“Beritanya sudah tersebar di sosial media?”“Acara televisi menayangkan Tuan muda yang menyipitkan mata ketika tersorot kamera lampu dan di sisi Tuan ada Pak Baidi dan Stefano. Kenapa bisa sama mereka, Tuan muda?”“Tuan muda ada di tivi.”“Waduh, bahaya kalau terbongkar.”Willy terdengar bingung dengan berita yang muncul di televisi. Di balik handphone-nya juga terdengar suara pegawainya yang membicarakannya dengan nada khawatir. Ia menundukkan kepala sembari menghela napas panjang dan menyeka wajahnya perlahan.Identitas yang berusaha disembunyikan olehnya pun terbongkar sudah di seluruh penjuru dunia. Banyak yang tidak tahu tentang dirinya, kecuali rekan bisnis ayahnya yang telah mengenal dekat.“Biarkan saja mereka bicara apa. Biarkan identitas saya terbongkar dan memang sudah waktunya terbongkar. Kalau disimpan lama, juga gak baik dan akhirnya, terbongkar sendiri. Tapi, saya gak mengakuinya dan mengelak di berita itu dengan pertanyaan yang membuat pikiran mereka beralih berpikir k
“Saya tidak tahu, Pak Willy.”“Kamu yakin, tidak tahu keberadaan mereka setelah melakukan semua ini?” tekan Willy sambil menarik kerah kemeja pria dalam video.“Mereka berada di Apartemen satunya yang memiliki Bar di atas juga dengan nama Stagle Apartemen.” Pria itu menjawab terbata-bata.“Kamu yakin mereka berada di sana? Kalau saya pergi ke sana tidak ada orang maka tanggung akibatnya!”“Iya. Jangan hukum saya, Pak. Saya hanya menjalankan tugas.” Pria itu memohon dan tampak memelas agar Willy kasihan terhadapnya.“Kamu berani menjalakan tugas ini artinya kamu harus menerima risikonya. Paham kamu!”Willy melepaskan kerah kemeja dan terdengar suara tembakan di video. Pria itu tergeletak di lantai dengan dahi yang bolong dan mengalirkan banyak darah. Arya pun terkejut melihat sikap sadisnya Pak Willy yang tidak memberi ampun pada anak buah keluarga Stagle.Bola mata merayap ke Soeparman yang masih tertidur dengan alat infus yang terpasang. Ia menghela napas panjang saat memandangi ayah
“Sebelum membahas tentang bagaimana caranya. Aku ingin menyampaikan bahwa identitasku sudah terbongkar di hadapan publik, tapi satu sisi, aku membuat publik bingung dengan pernyataanku yang mungkin terlihat jelas bahwa aku mengelak dengan mengatakan hanya bersumber dari satu orang saja, kalian percaya dan gambaran sketsa bukankah bisa dimiliki siapa pun dari segi mata dan hidung.”“Identitasmu terbongkar?!” Soeparman sangat terkejut mendengar pengakuan Arya.“Iya. Identitasku terbongkar karena jebakan Baidi yang secara tiba-tiba ketika aku datang ke Apartemennya untuk menyelamatkan Ayah saat mengetahui Keanu dan Stefano berkunjung ke rumah sakit dan menemui salah satu Dokter yang terlihat ahli dalam penyakit dalam dan meracik racun yang membahayakan, yang Ayah sempat lihat kemarin.”“Astaga. Kenapa kamu nekat datang sendiri ke sana? Kamu tahu ibaratnya, kan kalau datang ke sana sendirian?” tanya Soeparman perlahan sambil memegang perut.“Ayah jangan ngotot nanti sakit lagi perutnya,”
“Caranya ada pada poin yang sudah aku tulis di sana.”“Saya mengerti. Maksud saya adalah bagaimana caranya melancarkan aksinya?”Arya menghela napas panjang sambil melirik Soeparman yang masih makan dengan tatapan sendu mengarah padanya. Ada satu cara yang ada dalam kepalanya saat ini untuk melancarkan aksinya.“Hanya ada satu cara untuk yang dilakukan pertama kali dalam melancarkan strategi berikutnya.”“Apa?”“Membuat berita kematian Ayah secara palsu dengan meminta Dokter dan perawat yang merawat Ayah menutup mulut sekaligus bagian farmasi, resepsionis dan kasir. Bisa juga semua karyawan yang bekerja di rumah sakit ini agar tidak terbongkar atas Ayah yang masih hidup.”“Apa?”Willy dan beberapa pengawal yang datang ke rumah sakit terkejut saat mendengar cara Arya untuk melancarkan strateginya dalam mengungkapkan sosok keluarga Stagle dan menangkap mereka atas kejahatan yang mereka lakukan.“Membuat berita palsu itu tindakan kejahatan, Tuan muda.”“Saya tahu dan sangat mengerti hal
“Dia mencari Tuan muda dan mengaku kalau mengenal Tuan.” Salah satu karyawan Arya menjawab pertanyaannya dengan mengangkat kedua bahunya.“Apa Bapak tanya kepentingannya untuk datang ke sini?” “Iya, katanya mau ketemu Tuan muda dan menunggu sampai pulang. Dia sudah menunggu sekitar satu jam yang lalu.”Arya menoleh ke arah perempuan yang duduk di sofa dengan mengenakan jaket berwarna hitam dengan penutup kepala yang terpasang di kepalanya sembari membuang napas perlahan.“Baiklah. Saya akan menemuinya.”“Baik, Tuan muda.”Arya menghampiri perempuan itu yang sedari menundukkan kepala dan rambut tergerai hingga menutup sebagian wajahnya. Ketika ia mendekatinya, perlahan wajah perempuan tampak di hadapannya dan mengenalnya.“Angel?”Angel berdiri dan berpindah tempat sambil memegang kakinya secepat kilat. “Maafkan aku, Mas Arya. Maaf sudah membongkar identitasmu di depan banyak orang dan tidak mengaku bahwa aku mengenalmu ketika Pak Soeparman menanyaiku. Maafkan aku,” rengek Arya sa
Nada pesan pendek berbunyi sekali dan menampakkan pesan yang masuk sebanyak satu kali dari Pak Willy. Ia membuka pesan itu lalu terdapat sebuah peta digital yang dibagikan olehnya. Arya menekan peta digital itu perlahan lalu memperbesar tulisannya menggunakan dua jemarinya untuk memastikan lokasi seluruh berkas perusahaan milik ayahnya.‘Ruang bawah tanah di rumahku? Bagaimana bisa? rumahku terlihat datar, tapi memiliki ruang bawah tanah?’ batin Arya bertanya-tanya.Hitungan detik, bola mata melotot sekilas ketika mengetahui lokasi semua berkas perusahaan milik ayahnya. Lokasi yang tak pernah terduga dan mengejutkan itu membuatnya heran karena selama tinggal di rumah, ia belum mengetahui lokasi ruang bawah tanah.“Di mana lokasi itu?” tanya Angel yang membuyarkan lamunan dan keheranannya.“Hmm?” Arya mengalihkan pandangan ke arahnya lalu menghapus pesan dari Willy.“Kamu sudah tahu lokasi berkas perusahaanmu?” tanya Angel dengan intonasi penekanan.“Pak Willy gak memberitahuku malah m
“Tidak ada, tapi dari tadi Mbak Cahaya sendirian dan hanya ada satu orang pria di depan, sepertinya teman Anda. Saya suruh masuk untuk membantu Mbak Cahaya, tapi gak mau karena gak ada Mas.”“Bagus, itu Sus karena dia menghargai saya dan istri saya.”“Iya, Mas. Nah, sudah siap. Perhatikan istrinya dengan baik, ya, Mas dan jangan dibuat stress karena kondisinya masih dalam pemulihan. Jika terjadi sesuatu yang parah maka segera dibawa kemari.”“Baik, Sus. Terima kasih sudah membantu istri saya.”“Sama-sama. Semoga lekas sembuh, ya, Mbak.”Cahaya hanya tersenyum tipis ketika mendengar ucapan perawat. Arya menggendong Cahaya lalu diletakkan di kursi roda. Cahaya duduk di kursi roda dengan didorong olehnya menuju parkiran mobil lalu disusul oleh pengawalnya.“Maaf, ya, aku baru datang.”“Dari mana kamu?”“Aku dari mengurus semua rencana baruku untuk mengungkapkan semuanya.”“Kamu bisa gak, gak usah mengurus Keanu dan lainnya?” Cahaya protes pada Arya yang lebih mendahulukan urusan keluarga
Arya menatap Cahaya yang rebahan di atas ranjang dengan wajah yang masih pucat dan belum bisa banyak gerak pasca operasi. Ia menghela napas panjang lalu mendekatinya dan duduk di sampingnya.Arya mengalahkan emosional untuk mengacuhkan istrinya yang semakin sensitif dan selalu salah di pandangannya. Ia menatap Cahaya yang memerhatikannya dengan ekspresi khawatir dan menyesal.“Terima kasih.”“Kamu mau ngapain?”“Aku mau minta maaf karena sudah tidak percaya dan memintamu untuk menemaniku bersama selama beberapa jam. Sedangkan, kamu punya kesibukan lain untuk mempersiapkan semuanya demi kebaikan banyak orang,” ucap Cahaya pelan sembari memegang tangan Arya.“Tidak apa. Aku tidak ada maksud untuk mengacuhkanmu, tapi mencoba untuk meminimalisir pertengkaran dan pikiran negatif yang dimiliki oleh masing-masing. Aku juga masih mencoba untuk belajar dan mengendalikan emosional ketika apa pun yang terjadi ke depannya.”“Aku tahu. Kamu masih belajar memahami situasiku pasca operasi dan aku me
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya
“Jenazah masih di depan. Saya ingin memperkenalkan Dua Dokter dan perawat yang autopsi jenazah dan mengetahui jenazah bahwa jenazah itu bukan Pak Soeparman. Jadi, mereka bekerja sama untuk kita.”“Oke, nama saya Arya.”“Dokter senior yang pertama kali mengetahui jenazah itu mengenakan topeng wajah manusia bernama Dokter Xiu Lie yang sedang bertugas di Indonesia dan bisa berbahasa Indonesia. Kedua adalah seorang pria yang berambut cokelat emas adalah Dokter yang bekerja sama dengan beliau bernama Dokter Anggara. Lalu, dua perawat yang semuanya wanita cantik adalah Suster Dara yang punya lesung pipi, berambut pendek dan satunya berambut panjang memiliki warna hitam adalah Suster Novi.”“Salam kenal,” balas Arya sambil menjabat tangan mereka secara bergantian.Mereka tersenyum lebar ketika bersalaman dengannya. Mereka juga tampak tidak keberatan untuk bekerja sama dan memberikan kesaksian palsu atas jenazah yang bukan Soeparman.“Sebelumnya sudah diberitahu oleh Pak Willy dan kalian past
“Bekerja sebagai pengawas di rumahku ketika pemakaman nanti karena banyak orang yang datang dan hampir semua orang adalah orang penting.”“Maaf, saya gak bisa.” Pria yang bekerja sebagai montir menolak tawarannya.“Hanya hari ini saja dengan bayaran yang lebih besar dari gaji kamu sebanyak tiga kali lipat.”Mata dan mulut pria itu membesar dan terbuka lebar. Dia terkejut saat mendengar bayaran yang lebih besar dari gajinya dengan bekerja hanya satu hari. Dia membisu dan terpaku selama satu menit lalu menggeleng cepat, menutup mulut dan berkedip.“Baik, Pak. Saya mau. Saya kira harus setiap hari.”“Tidak. Aku membutuhkan jasa kamu hanya hari ini. Ikut saya sekarang dan saya yang akan izinkan kamu kepada atasanmu.”“Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak.”Pria itu menyalami tangannya sampai meletakkan dahi di tangan. Arya tersenyum lebar sembari menepuk pundaknya sekilas lalu mengusap tangannya.“Sama-sama. Pak, saya izin bawa dia untuk bekerja dengan saya hari ini saja.”“Silakan, Tu
“Saya memang tidak mengenal Anda, tapi pemilik Apartemen ini yang memberitahu pada saya bahwa saat saya melihat seorang pria yang sama dengan foto yang ditunjukkan olehnya maka dilarang masuk tanpa alasan apa pun.”Petugas keamanan memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Namun, Arya tidak menyalahkannya karena dia menjalankan tugas dan mereka sudah mengetahui bahwa ia tidak akan tinggal diam dan menemukan Apartemen lainnya.Senyuman miring tergambar di bibirnya lalu menghela napas panjang. Ia merasa keluarga Stagle dan rekan bisnis takut untuk didatangi olehnya sehingga memberikan larangan padanya.“Baiklah. Aku tidak mempermasalahkan hal ini karena bisa mencari kamar Apartemen yang lebih bagus dari pada ini.” Arya menjawab dengan congkak lalu pergi meninggalkan Apartemen.Senyuman kepuasan dan sedikit menyenangkan itu tidak bisa disembunyikan olehnya karena perbuatan musuh ketika melarang lawan utama untuk menginjakkan kakinya di sebuah bangunan miliknya artinya mereka takut. Merek