Home / Urban / Menantu Quadrilion Berkaki Palsu / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Menantu Quadrilion Berkaki Palsu: Chapter 121 - Chapter 130

138 Chapters

121. Soeparman Bersimbah Darah

Arya menoleh ke sumber suara yang berasal dari arah kanan belakang. Sosok pria yang rambutnya banyak uban sedang berdiri dengan tubuh yang sedikit membungkuk sambil memegang perut sebelah kiri dan tangan kiri membawa topeng pria yang berkumis dengan rambut klimis berwarna hitam lalu menoleh ke arah pria yang dikenal olehnya. Ia mencoba untuk melepas bagian wajahnya dan ternyata sosok yang sudah tak bernyawa adalah salah satu anak buah Keanu yang menghadangnya di pintu ruangan yang penuh dengan minuman keras dan perempuan berpakaian mini.“Ayah?!” sontak Arya sembari mendekatinya dan memegang tubuhnya yang tampak menahan sakit.“Ssst, jangan keras-keras.” Ayah meminta Arya untuk mengecilkan suaranya.“Bagaimana Ayah mendapatkan topeng ini? kenapa ada topeng, Ayah?” tanya Arya khawatir sambil mengambil topeng wajah anak buah Keanu.“Ayah juga gak tahu. Dia semalam mempersiapkan sesuatu yang mungkin bisa membahayakan banyak orang. Keanu juga tadi berusaha menyuntikkan sebuah cairan yang
Read more

122. Pesan dari Saksi Kunci

“Beritanya sudah tersebar di sosial media?”“Acara televisi menayangkan Tuan muda yang menyipitkan mata ketika tersorot kamera lampu dan di sisi Tuan ada Pak Baidi dan Stefano. Kenapa bisa sama mereka, Tuan muda?”“Tuan muda ada di tivi.”“Waduh, bahaya kalau terbongkar.”Willy terdengar bingung dengan berita yang muncul di televisi. Di balik handphone-nya juga terdengar suara pegawainya yang membicarakannya dengan nada khawatir. Ia menundukkan kepala sembari menghela napas panjang dan menyeka wajahnya perlahan.Identitas yang berusaha disembunyikan olehnya pun terbongkar sudah di seluruh penjuru dunia. Banyak yang tidak tahu tentang dirinya, kecuali rekan bisnis ayahnya yang telah mengenal dekat.“Biarkan saja mereka bicara apa. Biarkan identitas saya terbongkar dan memang sudah waktunya terbongkar. Kalau disimpan lama, juga gak baik dan akhirnya, terbongkar sendiri. Tapi, saya gak mengakuinya dan mengelak di berita itu dengan pertanyaan yang membuat pikiran mereka beralih berpikir k
Read more

123. Rencana Lebih Matang

“Saya tidak tahu, Pak Willy.”“Kamu yakin, tidak tahu keberadaan mereka setelah melakukan semua ini?” tekan Willy sambil menarik kerah kemeja pria dalam video.“Mereka berada di Apartemen satunya yang memiliki Bar di atas juga dengan nama Stagle Apartemen.” Pria itu menjawab terbata-bata.“Kamu yakin mereka berada di sana? Kalau saya pergi ke sana tidak ada orang maka tanggung akibatnya!”“Iya. Jangan hukum saya, Pak. Saya hanya menjalankan tugas.” Pria itu memohon dan tampak memelas agar Willy kasihan terhadapnya.“Kamu berani menjalakan tugas ini artinya kamu harus menerima risikonya. Paham kamu!”Willy melepaskan kerah kemeja dan terdengar suara tembakan di video. Pria itu tergeletak di lantai dengan dahi yang bolong dan mengalirkan banyak darah. Arya pun terkejut melihat sikap sadisnya Pak Willy yang tidak memberi ampun pada anak buah keluarga Stagle.Bola mata merayap ke Soeparman yang masih tertidur dengan alat infus yang terpasang. Ia menghela napas panjang saat memandangi ayah
Read more

124. Pembahasan Rencana Baru

“Sebelum membahas tentang bagaimana caranya. Aku ingin menyampaikan bahwa identitasku sudah terbongkar di hadapan publik, tapi satu sisi, aku membuat publik bingung dengan pernyataanku yang mungkin terlihat jelas bahwa aku mengelak dengan mengatakan hanya bersumber dari satu orang saja, kalian percaya dan gambaran sketsa bukankah bisa dimiliki siapa pun dari segi mata dan hidung.”“Identitasmu terbongkar?!” Soeparman sangat terkejut mendengar pengakuan Arya.“Iya. Identitasku terbongkar karena jebakan Baidi yang secara tiba-tiba ketika aku datang ke Apartemennya untuk menyelamatkan Ayah saat mengetahui Keanu dan Stefano berkunjung ke rumah sakit dan menemui salah satu Dokter yang terlihat ahli dalam penyakit dalam dan meracik racun yang membahayakan, yang Ayah sempat lihat kemarin.”“Astaga. Kenapa kamu nekat datang sendiri ke sana? Kamu tahu ibaratnya, kan kalau datang ke sana sendirian?” tanya Soeparman perlahan sambil memegang perut.“Ayah jangan ngotot nanti sakit lagi perutnya,”
Read more

125. Perdebatan yang Memanas dan Alot

“Caranya ada pada poin yang sudah aku tulis di sana.”“Saya mengerti. Maksud saya adalah bagaimana caranya melancarkan aksinya?”Arya menghela napas panjang sambil melirik Soeparman yang masih makan dengan tatapan sendu mengarah padanya. Ada satu cara yang ada dalam kepalanya saat ini untuk melancarkan aksinya.“Hanya ada satu cara untuk yang dilakukan pertama kali dalam melancarkan strategi berikutnya.”“Apa?”“Membuat berita kematian Ayah secara palsu dengan meminta Dokter dan perawat yang merawat Ayah menutup mulut sekaligus bagian farmasi, resepsionis dan kasir. Bisa juga semua karyawan yang bekerja di rumah sakit ini agar tidak terbongkar atas Ayah yang masih hidup.”“Apa?”Willy dan beberapa pengawal yang datang ke rumah sakit terkejut saat mendengar cara Arya untuk melancarkan strateginya dalam mengungkapkan sosok keluarga Stagle dan menangkap mereka atas kejahatan yang mereka lakukan.“Membuat berita palsu itu tindakan kejahatan, Tuan muda.”“Saya tahu dan sangat mengerti hal
Read more

126. Rencana Licik Stagle

“Dia mencari Tuan muda dan mengaku kalau mengenal Tuan.” Salah satu karyawan Arya menjawab pertanyaannya dengan mengangkat kedua bahunya.“Apa Bapak tanya kepentingannya untuk datang ke sini?” “Iya, katanya mau ketemu Tuan muda dan menunggu sampai pulang. Dia sudah menunggu sekitar satu jam yang lalu.”Arya menoleh ke arah perempuan yang duduk di sofa dengan mengenakan jaket berwarna hitam dengan penutup kepala yang terpasang di kepalanya sembari membuang napas perlahan.“Baiklah. Saya akan menemuinya.”“Baik, Tuan muda.”Arya menghampiri perempuan itu yang sedari menundukkan kepala dan rambut tergerai hingga menutup sebagian wajahnya. Ketika ia mendekatinya, perlahan wajah perempuan tampak di hadapannya dan mengenalnya.“Angel?”Angel berdiri dan berpindah tempat sambil memegang kakinya secepat kilat. “Maafkan aku, Mas Arya. Maaf sudah membongkar identitasmu di depan banyak orang dan tidak mengaku bahwa aku mengenalmu ketika Pak Soeparman menanyaiku. Maafkan aku,” rengek Arya sa
Read more

127. Tempat Persembunyian yang Rahasia

Nada pesan pendek berbunyi sekali dan menampakkan pesan yang masuk sebanyak satu kali dari Pak Willy. Ia membuka pesan itu lalu terdapat sebuah peta digital yang dibagikan olehnya. Arya menekan peta digital itu perlahan lalu memperbesar tulisannya menggunakan dua jemarinya untuk memastikan lokasi seluruh berkas perusahaan milik ayahnya.‘Ruang bawah tanah di rumahku? Bagaimana bisa? rumahku terlihat datar, tapi memiliki ruang bawah tanah?’ batin Arya bertanya-tanya.Hitungan detik, bola mata melotot sekilas ketika mengetahui lokasi semua berkas perusahaan milik ayahnya. Lokasi yang tak pernah terduga dan mengejutkan itu membuatnya heran karena selama tinggal di rumah, ia belum mengetahui lokasi ruang bawah tanah.“Di mana lokasi itu?” tanya Angel yang membuyarkan lamunan dan keheranannya.“Hmm?” Arya mengalihkan pandangan ke arahnya lalu menghapus pesan dari Willy.“Kamu sudah tahu lokasi berkas perusahaanmu?” tanya Angel dengan intonasi penekanan.“Pak Willy gak memberitahuku malah m
Read more

128. Mempersiapkan dan Mematangkan Semua Rencana

“Tidak ada, tapi dari tadi Mbak Cahaya sendirian dan hanya ada satu orang pria di depan, sepertinya teman Anda. Saya suruh masuk untuk membantu Mbak Cahaya, tapi gak mau karena gak ada Mas.”“Bagus, itu Sus karena dia menghargai saya dan istri saya.”“Iya, Mas. Nah, sudah siap. Perhatikan istrinya dengan baik, ya, Mas dan jangan dibuat stress karena kondisinya masih dalam pemulihan. Jika terjadi sesuatu yang parah maka segera dibawa kemari.”“Baik, Sus. Terima kasih sudah membantu istri saya.”“Sama-sama. Semoga lekas sembuh, ya, Mbak.”Cahaya hanya tersenyum tipis ketika mendengar ucapan perawat. Arya menggendong Cahaya lalu diletakkan di kursi roda. Cahaya duduk di kursi roda dengan didorong olehnya menuju parkiran mobil lalu disusul oleh pengawalnya.“Maaf, ya, aku baru datang.”“Dari mana kamu?”“Aku dari mengurus semua rencana baruku untuk mengungkapkan semuanya.”“Kamu bisa gak, gak usah mengurus Keanu dan lainnya?” Cahaya protes pada Arya yang lebih mendahulukan urusan keluarga
Read more

129. Jenazah Soeparman Diketahui Publik

Arya menatap Cahaya yang rebahan di atas ranjang dengan wajah yang masih pucat dan belum bisa banyak gerak pasca operasi. Ia menghela napas panjang lalu mendekatinya dan duduk di sampingnya.Arya mengalahkan emosional untuk mengacuhkan istrinya yang semakin sensitif dan selalu salah di pandangannya. Ia menatap Cahaya yang memerhatikannya dengan ekspresi khawatir dan menyesal.“Terima kasih.”“Kamu mau ngapain?”“Aku mau minta maaf karena sudah tidak percaya dan memintamu untuk menemaniku bersama selama beberapa jam. Sedangkan, kamu punya kesibukan lain untuk mempersiapkan semuanya demi kebaikan banyak orang,” ucap Cahaya pelan sembari memegang tangan Arya.“Tidak apa. Aku tidak ada maksud untuk mengacuhkanmu, tapi mencoba untuk meminimalisir pertengkaran dan pikiran negatif yang dimiliki oleh masing-masing. Aku juga masih mencoba untuk belajar dan mengendalikan emosional ketika apa pun yang terjadi ke depannya.”“Aku tahu. Kamu masih belajar memahami situasiku pasca operasi dan aku me
Read more

130. Bekerja Sama Dengan Banyak Pihak

“Saya memang tidak mengenal Anda, tapi pemilik Apartemen ini yang memberitahu pada saya bahwa saat saya melihat seorang pria yang sama dengan foto yang ditunjukkan olehnya maka dilarang masuk tanpa alasan apa pun.”Petugas keamanan memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Namun, Arya tidak menyalahkannya karena dia menjalankan tugas dan mereka sudah mengetahui bahwa ia tidak akan tinggal diam dan menemukan Apartemen lainnya.Senyuman miring tergambar di bibirnya lalu menghela napas panjang. Ia merasa keluarga Stagle dan rekan bisnis takut untuk didatangi olehnya sehingga memberikan larangan padanya.“Baiklah. Aku tidak mempermasalahkan hal ini karena bisa mencari kamar Apartemen yang lebih bagus dari pada ini.” Arya menjawab dengan congkak lalu pergi meninggalkan Apartemen.Senyuman kepuasan dan sedikit menyenangkan itu tidak bisa disembunyikan olehnya karena perbuatan musuh ketika melarang lawan utama untuk menginjakkan kakinya di sebuah bangunan miliknya artinya mereka takut. Merek
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status