“Sebenarnya banyak. Namun, saya hanya memberi yang utama saja. Selain yang disebutkan tadi, Mbak Cahaya gairah berhubungan suami istri menurun dan emosional juga gak stabil. Jadi, harap dimaklumi.”Arya memalingkan penglihatan ke arah lantai. Ia tidak menyangka harus mengalami hal itu yang bisa membuat sebuah keluarga semakin harmonis.Ia harus lebih ekstra untuk merawat dan menjaga Cahaya dari siapa pun. Ujian yang tak pernah luput dari siapa pun ketika memang sudah menjadi untuknya.Arya menghela napas panjang lalu tersenyum lebar. “Gak apa, Dok karena yang terpenting adalah istri saya selamat dan hidup. Terima kasih.”Arya masih tersenyum lebar sambil mengangguk-angguk lalu bersalaman dengan Dokter Octo. Dokter Octo tersenyum tipis sambil mengusap lengannya sekilas.“Sama-sama. Saya pergi dulu nanti kembali ketika waktu pemeriksaan kondisi tubuh Mbak Cahaya pasca operasi.”Arya melepas tangan Dokter Octo sambil mengangguk sekali dan sedikit memberi jalan untuk Dokter Octo. Dokter p
Jemari mungil nan bersih dan mengkilap di kukunya bergerak pelan bagaikan memberikan tanda bahwa dia bisa mendengar pertanyaan darinya terkait senyuman indah yang diharapkan olehnya ketika mengetahui kenyataan yang pahit.“Kamu mendengarku? Jika kamu mendengarku, aku akan bicara padamu banyak banget untuk menyampaikan semuanya padamu dengan kondisimu saat ini.”Arya menghela napas panjang lalu meletakkan kedua lutut di lantai seraya memandangi wajah Cahaya yang sangat putih, bersih dan bercahaya. Ia menelan saliva dengan keras untuk menahan kecewa terhadap takdir. Namun, ia harus menerimanya dengan lapang dada.“Baiklah, aku mulai saja, ya. Kenyataan yang harus diterima saat ini dan puluhan tahun ke depan bahkan bisa hingga menutup mata dijalani bersama. Aku akan selalu berada di sampingmu dalam kondisi apa pun, seperti kamu menerimaku apa adanya tanpa ada kata kecuali. Kini, giliranku yang menjaga, siaga dan melindungimu penuh hingga membuatmu selalu tertawa tanpa ada air mata yang m
Penampilan wanita muda yang mirip dengan keturunan Tionghoa seperti pebisnis. Jika dia adalah pebisnis maka menghargai Soeparman dan harus berhati-hati dengannya agar misi berjalan dengan lancar.Suasana di dalam dan luar mobil tampak sedikit tegang dan canggung setelah Arya menanyakan sosok wanita yang ada di sampingnya terhadap Soeparman dengan nada yang tidak ada rasa takut. Tatapan wanita itu sedikit terkejut seraya melirik Soeparman.“Maaf, dia adalah pekerja saya yang baru. Jadi, maklum kalau gak mengenal Anda,” kata Soeparman yang mencoba mencairkan suasana yang canggung sembari terkekeh pelan.“Ah, pantas saja, dia gak mengenalku.”“Iya, maklumi saja dia, ya, Michelle.”Arya yang mengalihkan pandangan ke kaki menjadi melebar bola matanya ketika mendengar sebuah nama yang tidak asing baginya. Wanita di sebelahnya ternyata adalah pebisnis gelap yang berbahaya dengan sikap yang menghargai Soeparman.‘Bagaimana bisa dia seperti itu? Apakah Ayah disegani banyak orang meskipun gak t
Sophia tampak terkejut saat Arya melontarkan pertanyaan tentang sosok dirinya. Dia menelan saliva perlahan seraya berdehem dan meletakkan tas jinjing di kursi sampingnya.“Aku adalah teman sekolahmu yang pernah menyukaimu, tapi sering mendapatkan perundungan dengan alasan yang tidak memiliki apa pun, padahal kita sama. Namun, kamu gak mendapatkannya malah kebalikan dariku. Kamu selalu disanjung dan dipuji oleh banyak orang karena kecerdasanmu dan peringkat di kelas.”Sophia malah memberikan alasan yang menyangkut masa lalu. Jawaban yang tidak diinginkan oleh Arya karena telah masa lalu. Ia hanya membutuhkan jawaban sederhana agar tidak terbujuk oleh siapa pun meskipun seseorang yang dekat dan peduli dengannya bisa lebih berbahaya dari pada seorang musuh.“Aku gak butuh jawaban itu. Jawab pertanyaanku sejujurnya! Siapa pun kamu di masa lalu, aku gak peduli!” geram Arya yang menahan suara bariton untuk berbunyi keras.“Kenapa kamu tiba-tiba tanya itu?”Arya menunjukkan hasil temuannya p
“Kenapa dia memanggil Keanu? Apakah di pikiran dia hanya ada namanya?” tanya Arya lirih sambil memerhatikan Cahaya.Arya duduk di sampingnya sambil mengelus tangannya. Nama Cahaya dipanggil sebanyak mungkin dengan lembut agar bisa mengenal suaranya dan tidak mengingat nama Keanu yang sangat merugikan banyak orang.“Cahaya. Aku adalah suamimu menjagamu di sini dan menunggumu untuk sadar dari alam mimpi. Bangunlah, Cahaya.”Tiada henti Arya memanggil nama Cahaya beberapa kali. Ia memegang dan menggenggam tangannya erat. Ia meletakkan kepala di samping ranjangnya seraya menatap istrinya dari samping.Harapan untuk istrinya kembali dan segera bangun dari pasca operasi sangatlah besar agar ia bisa melanjutkan misinya untuk membalas semua perbuatan orang-orang yang telah menghina dan merendahkannya. Ruang operasi yang hening, dingin dan suara monitor terasa tenang yang menyelimuti rasa kegundahan dalam diri.Netra pun terpejam perlahan saat menunggu sang istri terbangun dan mengistirahatkan
“Aku takut kamu selingkuh dariku dan meninggalkanku lalu lebih memilih perempuan lain yang cantik, cerdas dan berbakat dari pada aku yang gak bisa apa pun untuk meneruskan bisnis kita,” jawab Cahaya bergetar sambil meneteskan air mata.Bagaikan tersambar petir di siang hari mendengar jawaban Cahaya yang ternyata memiliki pemikiran sejauh itu. Ia tidak bisa berkata apa pun untuk mencegah jawabannya. Ia hanya bisa menelan saliva sambil menggeleng pelan sebanyak dua kali.Mulut hanya membuka dan menutup beberapa kali. Kalimat yang ada di kepala tidak bisa keluar dari mulutnya sehingga membisu dan menenangkan pikiran selama satu menit.“Itu gak akan terjadi, Cahaya. Kamu selalu nomor satu di hidupku dan gak akan pernah mau menikahi perempuan lain demi bisnisku karena anak asuh pun bisa mewarisinya kalau kita yang mendidiknya dengan baik, sabar dan perhatian.”Arya menyanggah jawaban itu sekaligus memberikan pengertian padanya bahwa tidak harus melakukan hal sulit ketika terdapat sesuatu y
Ketika Pengawal Soeparman menyebutkan ciri-ciri bangunan yang berada di sekitarnya dan melihat ruangan di sekitarnya terlintas sebuah apartemen yang pernah bekerja di sana. Ciri-ciri yang disebutkan pun sama karena hanya apartemen itulah yang dekat bank swasta dan rumah sakit internasional.Apartemen itu adalah milik keluarga Stagle. Arya mengernyitkan dahi untuk memikirkan apa hubungannya dengan Soeparman sampai harus menculiknya. Sontak, ia teringat dengan bisnis dunia fashion yang berbasis pernikahan.Dia akan mengikuti ajang kompetisi pameran pakaian pernikahan dan desain pakaian yang lain yang akan dipamerkan dan ditonton dari para aktris, pengusaha dan profesi lainnya yang doyan gaya pakaian zaman sekarang.“Astaga, kenapa semuanya bebarengan seperti ini? Istri sakit dan Ayah diculik,” gerutu Arya yang kepalanya menjadi pening mendadak.Semua acara pun telah mendekati hari. Ia belum datang ke butik untuk memeriksa pakaian yang akan dipamerkan ke acara bergengsi yang dikenal oleh
Arya menyingkirkan tangannya dari bagian dada perempuan yang menyambutnya. Ia hanya mengambil gelas sloki lalu meneguk minuman itu hingga habis. Ia mengambil handphone dari kantong celana jeans dengan perekam yang diaktifkan olehnya dan diletakkan kembali ke dalam kantong jas.Arya menggandeng tangan perempuan itu untuk dibawa ke sofa untuk menemaninya hanya sekadar meminum minumannya. Ia mendekatkan bibir ke telinga tanpa melepas kacamata sambil memegang tangan perempuan itu untuk membisikkan sesuatu padanya. Namun, perempuan itu menggeliat duluan.“Aku gak ingin menikmati tubuhmu.”“Lalu, apa maumu?” tanya perempuan itu yang tiada henti meraba tubuh atletisnya.“Aku ingin bekerja sama denganmu, tapi dengan syarat.”Perempuan muda berambut pendek, berombak, mata bulat dan bola mata berwarna cokelat tua menoleh dan menatap lamat dengan senyuman miring. Senyuman yang terlihat tergoda oleh tawaran Arya.“Apa syaratnya? Kamu membayarku lebih dan tidur denganku?”“Gak, tidur denganmu, tap
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya
“Jenazah masih di depan. Saya ingin memperkenalkan Dua Dokter dan perawat yang autopsi jenazah dan mengetahui jenazah bahwa jenazah itu bukan Pak Soeparman. Jadi, mereka bekerja sama untuk kita.”“Oke, nama saya Arya.”“Dokter senior yang pertama kali mengetahui jenazah itu mengenakan topeng wajah manusia bernama Dokter Xiu Lie yang sedang bertugas di Indonesia dan bisa berbahasa Indonesia. Kedua adalah seorang pria yang berambut cokelat emas adalah Dokter yang bekerja sama dengan beliau bernama Dokter Anggara. Lalu, dua perawat yang semuanya wanita cantik adalah Suster Dara yang punya lesung pipi, berambut pendek dan satunya berambut panjang memiliki warna hitam adalah Suster Novi.”“Salam kenal,” balas Arya sambil menjabat tangan mereka secara bergantian.Mereka tersenyum lebar ketika bersalaman dengannya. Mereka juga tampak tidak keberatan untuk bekerja sama dan memberikan kesaksian palsu atas jenazah yang bukan Soeparman.“Sebelumnya sudah diberitahu oleh Pak Willy dan kalian past
“Bekerja sebagai pengawas di rumahku ketika pemakaman nanti karena banyak orang yang datang dan hampir semua orang adalah orang penting.”“Maaf, saya gak bisa.” Pria yang bekerja sebagai montir menolak tawarannya.“Hanya hari ini saja dengan bayaran yang lebih besar dari gaji kamu sebanyak tiga kali lipat.”Mata dan mulut pria itu membesar dan terbuka lebar. Dia terkejut saat mendengar bayaran yang lebih besar dari gajinya dengan bekerja hanya satu hari. Dia membisu dan terpaku selama satu menit lalu menggeleng cepat, menutup mulut dan berkedip.“Baik, Pak. Saya mau. Saya kira harus setiap hari.”“Tidak. Aku membutuhkan jasa kamu hanya hari ini. Ikut saya sekarang dan saya yang akan izinkan kamu kepada atasanmu.”“Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak.”Pria itu menyalami tangannya sampai meletakkan dahi di tangan. Arya tersenyum lebar sembari menepuk pundaknya sekilas lalu mengusap tangannya.“Sama-sama. Pak, saya izin bawa dia untuk bekerja dengan saya hari ini saja.”“Silakan, Tu
“Saya memang tidak mengenal Anda, tapi pemilik Apartemen ini yang memberitahu pada saya bahwa saat saya melihat seorang pria yang sama dengan foto yang ditunjukkan olehnya maka dilarang masuk tanpa alasan apa pun.”Petugas keamanan memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Namun, Arya tidak menyalahkannya karena dia menjalankan tugas dan mereka sudah mengetahui bahwa ia tidak akan tinggal diam dan menemukan Apartemen lainnya.Senyuman miring tergambar di bibirnya lalu menghela napas panjang. Ia merasa keluarga Stagle dan rekan bisnis takut untuk didatangi olehnya sehingga memberikan larangan padanya.“Baiklah. Aku tidak mempermasalahkan hal ini karena bisa mencari kamar Apartemen yang lebih bagus dari pada ini.” Arya menjawab dengan congkak lalu pergi meninggalkan Apartemen.Senyuman kepuasan dan sedikit menyenangkan itu tidak bisa disembunyikan olehnya karena perbuatan musuh ketika melarang lawan utama untuk menginjakkan kakinya di sebuah bangunan miliknya artinya mereka takut. Merek