Home / Romansa / Obsesi Sang Pewaris / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Obsesi Sang Pewaris: Chapter 61 - Chapter 70

97 Chapters

Bab 60

AMBAR “Oke, makeup dan hairdo sudah selesai, sekarang tinggal pakai gaunnya,” ujar Ci Yvonne yang kembali berlalu lalang memastikan bahwa gaunnya yang terhampar di atas ranjang king size tetap paripurna. Ambar yang sudah hafal dengan alurnya pergi ke dalam kamar mandi dan membawa gaun tersebut untuk dipakai. Saat berada di dalam kamar mandi, wajahnya kembali memerah karena ingatan samarnya tadi siang saat dia mandi bersama Diraja! Mandi bersama! Kalau diingat kembali, perasaan canggung dan malu kembali menggugah hatinya. Jantungnya berdegup kencang mengingat bagaimana luwesnya Diraja menyentuh tubuhnya untuk membersihkan rambut dan tubuhnya tadi siang. Ambar benar-benar kehilangan energi siang itu dan dia pun tak kuasa menahan pria yang kini telah sah menjadi suaminya. Rasanya sulit mengingat kembali hal-hal trivial yang telah terjadi sejak serangkaian prosesi pernikahannya berlangsung dalam seminggu terakhir. Memang benar apa yang dikatakan Diraja tadi, tak ada tendensi sek
Read more

Bab 61

Ambar menyeka matanya dan menguatkan hati agar air mata tak jatuh bebas lagi membasahi pipinya dan merusak riasan wajah yang bernilai puluhan juta ini. Ternyata begini rasanya menemui mantan kekasih suaminya secara langsung, di acara paling penting dalam hidupnya saat ini! Berapa lama mereka telah menjalin kasih? Apa waktu mereka putus, Diraja masih terbayang-bayang akan mantannya itu? Bagaimana perasaan Diraja ketika melihat Michelle tadi? Bahagia? Malu? Sedih? Menyesal? Segala macam pikiran negatif tumpah ruah melesak di dalam otaknya, membuatnya sulit berpikir jernih dan melihat kehadiran Michelle secara objektif. Bunyi denting lift menyadarkan Ambar dari kusutnya pikiran, dan ketika pintu lift terbuka dia langsung bergegas menuju kamarnya. Tapi saat dia sudah sampai di depan kamar, pintunya tertutup dan dia tak bisa masuk karena tak memegang kartu akses. “Ah, dasar bego!” Ambar mengumpat sejenak dan membalikkan badannya, bingung mencari tempat bersembunyi untuk meluapkan k
Read more

Bab 62

DIRAJA Acara pernikahannya hari ini berjalan layaknya roller coaster. Tinggal satu agenda lagi, dan dia dapat menutup hari bahagianya ini dengan menyimpan senyum dan membawa istri yang akan hidup bersamanya. Tapi… rupanya masa lalu datang sambil tertawa mengejek. Mencoba menggoyahkan pondasi yang baru saja dibangun dengan sukacita bersama Ambar. Michelle datang menemuinya bersama Biantara. Sekali tebak dia tahu jika ini pasti ulah Biantara. Rupanya perbincangan mereka lalu di ruangannya bukanlah isapan jempol semata. Biantara benar-benar mengibarkan bendera perang kepadanya. Anak tengil itu melemparkan Michelle sebagai umpan pertamanya. Awalnya dia tak ingin memperbesar kehadiran Michelle demi menghormati Ambar. Maka dari itu dia tak mengatakan apapun kepada sang istri saat dia tahu Michelle ikut datang dan memberikan ucapan selamat kepada mereka. Tapi… Diraja sendiri bahkan tak menyangka jika Ambar bersikap demikian dan membuatnya kelimpungan saat Ambar kabur dari aula
Read more

Bab 63

Diraja membuka pintu presidential suite dan menuntun Ambar masuk ke dalam. Setelah pintu terkunci, Ambar berjalan menjauh menuju single sofa untuk duduk. Namun kakinya bergerak gelisah dan akhirnya tak tahan lalu berdiri lagi untuk berjalan mondar-mandir di atas karpet sutra kashmir indah di atas lantai marmer hotel ini. Desiran dari gaun yang melekat tubuhnya ikut bergerak, membuat efek riak yang membingkai tubuhnya menjadi tampak anggun dan elegan. Bahkan hal-hal kecil seperti itu tak luput dari perhatian Diraja. “Aku bahkan nggak tahu harus mulai dari mana, Mas!” Suara Ambar terdengar begitu emosional. “Kamu nggak mau duduk dulu?” tegurnya dengan lembut. Dia menunjuk sofa di sampingnya dan menunggu Ambar menjadi sedikit lebih tenang. Tapi sepertinya itu merupakan pengharapan belaka karena Ambar justru melihat sofa tersebut dengan pandangan tersinggung. “Nggak mau! Kita bicara begini aja!” tolak Ambar dengan tegas, masih konsisten dengan gerakan mondar-mandirnya. “Berapa
Read more

Bab 64 (18+)

AMBAR Apa yang Ambar lakukan sejak mereka keluar dari Ballroom layaknya seperti sedang mengganggu seekor singa yang sedang tertidur. Kini harimau tersebut mengamuk dan melihat Ambar sebagai mangsanya. Perdebatan sengit yang terjadi antara dirinya dan Diraja sepertinya membawa berbagai macam emosi yang terpendam dalam diri Ambar merangsek keluar tanpa bisa dikendalikan kembali. Kini… Ambar akan merasakan konsekuensinya. Tangannya tak bisa bergerak karena Diraja telah menguncinya, dan tanpa bisa dicegah–Diraja mencium bibirnya dengan agresif. Semua kemarahan, kegelisahan, dan ketakutan yang sempat berputar-putar dalam pikirannya seakan luruh dengan sentuhan Diraja. Sentuhan asing di setiap jengkal tubuhnya membuatnya kehilangan akalnya. “Buka,” desak Diraja sesaat setelah bibir mereka beradu. Ambar hanya bisa mengerjapkan matanya kebingungan. Tak tahu apa yang diinginkan Diraja saat ini. Jemari Diraja memegang dagunya dan menariknya perlahan, membuat bibirnya perlahan terbu
Read more

Bab 65

Hari ini mereka berdua bersantai seharian di dalam kamar. Setelah selesai menghabiskan makan siang yang cukup telat, Diraja membawanya untuk bersantai sambil menonton acara National Geographic di sofa. Lelaki itu bersikeras agar Ambar bersandar di dadanya dan mereka menonton dengan Ambar berada dalam dekapannya. “Udah tenang? Bisa kita ngobrol sekarang?” tanya Diraja seraya memainkan rambut panjangnya dengan telaten. Tak jarang pria itu mengecup puncak kepalanya dan mengusap lengannya sebelum kembali memainkan rambutnya. “Hmm…” Ambar menggumam  pelan. “Masih ada yang buat kamu penasaran tentang Michelle? Aku kan sudah be
Read more

Bab 66

DIRAJA Perjalanan mereka yang memakan waktu hampir seharian penuh akhirnya selesai juga, setelah mereka tiba di hotel yang telah dipesan secara cermat oleh Nina. Mereka bermalam di Roma terlebih dahulu dan melanjutkan untuk berkeliling di sekitar Roma sebelum mereka berpindah ke Lake Como. Dari Lake Como mereka berencana untuk melanjutkan ke Milan sebelum akhirnya mereka menyewa yacht untuk bermalam di sekitar Amalfi Coast dan berkeliling menjelajah pantai atau landmark kota tersebut. Tadinya mereka mau berkeliling di vineyard di kawasan Tuscany. Namun keterbatasan waktu membuat Diraja mencoret jadwal tersebut. Dia mengharapkan akomodasi terbaik, dan tentu saja Nina mengerjakannya sesuai apa yang dia inginkan. Mereka bermalam di Palazzo Manfredi, hotel bintang lima dengan pemandangan langsung Colosseum di depan grand suite mereka. “Wow! Ini keren banget, Mas!” Ambar yang meskipun terlihat lelah karena jetlag, tetap terlihat bersemangat saat mereka menyusuri suite yang akan menjadi
Read more

Bab 67

Setelah selesai sarapan, mereka berdua dihubungi oleh personal chauffeur yang akan mengantar mereka untuk memulai tur privat mereka berkeliling di Roma seharian. Namanya Marco. Saat Diraja dan Ambar turun, pria asli Italia itu tersenyum lebar dan ramah serta menyapa mereka dalam bahasa Inggris yang lancar. “Halo Tuan dan Nyonya Sudibyo, apa saya mengeja nama Anda dengan benar? Selamat datang di Italia!” sapa Marco dengan ramah seraya membuka pintu mobil Mercedes yang akan mereka pakai untuk berkeliling di sekitaran Roma. Diraja dan Ambar mengangguk dan memperkenalkan diri mereka masing-masing. Meminta agar Marco memanggil mereka dengan Dira dan Ambar untuk memudahkan pria itu menyebut nama Indonesia mereka. Terakhir Diraja pergi ke Italia sekitar satu tahun lalu dalam rangka perjalanan bisnis. Tak ada waktu baginya untuk kembali sightseeing dan menelusuri gang-gang Roma untuk menemukan hidden gems restoran atau toko gelato autentik di sini. Jika diingat-ingat, mungkin terakhir
Read more

Bab 68

Setelah makan siang yang santai di restoran rekomendasi Marco, mereka melanjutkan perjalanan menuju destinasi selanjutnya. Pantheon dan Air Mancur Trevi. Untuk dua objek wisata ini, mereka hanya dibatasi waktu paling lama tiga puluh menit karena mengejar salah satu tujuan utama di Roma. Ketika tiba di Air Mancur Trevi, Marco menjelaskan arsitektur bergaya Barok–landmark kenamaan kota tersebut. Bagaimana jejak Pemahat terkenal Gian Lorenzo Bernini hadir dalam arsitektur tersebut yang kemudian dilanjutkan lagi oleh Nicola Salvi hingga seperti sekarang. Informasi yang disampaikan dibalut secara menyenangkan dan interaktif, membuat Ambar antusias mendengarkan cerita yang diucapkan Marco sang ensiklopedia berjalan. Ritual wajib, melempar koin ke kolam air mancur, dan Diraja berhasil merekam momen lucu Ambar melemparkan koin itu di ponselnya. Setelah puas melihat arsitektur yang memanjakan mata, mereka diajak untuk berkunjung ke Pantheon dan Piazza Navona. Durasi tur sekitar satu jam
Read more

Bab 69

AMBARMereka tiba di Milan setelah dua malam yang membekas di Roma. Hari pertama di Roma Ambar dan Diraja habiskan dengan full day tour bersama Marco menjelajah tempat ikonik Roma dan mengagumi seni budaya yang terlukis dari gaya bangunan, arsitektur, hingga karya seni yang tersimpan rapi dalam museum dan tempat bersejarah Roma. Hari kedua merupakan hari milik suaminya. Pria itu meminta agar hari kedua dilakoni dengan santai dan mindful. Sehingga di hari kedua mereka hanya berjalan-jalan di sekitar hotel, mencari tempat makan otentik khas Italia, menyeruput cappucino di siang hari di cafe pinggir jalan, dan sore harinya mereka melakukan couple spa bersama di hotel mereka sebelum akhirnya mengakhiri malam dengan kembali menikmati bulan madu mereka. Hari ini mereka check out dari Roma dan bertolak ke Milan. Setelah menempuh perjalanan sekitar lima jam sampai mereka tiba di Milan dan langsung dijemput oleh pihak hotel mereka di Milan, mereka beristirahat sejenak dan berakhir dengan ket
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status