All Chapters of Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku: Chapter 91 - Chapter 100

116 Chapters

Chapter 91. Gagal Lagi

“Kenapa kamu menolong aku?” sungut Rebecca geram. Lelaki itu terdiam, alih-alih menjawab ia mengangkat tubuh Rebecca ke pundaknya lalu membawanya ke tepi.Rebecca meronta-ronta sambil memukul panggung lelaki itu. “Tommy! Turunkan aku, Tom!”Namun Tommy tidak menggubrisnya, setelah tiba di tepi ia segera menurunkan gadis itu. “Kamu mau mati kedinginan di sana, hem.” Tommy berkata pelan namun tegas, “trik kamu itu nggak lucu, tahu,” bisiknya.“Bukan urusanmu!” sungut Rebecca sambil cemberut.“Hi Tom! Aku kira kau sudah pulang,” sapa Bobby, “thanks ya udah nyelametin tamu kami yang tercebur.”“Kalian cepat ambilkan 2 buah bathrobe buat tamu kita,” seru Harry. Tidak berapa lama 2 orang pelayan membawakan 2 buah handuk kimono untuk Tommy dan Rebecca.“Saudara-saudara, kami mohon maaf atas insiden ini. Silahkan dilanjutkan kembali menikmati acara malam ini,” ucap Harry sopan.“Ternyata Tuan Barnes yang terhormat adalah seorang manusia kejam yang tidak punya rasa kemanusiaan.” Tiba-tiba Reb
Read more

Chapter 92. Temuan yang Mencurigakan

Rebecca menoleh ke arah suara yang memanggilnya, ia terkejut. Seorang pria berdiri dengan senyum sedikit datar, namun wajahnya cukup menawan sehingga membuat senyum itu terlihat menarik, ada bekas luka di wajahnya yang sepertinya sengaja dibiarkan.“Malam, Anda siapa?”“Saya Eric, teman Vincent,” sahut lelaki itu.“Vincent?” Rebecca mengernyitkan kening, “lelaki yang tadi menemui saya di kediaman Barnes?”“Benar,” sahut Eric.“Tapi, bukankah dia memintaku menemuinya di club jam 11, kenapa Anda kemari?”“Nona, sekarang sudah lewat dari jam 11,” sahut Eric.“What?” Rebecca terperanjat, is segera melihat arlojinya, “Ghos!, aku nggak merhatiin jam, sorry!”“Okay Nona, silahkan,” ujar lelaki itu, “Vincent menunggu di mobil.”Rebecca tidak berkata-kata lagi, ia segera mengikuti lelaki itu. Di seberang jalan, Vincent berdiri sambil menghisap merokok.“Hi Reby, aku kira kamu ketiduran makanya aku meminta temanku menjemputmu.” Seru Vincent sambil membukakan pintu untuk Rebecca.“Ya, tadi meman
Read more

Chapter 93. Persekutuan Para Pengacau

Bobby nampak berpikir seraya mengulang-ulang di bagian sebelum insiden Rebecca menceburkan diri ke kolam, namun ia tidak mengatakan apa-apa kepada Amelia dan Willy, ia hanya menunjukan apa yang ingin di lihat kedua bocah itu.“Nah benar kan. Mel apa yang aku bilang,” celetuk Willy sambil menunjuk rekaman disaat-saat Rebecca melompat.“Yeah, kamu benar, Will.” Amelia terdiam, gadis polos itu masih belum mengerti apa yang dilakukan Rebecca, “tapi, kenapa dia melakukan itu ya? Melompat sendiri, tapi malah teriak minta tolong.”“O my dear, kamu itu polos sekali,” sahut Willy sambil tersenyum, “itu namanya trik.”“Trik? Maksudnya trik bagaimana?”“Itu triknya dia supaya ditolong oleh Papa kamu,” terang Willy, “kalau aku tidak salah memperkirakan, pasti perempuan itu sudah melihat Tuan Barnes yang jaraknya tidak jauh, benar kan, Uncle Bob?”“Yep, benar sekali Boy,” timpal Bobby, “dan saat itu Harry hampir melompat karena refleks, beruntung aku masih bisa mencegahnya.”“Ya Tuhan, pantas dia
Read more

Chapter 94. Patah Hati

Harry menunjuk rekaman di area depan, saat-saat Rebecca dan Tommy bertengkar. Ada dua orang lelaki sedang menonton mereka.“Hmm, bukankah salah satunya itu pria yang tadi bersama Rebecca sebelum dia melompat ke air,” gumam Bobby.“Benar, dan yang satunya …” Harry terdiam sejenak, ia terigat sesuatu, “ah tapi tidak mungkin, dia sudah mati, bukan.”“Maksudmu?” tanya Bobby menatap Harry.“Lelaki yang satu itu, seperti familier,” ujar Harry, “seperti orang yang menculik Amelia dulu.”“Maksudmu, Ardi?” tanya Bobby.“Ya, dari sosoknya sedikit ada kemiripan, tapi tidak mungkin, kan?”“Hmm …” Bobby tidak menjawab, tapi matanya tajam menyelidik.“Sepertinya mereka memang terkait dengan Rebecca, mereka ikut pergi saat mobil Tommy pergi.”“Ya, apa Tommy tahu?”“Kurasa tidak,” jawab Bobby, bahkan sepertinya Bobby tidak tahu pertemuan Rebecca dengan pria itu.”“Kasihan Tommy, dia selalu dimanfaatkan oleh Rebecca,” timpal Harry.“Yeah mau gimana lagi, mata dan hatinya sudah dibutakan oleh cinta,”
Read more

Chapter 95. Rencana si Jalang

Seorang lelaki bertubuh tinggi jangkung mendekati meja Tommy yang penuh botol minuman, ia langsung duduk di samping lelaki itu dan menuang minuman ke gelas dan menyesapnya. “Kenapa Tom? Mau kau habiskan sendiri ini 5 botol, atau mau aku tambah 5 botol lagi?” “Hahaha, 5 lagi, boleh haha,” gelak Tommy, tapi sejurus kemudian dia menangis. Bobby tidak berkata apa-apa, dibiarkannya Tommy tertawa, lalu menangis kemudian tertawa lagi. “Dia sekarang sudah benar-benar pergi, Bob,” ucap Tommy lirih disela tangisnya “Padahal, aku sudah cukup lama bersabar, berharap dia bisa berubah. Aku sudah melakukan apa saja buat dia, bahkan aku tega membiarkan saudaraku Anne berjuang sendirian, demi dia, aku berharap dia bisa berubah.” Hening, keduanya terdiam. Tommy kembali meneguk minumannya. “Memangnya apa yang terjadi?” tanya Bobby pada akhirnya. “Dia sudah menemukan pacar baru, lelaki kaya raya yang bisa memuaskan kegilaannya pada harta.” “Siapa?” tanya Boby. “Aku tidak tahu, tapi kata dia naman
Read more

Chapter 96. Lingkaran Setan

Rebecca bergegas ke ruang bawah, dua orang lelaki sedang duduk-duduk sambil minum bir favorite mereka. “Hi guys!” sapa Rebecca. “Hi Babe, sini!” panggil Vincent, Rebecca pun duduk di bangku kosong yg disediakan diantara dua pria tersebut. “Hi Eric!” sapa Rebecca pada Eric yang diam sedari tadi. “Hi Bitch! Gimana perasaanmu sekarang?” “Lumayan, sudah istirahat, sudah fresh,” sahut Rebecca sambil tersenyum, “kalau kamu bagaimana, Ric?” “Hmm, Very well. Oya aku ada hadiah untukmu.” Eric mengeluarkan sebuah kotak dan diletakan di atas meja. “Apa ini?” sahut Rebecca penasaran. “Bukalah,” timpal Vincent, “kau sudah membuat Eric puas, makanya dia memberimu hadiah.” Rebecca membukanya, matanya terbelalak kalung berlian cantik tergeletak di sana. “Wow, cantik sekali,” gumam Rebecca, Vincent membantu memakaikan ke leher Rebecca. “Thank you Eric,” ujar Rebbeca sambil menghadiahi ciuman di pipi Eric, tetapi lelaki itu langsung meremas dagu Rebecca dan menggigit bibir wanita itu, sont
Read more

Chapter 97. Barang-Barang Kenangan Mommy

Seorang wanita dengan pakaian modis dan perhiasan mewah turun dari mobil mewah yang berhenti dekat gerbang sekolah. Wanita itu berbicara sebentar kepada seorang security lalu berjalan mendekati Amelia yang sedang duduk santai sambil menunggu bel masuk. Amelia adalah anak yang disiplin dalam urusan sekolah, dia lebih rela menunggu daripada terlambat masuk kelas. “Hallo princess, selamat pagi,” sapa wanita itu, Amel menoleh sambil mengerutkan kening. “Siapa Anda Madam?” Amelia balas bertanya, wanita itu tersenyum sambil membuka kacamata hitam yang menutupi hampir separuh wajahnya. “Apa kamu sudah lupa sama Tante, Mel?” ucap wanita itu. Amelia menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki, benarkah dia Rebecca, kenapa penampilannya sekarang berubah drastis. “Hi Mel, are you OK?” ujar Rebecca sambil menggoyangkan tangannya di depan wajah Amelia. “Apa benar kamu Reby?” tanya Amelia masih tak percaya. “Benar sayang, aku Rebecca,” jawab wanita itu sambil tersenyum, “apa kamu sudah t
Read more

Chapter 98. Dalam kebimbangan

Harry bertanya kepada Anna yang juga kebingungan melihat sikap Amelia yang terasa berubah. “Entahlah Hubby, atau apa mungkin Amel kurang sehat?” Anna terlihat sangat khawatir, “kalau begitu aku lihat dulu ya,” ujar Anna sambil berdiri, Harry mengangguk. Amelia menyembunyikan kotak yang ia bawa dari rumah Rebecca ke dalam lemarinya, saat itu Anna mengetuk pintunya. Anna menghela napas, ia membuka pintunya. “Sayang, Amel kenapa?” tanya Anna cemas, ia langsung memegang bahu Amel. “Amel nggak apa-apa, Ma. Hanya sedikit lelah.” “Apa Amel ngerasa nggak enak badan, sayang?” Amelia menggeleng. “Amel Cuma kepengen tidur, Ma.” Amelia langsung naik ke tempat tidur. “Eeeh, Amelia ganti baju dulu ya sayang, terus makan baru bobo, oke.” Amelia mengangguk. “Yaudah biar Mama ambilkan makan Amelia dulu.” “Suruh nanny saja, Ma. Mama temani Papa, kasihan Papa makan sendiri.” “Hmm, Amel yakin?” Anna menjadi bingung, Amelia mengangguk. “Ya udah Mama temani Papa dulu ya,” ujar Anna, ia memeluk d
Read more

Chapter 99. Amelia Pergi

Anna tersentak mendengar laporan Nanny, tadi ketika ia keluar kamar Amelia, gadis cilik itu masih tertidur pulas.“Apa sudah dicari di taman?” tanya Anna sambil berdiri.“Sudah Nyonya, di taman belakang, taman samping juga nggak ada, aku sedang menyuruh orang mencari di taman perumahan,” lapor Nanny.“Okay Nanny segera kabari aku ya,” ucap Anna. Wanita itu semakin khawatir, ia berjalan mondar mandir, namun ia berusaha untuk tetap tenang.Selang beberapa saat pelayan yang disuruh nanny kembali melaporkan, wajah nanny semakin tegang.“Nyonya, Nona Amel tidak ada di taman komplek,” lapor Nanny.“Ya Tuhan, apakah tidak ada yang melihat? Cepat tanya security,” perintah Anna, Nanny bergegas menemui security. Tidak berapa lama wanita itu pun kembali.“Nyonya, kata security tadi melihat Nona keluar katanya mau jalan-jalan, tidak boleh diikuti ingin sendiri,” ucap Nanny.“Nanny, cepat kerahkan orang untuk menelusuri setiap jalan perumahan ini, aku akan menelpon Willy mungkin Amel ada di san
Read more

Chapter 100. Menyadarkan Amelia

Amelia mengangkat wajahnya, seorang perawat berdiri di sampingnya sambil tersenyum.“Iya Ners, ada apa?” tanya Amelia bingung.“Nona, hari sudah hampir gelap, Anda sepertinya ke mari sendirian, apa mau saya hubungi Tuan Barnes untuk menjemput Anda?”“Oh jangan Ners, jangan beritahu Papa,” pinta Amel, “saya ingin menginap di sini semalam saja, boleh ya, please …” Amelia memelas, membuat perawat itu tidak bisa menolak.“Baiklah, tapi sekarang saya akan melakukan pemeriksaan, sebaiknya Nona tunggu di luar dulu,” ucap sang perawat sambil tersenyum.“Baik, Ners.” Amelia pun berjalan ke luar, ia duduk di atas bangku yang ada di koridor ruang tunggu.Gadis kecil itu menelungkupkan wajahnya kedalam kedua telapak tangannya, pikirannya sangat kacau, ia bertekad ingin menginap di sini menemani Mommy yang selalu sendirian setiap malam. Tanpa ia sadari seseorang duduk disampingnya.“Apa yang kamu lakukan di sini, dear?” ujar Willy sambil menepuk lembut bahu Amelia, tentu saja gadis kecil itu kage
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status