All Chapters of Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang: Chapter 61 - Chapter 70

173 Chapters

61. Pertengkaran

Marsha memesan banyak makanan lezat untuk Derren dan teman-temannya. Setelah membayar semua makanan itu, Marsha tidak bergabung dengan mereka—melainkan keluar dari restoran dan duduk di dekat pohon besar yang ada di depan restoran tersebut. Tik! Pematik api menyala. Benta itu hendak menyulut ujung tembakau yang di linting oleh wanita berusia 25 tahun yang terlihat kesepian di tengah angin malam sejuk. “Apa yang ingin Anda lakukan.” Tama menyahut pematik itu dan membuangnya begitu jauh agar Marsha tidak bisa mencarinya. Ia bahkan merebut lintingan tembakau di tangan wanita tersebut dan membuangnya ke dalam tempat sampah yang ada tepat di sebelahnya. Hufff .... “Apakah seperti ini karakter Anda?” Tama memicingkan mata. Ia melihat Marsha yang tengah tersenyum cantik dengan sedikit menundukkan kepalanya karena malu mendengar omelannya—dengan tatapan tajam. “Apa Atasan saya tahu
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

62. Kerja Sama Atau Ancaman?

Satu hantaman berhasil mengenai wajah Marco. “Lo kasar ke cowok aja. Ngapain lo kasar ke cewek? Lo gak sadar yang lo bentak itu anak umur 11 tahun, hah? Gak malu lo sama umur!” Naya mengerutkan kening dan benar-benar bangun setelah mendengar suara tangis adiknya dan suara teriakkan Wilhem yang memekakkan telinga. “Udah-udah! Kalian ngapain sih?!” marah Naya. Namun suaranya yang kalah kencang dengan Marco dan Wilhem yang saling cek-cok di depan sana, membuat Naya mengambil jalan yang lebih kasar untuk melerai keduanya. BUK! Bantal di lempar begitu keras sampai membuat Marco atau Wilhem terentak mundur selangkah dari posisinya. “Berisik lo pada. KELUAR!!” teriak Naya, penuh emosi. Marco dan Wilhem langsung berjalan keluar dengan terburu-buru dan menutup pintu kamar tersebut dengan cepat. “Kamu lihat wajahnya?” Marco mengangguk. “Menyeramkan.” Naya menghela napas kasar dan mela
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

63. Pagi Yang Cukup Panas

“Ayah. Ayah!” Lea berlari masuk ke dalam ruang kerja Sean dengan senyum mengembang sempurna. Di tangan wanita itu telah ada sebuah kotak besar yang baru saja di kirim oleh kantor pos. “Ayah sungguh membelikan aku benda itu?" Lea duduk di sofa single dan mulai membuka bingkisannya dengan semangat. “Karena putri Ayah yang meminta, bagaimana Ayah tidak menurutnya?” jawab Sean, bergabung dengan Lea di tengah-tengah ruangan. “Kamu baru saja pulang dari bekerja. Apakah tidak mau istirahat dulu baru membuka benda itu?” Lea menggeleng antusias. “Aku akan mencobanya terlebih dahulu baru pergi istirahat!” Sean mengusap lembut puncak kepala putrinya dan melihat Lea mengeluarkan beberapa senapan dan pisau lipat. “Ini sesuai yang aku mau. Terima kasih, Ayah!” Sean hanya mengangguk dan melihat Lea mulai memasang peluru dan menodongkannya ke sebuah pigura. DOR! Pigura i
last updateLast Updated : 2023-08-22
Read more

64. Hasrat

Sesuai janji, Derren mengantarkan Marsha pergi ke Rumah Sakit. Mereka mengendarai mobil Marsha karena Derren akan meminjam kendaraan itu hari ini. “Kamu pulang jam berapa?” Derren berhenti di pinggir trotoar dan melihat Marsha melepaskan sabuk pengamannya dengan tenang. “Em ...  entahlah. Sepertinya aku tidak akan menginap.” Marsha hendak turun dari dalam mobil, namun Derren menahan pergerakannya dengan menggenggam tangan. “Ada apa?” Marsha membulatkan kedua matanya saat melihat Derren mengecup punggung tangannya dengan santun dan di akhiri senyuman menawan. “Terima kasih untuk yang tadi. Dan selamat bekerja,” ucapnya, dengan suara selembut kapas. Marsha kembali di buat malu. Tapi ia tidak ingin malu sendiri di sini. Ia membalas perlakuan Derren dengan mengecup pipinya, baru berlari keluar untuk melarikan diri. Derren tersenyum lembut dan memegang pipi yang mendapat kecupan dari sang
last updateLast Updated : 2023-08-22
Read more

65. Kesan Buruk

Klek .... Marsha menatap wajah bantal Lea dengan tatapan datar. “Apa lihat-lihat?” Marsha menggeleng singkat dan pergi meninggalkan Lea yang masih berusaha menghilangkan rasa kantuknya. “Cutiku.” Marsha menoleh dan melihat Lea yang menahannya dengan kata-kata. “Kenapa dengan cutimu? Ingin membatalkannya?” Lea mengangguk singkat. “Bisakah? Jika tidak, tolong ganti harinya saja.” Marsha diam beberapa saat. “Kenapa? Ada yang mengganggumu?” Lea menggelengkan kepalanya. “Tidak ada. Dan jika ada, itu bukan urusanmu.” Marsha menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap Lea dengan tatapan mengejek. “Apakah aku terlihat ingin ikut campur dalam urusanmu? Tidak, kan?!” “Aku juga orang yang sibuk. Aku tidak punya waktu untuk ikut campur urusan orang. Bahkan mengkhawatirkan kamu saja, aku tidak memiliki waktu!” Setelah menegaskan hal tersebut, Marsha berjalan pergi
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

66. Isi Hati

Tuan Karsten menatap Marsha dengan tatapan marah. Ia segera menyembunyikan tangan kanannya di balik punggung dan mundur selangkah dari mereka. “Anda sudah merencanakan hal buruk sejak lama.” Marsha mengambil langkah maju. Ia mendekati Karsten dengan lantang. Tatapan berani dari dokter wanita itu tampaknya berhasil menyudutkan Tuan Karsten yang dingin dan keras kepala. “Berikan benda itu pada saya.” Marsha mengulurkan tangan dengan jemari terbuka. “Setelah itu saya tidak akan memperpanjang masalah ini.” Tuan Karsten menatap Derren dengan tajam. Ia mengintimidasi lelaki itu. Namun tampaknya Derren tetap akan berdiri di pihak wanita ini apa pun yang terjadi. Tak peduli dengan status Karsten yang masih merupakan atasannya. “Berikan!” ucap Marsha, penuh penekanan. Karsten memberikan tablet obat itu pada Marsha dan mendengus kasar beberapa kali. “Pegang ucapanmu.” “Kamu sudah berjanji tidak
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

67. Wanita Cantik Yang Gila

Srak .... Halaman demi Halaman Derren telah membacanya dengan saksama. Namun tidak ada informasi yang lebih penting seperti yang telah di berikan oleh Marsha. Derren memijit pelipisnya yang berdenyut sakit. “Orang-orang itu terlalu bersih menghilangkan jejaknya. Aku yang berpengalaman mengetahui apa yang terjadi di lapangan, bahkan sampai kepayahan.” “Kalau begitu, haruskah aku tanya Marsha bagaimana ia mencari bukti-bukti yang selama ini ia kumpulkan?” Derren mengambil beberapa lembar kertas berisikan biodata para pelaku yang menjerumus pada masalah yang terjadi. 3 orang ini adalah tersangka utama. Derren masih ingat dengan jelas bagaimana wajah penculik dirinya. Walau saat itu ia benar-benar di buat tertidur, Derren masih mengingat jelas wajah orang yang hanya ia lihat dengan sekilas. Tok ... tok .... “Marsha, kamu ada di kamar?” ketuk Derren, di depan pintu kamar pribadi Marsha yang ada di seberang kamarnya. Tak ada jawaban. Tampaknya wanita itu telah tertidur. Karena ini
last updateLast Updated : 2023-08-25
Read more

68. Sama Saja

BOM! Gion membulatkan matanya. Ia membalik tubuh dan melihat kobaran api di dalam bangunan mewah yang sempat menjadi ancaman nyawa mereka beberapa saat yang lalu. “A-anda sudah gila? Bagaimana Anda bisa membereskan kekacauan yang telah Anda buat hari ini?” Marsha menggaruk pipinya yang sedikit gatal sambil tersenyum seperti orang bodoh. Kali ini—Marsha terlihat seperti manusia pada umumnya. “Mungkin kamu tidak tahu. Tapi Suamiku adalah orang yang berada di dalam dunia militer. Ayahku adalah sahabat Menteri pertahanan. Ibuku seseorang yang memiliki nama di dalam pasar gelap, jadi aku rasa ia memiliki banyak bawahan yang bisa di kerahkan untuk menghilangkan satu bangunan di dalam Maps!” Gion membuka mulutnya. Ternyata ia bukanlah seorang wanita yang bisa di sepelekan walau terlihat sangat sepele! “Dan jangan lupakan Tuanmu.” Marsha tersenyum dengan polosnya. Namun ia paling tahu jika banyak orang kuat yang siap membereskan kekacauan kanak-kanaknya ini. “Jadi jangan mengkhawati
last updateLast Updated : 2023-08-25
Read more

69. Jebakan Simpati

Zzzztt .... Derren memandang Marsha yang terlelap dengan tatapan sendu. Sudah 3 hari ia tidak melihat wajah Marsha seleluasa ini. Ia cukup rindu dan bersyukur sekarang ia bisa melihatnya sebentar. Tok ... tok .... Derren mendongak dan melihat Gama berdiri di depan pintu masuk kamar tempat Marsha beristirahat. “Kita harus pergi.” Derren mengangguk dan meninggalkan ruangan dengan langkah berat. “Selamat istirahat, Istri ....” Klek .... Marsha membuka matanya. Ia melihat ke arah pintu ruangan itu telah tertutup rapat. Marsha bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan mendekati sofa di dekat pintu untuk mengambil ponselnya. [Hallo. Lama tidak mendengar panggilan dari Anda, Tuanku.] Suara seorang lelaki terdengar cukup gembira dari seberang sana. Namun Marsha hanya menghela napas panjang dan melihat ke arah sekitar dengan pandangan lelah. “Sudah lama
last updateLast Updated : 2023-08-26
Read more

70. Keceplosan

“Masuk!” Beberapa lelaki mendorong Marsha masuk ke dalam mobil sport kuning dan membawanya pergi. Untuk menculik seseorang, bukannya kendaraan yang di tumpanginya terlalu tidak masuk akal? “Siapa yang meminta kalian?” Marsha menatap 4 orang lelaki yang berada di sekelilingnya dengan saksama. Lalu ia baru ingat wajah-wajah itu. “Tunggu, wajah kalian tidak asing. Apa kita pernah bertemu?” tanya Marsha. Lelaki berkulit sawo matang yang duduk tepat di sebelah kanannya, tersenyum singkat dan mengulurkan tangannya. “Kami teman suami Anda. Nama saya Abri,” ucapnya. Marsha menjabat tangan itu dan melihat ke sisi kirinya. “Saya Andika. Saya salah satu teman tentara dan kampus suami Anda. Dan 2 orang yang ada di depan Anda adalah Abdul yang menyetir dan di sebelahnya ada Orlan,” jelas Andika. Marsha mengangguk singkat dan menatap keempatnya dengan saksama. “Lalu yang kalian lakukan? M
last updateLast Updated : 2023-08-26
Read more
PREV
1
...
56789
...
18
DMCA.com Protection Status