Semua Bab Menantu Quadrilion Berkaki Palsu: Bab 101 - Bab 110

138 Bab

101. Inilah Jalan Satu-satunya!

“Gak, semua yang kukatakan bukanlah karangan seakan merayu Ayah untuk menerimanya sebagai menantu. Semua fakta yang Ayah dengar adalah benar.”“Baiklah. Dia berasal dari keluarga apa? Pemilik bisnis apa?” tanya Sentosa yang terdengar menantang Cahaya untuk menyebutkan asal keluarga Arya.Cahaya menoleh ke arahnya dengan tatapan yang meminta izin untuk memberitahu latar belakangnya pada Sentosa agar tidak selalu dipandang rendah dan dihina. Arya menggeleng pelan padanya karena bukanlah waktu yang tepat.“Apa yang Ayah lakukan kalau dia terbukti anak dari keluarga konglomerat dan terpandang?” tanya Cahaya yang menginginkan Sentosa untuk meminta maaf dan menerimanya sebagai menantu.“Ayah meminta maaf, berterima kasih sambil bersujud kalau memang berniat membantu keluarga kita dari masalah yang sedang terjadi.” Sentosa menjawab pertanyaan Cahaya tanpa rem.Cahaya melirik Arya sambil tersenyum tipis karena sang Ayah akan menerimanya sebagai menantu kalau semua ucapannya terbukti. Namun, A
Baca selengkapnya

102. Operasi Berjalan Dengan Lancar

Cahaya mematung dan membisu dengan menatap dinding putih yang mengalirkan buliran air bening di pipi. Dia terlihat tidak ingin dioperasi untuk mengangkat rahim.“Aku melakukan semua ini gak akan pernah memikirkan diri sendiri dan sudah menerima risiko ke depannya tanpa menyalahkan takdir secara terus menerus.”Cahaya masih tidak merespons ucapannya untuk berusaha membujuknya agar mau melakukan operasi pengangkatan rahim. Dia menyeka air mata perlahan lalu menatap suaminya dengan lamat.“Apakah kamu gak malu dengan ucapan olokan terhadapmu yang nantinya selalu ada saja yang mengatakan keinginan kamu menikahiku, padahal gak bisa hamil. Udah tinggalin aja dia karena keluarganya aja gak menerimamu. Sekarang gantian kamu membuangnya dan gak usah dinafkahin.”Cahaya mengeluarkan semua ucapan yang pasti terjadi ke depannya ketika berita ini tersebar. Jika tidak tersebar akan selalu ada cemooh terhadapnya. Hinaan yang terlontar untuknya dan Arya tampak membuat Cahaya tidak sanggup menerima se
Baca selengkapnya

103. Tragedi yang Meremukkan

“Sebenarnya banyak. Namun, saya hanya memberi yang utama saja. Selain yang disebutkan tadi, Mbak Cahaya gairah berhubungan suami istri menurun dan emosional juga gak stabil. Jadi, harap dimaklumi.”Arya memalingkan penglihatan ke arah lantai. Ia tidak menyangka harus mengalami hal itu yang bisa membuat sebuah keluarga semakin harmonis.Ia harus lebih ekstra untuk merawat dan menjaga Cahaya dari siapa pun. Ujian yang tak pernah luput dari siapa pun ketika memang sudah menjadi untuknya.Arya menghela napas panjang lalu tersenyum lebar. “Gak apa, Dok karena yang terpenting adalah istri saya selamat dan hidup. Terima kasih.”Arya masih tersenyum lebar sambil mengangguk-angguk lalu bersalaman dengan Dokter Octo. Dokter Octo tersenyum tipis sambil mengusap lengannya sekilas.“Sama-sama. Saya pergi dulu nanti kembali ketika waktu pemeriksaan kondisi tubuh Mbak Cahaya pasca operasi.”Arya melepas tangan Dokter Octo sambil mengangguk sekali dan sedikit memberi jalan untuk Dokter Octo. Dokter p
Baca selengkapnya

104. Wanita Muda yang Angkuh

Jemari mungil nan bersih dan mengkilap di kukunya bergerak pelan bagaikan memberikan tanda bahwa dia bisa mendengar pertanyaan darinya terkait senyuman indah yang diharapkan olehnya ketika mengetahui kenyataan yang pahit.“Kamu mendengarku? Jika kamu mendengarku, aku akan bicara padamu banyak banget untuk menyampaikan semuanya padamu dengan kondisimu saat ini.”Arya menghela napas panjang lalu meletakkan kedua lutut di lantai seraya memandangi wajah Cahaya yang sangat putih, bersih dan bercahaya. Ia menelan saliva dengan keras untuk menahan kecewa terhadap takdir. Namun, ia harus menerimanya dengan lapang dada.“Baiklah, aku mulai saja, ya. Kenyataan yang harus diterima saat ini dan puluhan tahun ke depan bahkan bisa hingga menutup mata dijalani bersama. Aku akan selalu berada di sampingmu dalam kondisi apa pun, seperti kamu menerimaku apa adanya tanpa ada kata kecuali. Kini, giliranku yang menjaga, siaga dan melindungimu penuh hingga membuatmu selalu tertawa tanpa ada air mata yang m
Baca selengkapnya

105. Nama yang Terikat Dengan Pebisnis Gelap

Penampilan wanita muda yang mirip dengan keturunan Tionghoa seperti pebisnis. Jika dia adalah pebisnis maka menghargai Soeparman dan harus berhati-hati dengannya agar misi berjalan dengan lancar.Suasana di dalam dan luar mobil tampak sedikit tegang dan canggung setelah Arya menanyakan sosok wanita yang ada di sampingnya terhadap Soeparman dengan nada yang tidak ada rasa takut. Tatapan wanita itu sedikit terkejut seraya melirik Soeparman.“Maaf, dia adalah pekerja saya yang baru. Jadi, maklum kalau gak mengenal Anda,” kata Soeparman yang mencoba mencairkan suasana yang canggung sembari terkekeh pelan.“Ah, pantas saja, dia gak mengenalku.”“Iya, maklumi saja dia, ya, Michelle.”Arya yang mengalihkan pandangan ke kaki menjadi melebar bola matanya ketika mendengar sebuah nama yang tidak asing baginya. Wanita di sebelahnya ternyata adalah pebisnis gelap yang berbahaya dengan sikap yang menghargai Soeparman.‘Bagaimana bisa dia seperti itu? Apakah Ayah disegani banyak orang meskipun gak t
Baca selengkapnya

106. Identitas yang Terlibat Aman

Sophia tampak terkejut saat Arya melontarkan pertanyaan tentang sosok dirinya. Dia menelan saliva perlahan seraya berdehem dan meletakkan tas jinjing di kursi sampingnya.“Aku adalah teman sekolahmu yang pernah menyukaimu, tapi sering mendapatkan perundungan dengan alasan yang tidak memiliki apa pun, padahal kita sama. Namun, kamu gak mendapatkannya malah kebalikan dariku. Kamu selalu disanjung dan dipuji oleh banyak orang karena kecerdasanmu dan peringkat di kelas.”Sophia malah memberikan alasan yang menyangkut masa lalu. Jawaban yang tidak diinginkan oleh Arya karena telah masa lalu. Ia hanya membutuhkan jawaban sederhana agar tidak terbujuk oleh siapa pun meskipun seseorang yang dekat dan peduli dengannya bisa lebih berbahaya dari pada seorang musuh.“Aku gak butuh jawaban itu. Jawab pertanyaanku sejujurnya! Siapa pun kamu di masa lalu, aku gak peduli!” geram Arya yang menahan suara bariton untuk berbunyi keras.“Kenapa kamu tiba-tiba tanya itu?”Arya menunjukkan hasil temuannya p
Baca selengkapnya

107. Ketakutan Cahaya Pasca Operasi

“Kenapa dia memanggil Keanu? Apakah di pikiran dia hanya ada namanya?” tanya Arya lirih sambil memerhatikan Cahaya.Arya duduk di sampingnya sambil mengelus tangannya. Nama Cahaya dipanggil sebanyak mungkin dengan lembut agar bisa mengenal suaranya dan tidak mengingat nama Keanu yang sangat merugikan banyak orang.“Cahaya. Aku adalah suamimu menjagamu di sini dan menunggumu untuk sadar dari alam mimpi. Bangunlah, Cahaya.”Tiada henti Arya memanggil nama Cahaya beberapa kali. Ia memegang dan menggenggam tangannya erat. Ia meletakkan kepala di samping ranjangnya seraya menatap istrinya dari samping.Harapan untuk istrinya kembali dan segera bangun dari pasca operasi sangatlah besar agar ia bisa melanjutkan misinya untuk membalas semua perbuatan orang-orang yang telah menghina dan merendahkannya. Ruang operasi yang hening, dingin dan suara monitor terasa tenang yang menyelimuti rasa kegundahan dalam diri.Netra pun terpejam perlahan saat menunggu sang istri terbangun dan mengistirahatkan
Baca selengkapnya

108. Soeparman Diculik

“Aku takut kamu selingkuh dariku dan meninggalkanku lalu lebih memilih perempuan lain yang cantik, cerdas dan berbakat dari pada aku yang gak bisa apa pun untuk meneruskan bisnis kita,” jawab Cahaya bergetar sambil meneteskan air mata.Bagaikan tersambar petir di siang hari mendengar jawaban Cahaya yang ternyata memiliki pemikiran sejauh itu. Ia tidak bisa berkata apa pun untuk mencegah jawabannya. Ia hanya bisa menelan saliva sambil menggeleng pelan sebanyak dua kali.Mulut hanya membuka dan menutup beberapa kali. Kalimat yang ada di kepala tidak bisa keluar dari mulutnya sehingga membisu dan menenangkan pikiran selama satu menit.“Itu gak akan terjadi, Cahaya. Kamu selalu nomor satu di hidupku dan gak akan pernah mau menikahi perempuan lain demi bisnisku karena anak asuh pun bisa mewarisinya kalau kita yang mendidiknya dengan baik, sabar dan perhatian.”Arya menyanggah jawaban itu sekaligus memberikan pengertian padanya bahwa tidak harus melakukan hal sulit ketika terdapat sesuatu y
Baca selengkapnya

109. Gedung Tinggi untuk Berpesta

Ketika Pengawal Soeparman menyebutkan ciri-ciri bangunan yang berada di sekitarnya dan melihat ruangan di sekitarnya terlintas sebuah apartemen yang pernah bekerja di sana. Ciri-ciri yang disebutkan pun sama karena hanya apartemen itulah yang dekat bank swasta dan rumah sakit internasional.Apartemen itu adalah milik keluarga Stagle. Arya mengernyitkan dahi untuk memikirkan apa hubungannya dengan Soeparman sampai harus menculiknya. Sontak, ia teringat dengan bisnis dunia fashion yang berbasis pernikahan.Dia akan mengikuti ajang kompetisi pameran pakaian pernikahan dan desain pakaian yang lain yang akan dipamerkan dan ditonton dari para aktris, pengusaha dan profesi lainnya yang doyan gaya pakaian zaman sekarang.“Astaga, kenapa semuanya bebarengan seperti ini? Istri sakit dan Ayah diculik,” gerutu Arya yang kepalanya menjadi pening mendadak.Semua acara pun telah mendekati hari. Ia belum datang ke butik untuk memeriksa pakaian yang akan dipamerkan ke acara bergengsi yang dikenal oleh
Baca selengkapnya

110. Kesempatan Memiliki Bukti Tambahan

Arya menyingkirkan tangannya dari bagian dada perempuan yang menyambutnya. Ia hanya mengambil gelas sloki lalu meneguk minuman itu hingga habis. Ia mengambil handphone dari kantong celana jeans dengan perekam yang diaktifkan olehnya dan diletakkan kembali ke dalam kantong jas.Arya menggandeng tangan perempuan itu untuk dibawa ke sofa untuk menemaninya hanya sekadar meminum minumannya. Ia mendekatkan bibir ke telinga tanpa melepas kacamata sambil memegang tangan perempuan itu untuk membisikkan sesuatu padanya. Namun, perempuan itu menggeliat duluan.“Aku gak ingin menikmati tubuhmu.”“Lalu, apa maumu?” tanya perempuan itu yang tiada henti meraba tubuh atletisnya.“Aku ingin bekerja sama denganmu, tapi dengan syarat.”Perempuan muda berambut pendek, berombak, mata bulat dan bola mata berwarna cokelat tua menoleh dan menatap lamat dengan senyuman miring. Senyuman yang terlihat tergoda oleh tawaran Arya.“Apa syaratnya? Kamu membayarku lebih dan tidur denganku?”“Gak, tidur denganmu, tap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status