka akhirnya tiba juga di dalam apartemennya. “Kamu istirahat dulu saja, lanjutkan tidurnya, sayang. Pagi ini aku harus langsung menemui Tito dan Darius,” ujarnya sambil mengecup kening Ambar. “Tapi sekarang masih jam tiga pagi, Mas. Ayo tidur dulu, nanti aku bangunin pagi-pagi,” jawab Ambar dengan penuh perhatian. Dia pun kini tak ragu untuk mengekspresikan perasaannya dengan cara mengusap lengan dan dada bidangnya. Sebenarnya tubuhnya lelah, namun efek jet lag dia tak bisa menutup matanya. Tapi, apa yang diucapkan Ambar memang benar. Masih ada waktu beberapa jam sebelum dia bisa bertemu Tito. Ambar dan Diraja berganti pakaian secepatnya, tidak ada pikiran untuk mandi dan mem
Baca selengkapnya

Bab 76

“How is your honeymoon?” Darius bertanya kepadanya bahkan sebelum Diraja duduk di kursinya. Diraja menaikkan sebelah alisnya, gesturnya menantang disertai dengan senyum jail yang dilempar kepada pria yang kini menjadi kakak iparnya. “Lo beneran mau tau? Are you sure?” tanya Diraja yang membuat Darius langsung mengerang kesal. “Mending nggak usah cerita, deh! Nyesel gue nanya begini!” Darius mengomel. Tak lama setelah Diraja masuk ke dalam ruangannya, Mas Aksa dan Tito pun mengekor di belakangnya. “Nero masih di bawah, dia masih ngobrol sama tim IT, sebentar lagi seharusnya dia selesai dan bisa naik ke atas,” Raka berkata di samping Darius. “Okay,” balas Diraja sejurus kemudian. Rasanya ruangan ini begitu sempit, mengingat saat ini ada lima pria yang berjubel di dalam ruang kantornya. “Tito, coba cari ruang meeting yang secure. Di sini terlalu sempit dan akan sulit untuk berbicara nanti,” perintahnya kepada sang aspri. “Oh, iya Pak. Sudah standby sebenarnya. Saya ke sini untuk
Baca selengkapnya

Bab 77

AMBAR Dirinya dan Diraja pulang dari honeymoon lebih cepat daripada jadwal. Saat tiba di rumah barunya, yaitu apartemen milik Diraja–semua terasa asing dan begitu baru. Ketika dia membuka matanya pertama kali, dia sempat merasa disorientasi, namun aroma tubuh Diraja dan hangat tubuhnya membuatnya kembali tenang dan merasa lebih familiar. Mungkin karena setelah menikah dan menghabiskan waktu bulan madu sepanjang hari bersama Diraja, makanya kini segala hal yang berbau Diraja membuatnya tenang seketika. Suara dering alarm langsung membangunkannya dan dia melihat bagaimana Diraja tidur begitu pulas sesampainya di apartemen. Ambar bangun dan langsung mandi untuk membersihkan sisa debu dan keringat yang masih terbawa selepas mereka keluar bandara dini hari tadi. Ambar bahkan belum sempat menata barang-barang miliknya untuk ditaruh di apartemen yang kini menjadi tempat tinggalnya bersama Diraja. Makanya dia terpaksa memakai shower gel dari Versace yang cukup maskulin namun menyegarka
Baca selengkapnya

Bab 78

Perjalanan untuk sampai ke rumah kakaknya tak ada hambatan sama sekali. Jarak dari apartemen di Jalan Thamrin untuk sampai ke daerah Senopati tempat tinggal kakaknya hanya memerlukan waktu sekitar tiga puluh menit, itupun sudah diselingi dengan kemacetan di daerah Bundaran HI atau ketika memasuki area SCBD.  Jika tak ada ajudan yang menemaninya, Ambar sudah pasti akan memakai jasa ojek online yang sudah pasti bisa menerjang kemacetan dan bahkan tak dipungkiri bisa sampai lebih cepat lagi.  “Duh, warna kulit sunkissed sehabis dari Italia memang terlihat begitu cantik di tubuhmu, Ambar sayang!” Sang kakak berkata riang dengan mata berbinar-binar sesaat setelah mereka berpelukan melepas rindu.  “Gimana bulan madunya
Baca selengkapnya

Bab 79

“Jujur ya, aku tuh merasa kebingungan dalam menavigasi kehidupanku setelah berstatus sebagai istri ini,” ungkapnya menambahkan. “Aku juga begitu pada awalnya,” balas sang kakak. Senyum tercetak dari bibir manis Amira dan dia tertawa simpul ketika mengenang bagaimana dia beradaptasi dengan keras saat berubah menjadi istri salah seorang konglomerat muda bernama Darius. Banyak prasangka, ditambah tekanan dari orang-orang yang bersinggungan dengan Darius terhadap dirinya. Ekspektasi yang begitu tinggi yang waktu itu sempat membuatnya begitu stress dan frustrasi seorang diri. “Apalagi duniaku sama dunia Darius tuh jauh berbeda. Kita harus sering-sering kompromi supaya bisa selaras dalam menjalankan rumah tangga. Dan aku nggak nyangka ternyata setelah menikah gini aku jadi b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status