All Chapters of Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku: Chapter 21 - Chapter 30

116 Chapters

Chapter 21. Buket Misterius

Elsa berusaha tenang, ia mengatur napasnya dengan susah payah dan masih merasakan sakit di lehernya karena cekikan keras pria gila itu. "Katakan!" bentak Ardi mengejutkan Elsa. "B-baik," jawab Elsa terbata-bata. Ia berusaha mendekati Ardi dan membisikkan sesuatu di telinganya. Sejurus lelaki itu tersenyum, Elsa menghela napas lega, dia berpikir Ardi akan melepaskannya. Ia segera merapihkan bajunya dan hendak beranjak, namun tangan lelaki itu dengan kasar kembali menarik rambutnya. Spontan wanita itu teriak kesakitan, namun justru membuat Ardi semakin bergairah. "Aku setuju rencanamu, tapi jangan coba-coba menipuku." Lelaki itu berbisik di telinga Elsa dengan suara berat, namun terdengar mengerikan di telinga Elsa. "A-aku tidak akan menipumu, kamu akan segera mendapatkan gadis gembel it-uuu...." Elsa berkata penuh kebencian kepada Anna, namun tiba-tiba ia merasa sesak ketika tangan kasar Ardi kembali mencekiknya dengan kuat. "Apa kamu bilang? jangan coba-coba menghina milikku! d
Read more

Chapter 22. Teror Telepon

Anna kembali memeriksa buket itu dengan teliti, tidak ada petunjuk apa pun yang ditemukan mengenai pengirimnya, akhirnya ia memanggil Safa, asistennya. "Safa, siapa yang nerima buket-buket ini?" tanya Anna. "Aku, Mbak. Ada apa?" Safa sedikit bingung. "Apa ada salinan tanda terima atau bukti pengiriman?" "Ada Mbak, sebentar aku ambilkan." Safa segera bergegas ke luar, tidak lama ia masuk lagi dengan membawa map, lalu menyerahkannya pada Anna. "Terima kasih Saf." Anna memeriksa satu-satu, semua tertera nama pengirim. Hanya satu yang tidak ada namanya, cuma tertulis Mr. X, tapi untungnya ada nama toko dan nomor teleponnya. Anna segera menghubungi toko bunga tersebut, ia menanyakan buket bunga yang mereka kirim lengkap dengan detailnya. Karyawan toko bunga menjelaskan kalau buket itu dipesan via online, pengirim hanya meminta dituliskan pesan seperti itu. Anna membeku sesaat, ia kembali membaca kata-kata dalam pesan itu, sepertinya pesan itu bernada mengancam. Ia berfikir keras, a
Read more

Chapter 23. Janji ...?

Amelia memeluk Anna sambil menangis, Anna segera merangkulnya dan mengusap rambut gadis imut itu penuh kasih meskipun ia bingung, apa yang membuat anak itu kelihatan sedih. Anna menghapus air mata di wajah imut itu --setelah tangisnya mereda-- lalu tersenyum hangat. "Sayang, coba cerita sama Kak Anna, kenapa Amel menangis?" Amelia menghela napas sebelum akhirnya berkata, "Amel takut, Kak." "Takut kenapa sayang?" tanya Anna lembut sambil tetap tersenuyum. Amelia menghela napas layaknya orang dewasa. "Amel takut Kak Anna dalam bahaya, Amel takut ada orang jahat yang nyakitin Kak Anna, Amel nggak mau kehilangan Kak Anna." Gadis cilik itu kembali terisak. Anna mendekapnya penuh kasih sayang seorang ibu, Amelia anak yang sangat peka. Mungkin kehidupan pahitnya yang tidak memiliki seorang ibu--meskipun Anna tidak tahu yang sebenarnya-- membuat Amelia seperti itu. "Sayang ... Dengerin Kak Anna, kakak nggak apa-apa kok, Kak Anna nggak dalam bahaya, Kak Anna aman-aman saja, jadi Amel ja
Read more

Chapter 24. Solusi Atau Nembak?

Anna tidak meneruskan kalimatnya, ia mencoba tersenyum pada mama dan neneknya."Kenapa, Anna? nggak mau nikah? atau mau nunda lagi?" nenek menatap Anna tajam."B-bukan begitu, Nek. Maksud Anna ....""Maksud Anna, kita berdua kan semula punya rencana mau menikah di London, Nek." Harry memotong ucapan Anna."I-iya, Nek maksud Anna begitu." Anna terbata-bata. Diam-diam ia menghela napas pelan."Oh, tidak. Kalian nikah di sini dulu, setelah itu mau bikin resepsi di London terserah." Nenek langsung protes."Kenapa Nek?" tanya Harry."Karena nenek ingin lihat cucu nenek menikah, kalau mama dan papanya Anna pergi ke London, bisa saja. Tapi nenek? nenek sudah tua, nenek khawatir tidak sanggup melakukan perjalanan jauh. Selain itu, nenek juga ingin pernikahan kalian disaksikan oleh keluarga besar Anna.""Baiklah Nek kalau begitu. Permintaan Nenek adalah perintah buat Harry."Nenek tersenyum puas, sedangkan Anna menundukan wajahnya, ia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.Setelah Harry
Read more

Chapter 25. Mak Comblang

Anna tersentak, dari atas balkon kamarnya ia melihat seseorang sedang menempel sesuatu di tepi jalan."Hei apa itu?" Anna setengah berteriak, namun tak mungkin terdengar keluar. Ia bergegas turun dengan tergopoh-gopoh mengejutkan mama yang sedang duduk di ruang tengah."Ada apa, An?" tanya mama heran."Ada sesutu di depan, Ma." Anna berkata tanpa menoleh, setengah berlari ia menuju ke luar.Setiba di luar pagar Anna terperanjat. "Astaga apa ini?"Anna mendapati banyak poster ditempel di sepanjang jalan dekat rumahnya, Ia menoleh kesana ke mari tidak ada siapa-siapa. Lelaki yang tadi dia lihat dari balkon kamarnya pun sudah tidak ada, mereka sudah kabur saat Anna turun.Anna sangat geram, ia meraih selembar poster tersebut, terpampang foto dirinya dengan seorang lelaki yang ditutup topeng. Ada tulisan mencolok Joanna and her mate."Damn!" Wajah Anna merah padam, ia sangat marah.Tidak berapa lama kemudian mama datang, wanita paruh baya itu tersentak. "Ya Tuhan! kerjaan siapa ini?"An
Read more

Chapter 26. Aksi Teror

Terdengar suara seorang pria dari dalam mobil, Anna tidak bisa melihat dengan jelas meskipun kaca samping diturunkan karena lampu plafon mobil dimatikan.Anna mundur selangkah sambil menarik Amelia. "Tidak, terima kasih. Kami akan naik taksi." Anna menarik Amelia meninggalkan mobil itu.Namun tidak diduga mobil itu mengikuti dan menyalip langkah Anna. "Tidak ada taksi, ayo naik!" perintah suara lelaki di belakang kemudi itu.Pintu mobil mulai terbuka, namun Anna dengan sigap menggendong Amelia, lalu berlari meninggalkan mobil itu, ia masuk ke deretan mobil-mobil yang diparkir, dan terus berlari menuju lantai atas.Setelah tiba di tempat yang cukup ramai, Anna menurunkan Amelia, napasnya tersengal-sengal. Wajah gadis kecil itu pucat, ia ketakutan namun tidak menangis. Ia memeluk Anna, baru saat itulah Amelia menangis.Anna mengusap Amelia pelan, "It's ok sayang, kita sudah aman.""Itu tadi orang jahat, ya Kak?" Amelia sangat ketakutan."Kakak juga nggak tahu sayang, gelagatnya sih begi
Read more

Chapter 27. Latihan Karate

Terdengar suara benturan yang tidak terlalu keras, rupanya mobil itu membenturkan mobilnya ke bagian samping mobil Anna, tak ayal mobil Anna goyah ke kiri, untung Anna sigap mengendalikan stir, sehingga laju mobilnya pun stabil kembali. "Kak!" pekik Amel. "Tenang, Mel, Amel pegangan ya." Anna menenangkan Amel sambil tetap fokus pada laju mobilnya sambil sesekali melihat mobil pengganggu yang menerornya. Pada satu kesempatan Anna melihat mobil itu akan membenturkan kembali mobilnya, maka dengaan cepat Anna menurunkan laju mobilnya, sehingga posisi mobil Anna kini berada di belakang, dan mobil pengganggu itu condong ke kiri, saat itulah Anna tancap gas lalu menyalip sambil membenturkan mobilnya, sehingga mobil pengganggu itu hilang keseimbangan dan nyelonong ke kiri. "Yeess!! Teriak Anna. Amel nggak apa-apa sayang?" tanyanya sambil melirik gadis kecil di sampingnya. "It's ok, Kak. Yeaay berhasil!" Keduanya tos. Anna memperlambat laju mobilnya setelah memastikan tidak dikejar. Ia me
Read more

Chapter 28. Perangkat Baru

Harry menghela napas. "Untuk tindakan preventif sebaiknya kamu ganti ponsel kamu, An. Backup semua data-data penting kamu." "Apa mungkin ponselku sudah disadap ya, Mas?" tanya Anna bingung. "Aku nggak tahu, harus dilakukan pengecekan, biar besok Rama yang urus." "Oke, berarti aku harus siapin ponsel baru ya." Anna bergumam. "Nggak perlu, semua sudah diatur buat kamu, besok pagi Rama akan kirim, sekalian penjelasan detail-detailnya." Harry menimpali. "Oh, aku jadi nggak enak," ujar Anna, "tapi terima kasih sebelumnya." "Hmm, nggak enak ya, yang enak apa dong?" goda Harry sambil tersenyum. "Yang enak ya makan hehe." "Ya udah kamu masakin ya, nanti aku pulang mau makan masakan kamu." "Wah, hahaha. Aku tuh nggak bisa masak, Mas." Anna menutup wajahnya sambil tertawa, "aku tuh ya cewek tomboy, suka ngetrack, suka balapan, suka manjat, suka berantem. Pokoknya nggak ada pantes-pantesnya jadi ibu." "Kata siapa?" tanya Harry, "buktinya Amelia suka sama kamu, dan aku sudah lihat sendir
Read more

Chapter 29. Perangkap

Terdengar seperti suara kucing di ujung telepon, Anna mengernyitkan kening. "Halo tolong jangan main-main, apa mau Anda?" "Meeoow!" Kembali terdengar suara seekor kucing. Tut! Anna pun mematikan panggilan dengan kesal. "Siapa, Kak? tanya Amelia penasaran. "Nggak tahu, nggak jelas. Masa keluarnya suara meong, orang aneh." Anna menggerutu. "Hahaha, hebat kucingnya mau kenalan sama Kak Anna yang cantik." Amel berseloroh sambil cekikikan. "Bisa aja kamu Mel, tadi harusnya kakak balasnya begini, guk! guk! jadi kan kucingnya kabur, hehehe." Derai tawa keduanya pun terdengar, mereka melalui pagi itu dengan suasana hati yang ceria. Sementara itu di sebuah ruangan seorang pria tampan sedang mengotak-atik layar monitor, tidak jauh darinya lelaki lain yang bertubuh jangkung asik mengutak-atik ponselnya. "Sudah dapat titiknya?" tanya si lelaki jangkung. "Yup, jalan simpang tiga." "Berarti butuh 30 detik ya?" tanya lelaki jangkung lagi. "Iya, masih kelamaan kayaknya, apa bisa dipersingk
Read more

Chapter 30. Meeting Jebakan

"Dapat lokasinya?" tanya Bob, lelaki itu pun ikut mengecek. "Dapat! Grand Kartika Hotel." Pria tampan itu berseru, "masuk Bob, lacak!" imbuhnya memberi perintah. "Oke!" Bob pun sibuk dengan perangkat lunaknya. Sementara itu Anna sudah kembali ke rumah Harry, ia memberitahu Amelia kalau malam ini tidak bisa ikut menemani latihan karena ada meeting dengan klien. Amelia pun mengerti. Anna bersyukur karena Amelia sangat pengertian, ia juga menghubungi Mira untuk menunggunya pulang dan melanjutkan latihan. Setelah mempersiapkan semuanya Anna pun berangkat menuju tempat meeting, ia melajukan mobilnya menuju sebuah hotel bintang 5 di kawasan elit ibu kota. "Mobil Anna bergerak menuju grand Kartika Hotel!" teriak Bob tiba-tiba. "Hah?!" pekik Harry terkejut. Ia segera menelpon Anna. "Halo Mas-" "Anna, kamu mau ke mana?" tanya Harry cemas. "Meeting dengan klien, Mas. Menggantikan Safa. Ada apa, Mas?" tanya Anna bingung. "Bisa kamu batalkan An?" pinta Harry. Anna melihat arlojinya, "N
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status