Jemari mungil nan bersih dan mengkilap di kukunya bergerak pelan bagaikan memberikan tanda bahwa dia bisa mendengar pertanyaan darinya terkait senyuman indah yang diharapkan olehnya ketika mengetahui kenyataan yang pahit.“Kamu mendengarku? Jika kamu mendengarku, aku akan bicara padamu banyak banget untuk menyampaikan semuanya padamu dengan kondisimu saat ini.”Arya menghela napas panjang lalu meletakkan kedua lutut di lantai seraya memandangi wajah Cahaya yang sangat putih, bersih dan bercahaya. Ia menelan saliva dengan keras untuk menahan kecewa terhadap takdir. Namun, ia harus menerimanya dengan lapang dada.“Baiklah, aku mulai saja, ya. Kenyataan yang harus diterima saat ini dan puluhan tahun ke depan bahkan bisa hingga menutup mata dijalani bersama. Aku akan selalu berada di sampingmu dalam kondisi apa pun, seperti kamu menerimaku apa adanya tanpa ada kata kecuali. Kini, giliranku yang menjaga, siaga dan melindungimu penuh hingga membuatmu selalu tertawa tanpa ada air mata yang m
Baca selengkapnya