Home / Romansa / Obsesi Sang Pewaris / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Obsesi Sang Pewaris: Chapter 81 - Chapter 90

97 Chapters

Bab 80

DIRAJATiga minggu berlalu sejak meeting bersama Darius dan timnya di kantor tempo hari. Hari ini merupakan peresmian atas bergabungnya Sudibyo Corporation dengan Danudihardjo Enterprise dalam skema merger dan akuisisi. Di mata hukum Danudihardjo Enterprise kini berhak atas tiga puluh persen saham milik Sudibyo Corporation. Dengan demikian, segala sesuatu yang berkaitan dengan kelangsungan perusahaan milik keluarga Diraja kini juga berada di tangan salah satu pemegang saham terbesar kedua yang Darius pegang lewat korporasinya. Ayahnya–Amir Sudibyo masih tetap memegang saham mayoritas sebesar empat puluh persen, lima belas persen milik ibunya, tiga persen untuk kakaknya Rengganis, dan sisanya delapan persen dipegang oleh Diraja serta lima persen sisanya oleh pamannya Chandra Sudibyo. Adik ayahnya yang turut membantu memegang anak usaha Sudibyo Corporation di bidang agrikultur dan petrokimia. Dana segar yang kini mengendap dalam rekening bank perusahaan hasil dari merger dan akuisisi
Read more

Bab 81

Rangkaian pembukaan acara berjalan dengan lancar sejak MC memandu acara dan memberitahu rundown acara serta tata cara untuk acara lelang untuk charity. Sebenarnya, acara ini hanyalah sebuah bentuk ‘marketing communication’ dan press release versi upgrade untuk mengabarkan stakeholders, para klien, kolega pebisnis, dan media massa jika penggabungan perusahaan Sudibyo Corporation dan Danudihardjo Enterprise telah berjalan dengan lancar dan kini entitas tersebut menjadi semakin kuat dalam kancah bisnis Indonesia. Darius, ayahnya serta dirinya kemudian dipanggil ke atas panggung untuk memulai acara simbolis tanda tangan bersama dan dilanjutkan dengan acara pemotongan pita yang menandai bersatunya kedua entitas tersebut. Riuh rendah tepuk tangan terdengar menggema dalam aula hotel mewah ini. “Dengan ini, mari kita sambut era baru bisnis Danudihardjo Enterprise dan Sudibyo Corporation. Bersama kita semakin kuat!” Sang MC memberikan orasi penuh semangat untuk meningkatkan euforia bersama
Read more

Bab 82

AMBAR Suasana kampus begitu berbeda ketika dia memulai semester baru. Entahlah, mungkin karena orang yang melakukan perundungan kepadanya sudah tak bernapas di belakang tengkuknya–yang artinya mereka tak akan mengganggu Ambar. Oleh karena itu beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berpapasan dengannya kini melemparkan senyum kepadanya dan tak segan-segan untuk menyapanya. Awalnya sepanjang perjalanan singkatnya dari lobi hingga sampai kelas, banyak yang menyapa dirinya dan bersikap ramah. Sebuah hal baru namun Ambar terima dengan senang hati. Dan ya, sekarang Ambar tidak naik mobilnya sendiri, namun full ada supir yang setia standby sepanjang hari menemaninya bermobilitas dari satu tempat ke tempat lain. Sampai di kelas akhirnya Ambar menyadari alasan perubahan sikap yang signifikan pada dirinya. Ketika dia duduk di kursi belakang karena tubuhnya yang tinggi dan takut menghalangi pandangan mahasiswa lain jika dia tetap bersikeras duduk di depan–datanglah segerombolan mahasiswi ya
Read more

Bab 83

“Kita di ruang privat ya,” ujar Rachel dengan percaya diri kepada sang pramusaji yang tentu saja langsung diantarkan ke dalam ruangan khusus dengan interior Jepang yang menambah suasana menjadi lebih tranquil. “Ada minimum charge-nya, Bu. Sebesar minimal dua juta rupiah exclude tax,” sang pramusaji mengabarkan dengan ramah. Rachel mengangguk dan mengatakan nggak masalah. Tapi ragu mendera Ambar. Mereka harus pesan sebanyak apa untuk menghabiskan minimum charge dua juta hanya dengan tiga orang seperti ini?“Kenapa nggak di seat biasa aja? Gue nggak yakin kita bisa spend dua juta hanya bertiga,” ujarnya jujur. Rachel mengibaskan tangannya. “Bisalah, lo biasa spend banyak juga kan kalau lunch, masa dua juta aja nggak bisa?” ujar Rachel yang sontak membuat Ambar terkejut. Bukan masalah uangnya! Ambar tak ingin memperpanjang masalah karena sang pramusaji menatap mereka bolak-balik memastikan di mana mereka akhirnya akan duduk. “Oke, di VIP room saja, Kak, terima kasih ya.” Ambar akhi
Read more

Bab 84

AKITO Hari ini dia perlu ke kampus untuk mengikuti bimbingan dengan dosen pembimbing skripsinya. Semester baru ini dia habiskan untuk menyelesaikan skripsi agar dia bisa cepat-cepat lulus dan fokus untuk kembali bekerja. Setelah internship-nya semester kemarin, rupanya leader yang sekaligus mentornya di kantor menyukai bagaimana dirinya bekerja dan sudah meminta Akito agar kembali bekerja full time setelah dia lulus. Makanya semester baru ini dia pergunakan secara sungguh-sungguh agar hasil skripsinya memuaskan, Akito bisa lulus tepat waktu dan bisa bekerja di firma arsitektur impiannya. Setelah selesai bimbingan yang cukup intens tadi pagi, dia pergi ke perpustakaan untuk menyelesaikan draft skripsinya sebelum kembali ke rumah. Malam ini dia ada jadwal mengajar di dojo, makanya tak ada waktu untuk mengulik skripsi malam ini. Akito menggendong drafting tube yang memberikan vibes khas anak arsitek di bahu kirinya, dengan bahu kanannya tersampir backpack yang berisi laptop. Tangan
Read more

Bab 85

DIRAJA Satu panggilan telepon yang dia terima sore ini membuyarkan konsentrasinya saat meeting untuk mengecek progess marketing, plan hiring, ekspansi dan budgeting tahun depan. Misscall dari Rama, anak buah Nero yang bertugas menjaga Ambar langsung membuat Diraja waspada dan menghubungi Rama detik itu juga. “Ya, Rama?” tanyanya sigap. ““Pak Diraja, maaf mengganggu. Tapi ada kabar urgent, Bu Ambar tadi hampir diculik–” “Come again?” tanyanya dengan nada rendah tak percaya. “Maafkan saya, Pak. Saya lalai.” “Bagaimana penjagaan kalian sampai bisa lolos, hah?! Bagaimana Ambar?” Diraja tiba-tiba bangkit dari kursinya dan membuat beberapa staf ikut terlonjak kaget. “Bu Ambar baik-baik saja. Ada di klinik kampus. Saya sudah mengabari Pak Nero dan beliau akan datang bersama Pak Darius segera,” ujar Rama dengan cepat. “Tunggu saya di sana, dan kabari perkembangannya segera. Hubungi Darius sekalian.” Tanpa menunggu jawaban Rama, Diraja menutup sambungan telepon dan setengah berlari u
Read more

Bab 86

Setelah berhasil menenangkan Ambar dan meyakinkan sang istri bahwa Rama dan Guntur tak akan dipecat, barulah Ambar tenang dan kembali tersenyum. Nero memerintahkan Rama untuk membereskan urusan dengan pihak kampus. “Kami akan pergi ke safe house,” ujar Nero saat berjalan kembali ke pelataran parkir bersama. Tadi Rama mengabarkan kalau mereka berhasil meringkus pelaku dan saat ini pelaku sudah dibawa ke safe house bersama Guntur. Diraja sebenarnya ingin sekali ikut untuk melihat siapa yang melakukan hal bodoh tersebut. Satu kali dia pernah melihat bagaimana Nero ‘menginterogasi’ pelaku penembakan yang meneror dirinya dan Mas Aksa tahun lalu. Bukan pemandangan yang menyenangkan. Tapi memang itu dirasa perlu agar mereka tahu motif sebenarnya dan mendapatkan mastermind dibalik semua ini. “Gue akan menyusul setelah membawa Ambar pulang,” jawabnya. “Gue perlu bawa Ambar ke rumah orang tua gue, di sana penjagaan juga lebih baik dibanding apartemen,” tambah Diraja seraya membimbing Ambar
Read more

Bab 87

DARIUSNero dan dirinya tiba di safe house tempat Guntur membawa pelaku penyerangan Ambar untuk mereka interogasi secara intensif. Darius bernostalgia melihat setting gudang tak terpakai yang kini dijadikan tempat rahasia bagi timnya untuk ‘menyelesaikan masalah.’“Ini pelakunya?” Darius berjalan diikuti Nero di sampingnya dan beberapa ajudannya di belakang. Pintu gudang kembali ditutup dan suasana mencekam karena sumber pencahayaan yang minim sengaja dipakai untuk memainkan psikologis lawan mereka. “Bagaimana Guntur? Siapa dia? Sudah cek afiliasinya dengan siapa?” Nero mengambil alih proses interogasi. Orang kepercayaannya itu duduk tepat di hadapan pelaku yang wajahnya sudah babak belur. Sudut bibirnya berdarah karena terkena bogem mentah Guntur yang melampiaskan kekesalannya. Mungkin sebagai buntut penghilang rasa bersalah karena dia bisa kecolongan dalam menjaga Ambar. “Data ponselnya sudah dikirim ke tim, Pak. Sedang dipelajari. Tapi dari pengakuan dia dibayar oleh orangnya Sa
Read more

Bab 88

DIRAJA Diraja memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju tempat yang sudah ditentukan oleh Joseph Ong. Dia yakin jika Ambar mengerti instruksinya dengan baik dan dia menunggu mobilisasi tim Darius dan Nero untuk membantunya kelak dalam menghadapi Joseph Ong nanti. Dia tiba di tempat yang diminta, sebuah rumah yang masih setengah jadi. Kanan kiri masih berupa kavling kosong. Namun dia yakin ini tempat yang benar karena ada beberapa orang preman berbadan tegap sudah berjaga di sekitar tempat tersebut. Ini berbahaya. Semoga saja pesannya tersampaikan dan tim Darius memberikan bantuan untuknya, agar dia tak mati konyol di sini menyelamatkan Michelle. Diraja turun dari mobilnya dan secepat kilat tiga orang mengelilinginya, dengan satu orang langsung mengikat tangannya dengan borgol dan menempelkan plester agar dia tak dapat berbicara. Ah, sial! Diraja benar-benar berada dalam keadaan terpojok datang ke tempat ini seorang diri. “Masuk! Bos sudah nunggu dari tadi!” ujar salah
Read more

Bab 89

DARIUSRaka akhirnya memberikan lokasi tujuan Diraja pergi tepat sebelum mereka keluar pintu tol. Setelah mendapatkan lokasi, dengan cepat dirinya mengatur alamat tersebut pada sistem GPS mobil Nero sehingga mereka bisa langsung melaju menuju tempat Michelle disekap oleh Joseph Ong. “Tim terbaik kita ada di belakang, estimasi sekitar lima menit akan bisa menyusul kita,” ujar Nero memberikan update kepadanya. “Bagaimana dengan tim kepolisian dan medis?” Darius bertanya. Kali ini Raka yang menjawab pertanyaannya. “Sudah diinfokan ke pusat, mereka sekarang sedang koordinasi dengan pihak kepolisian setempat. Kontak kita juga sudah berangkat dari Mabes agar bisa berkomunikasi dengan jaringan interpol,” jawab Raka dengan mendetail. “Keep us updated,” ucapnya sebelum memutus sambungan dan kembali fokus untuk menyelamatkan Michelle dan Diraja. Entah apa yang harus Darius katakan kepada Diraja atas tindakan impulsifnya itu. Pergi begitu saja tanpa menyusun langkah dan rencana matang denga
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status