All Chapters of Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku: Chapter 61 - Chapter 70

116 Chapters

Chapter 61. Berangkat ke London

Anna tersenyum untuk mengatasi kegugupannya. "Nggak apa-apa, Mas," sahut Anna seraya menggeleng. "Katakan saja love, apa yang mengganjal di hatimu?" desak Harry. "Mungkin aku sedikit nervous aja kali ya, Mas. Selain itu aku nggak pernah berpisah lama dengan orang tuaku." Harry tersenyum sambil merangkul bahu istrinya. "Aku bisa mengerti kegugupanmu, tapi nggak usah khawatir 2-3 kali dalam setahun kita akan datang ke sini." "Benarkah, Mas?" tanya Anna gembira. "Tentu," angguk Harry, "kan banyak urusan juga yang harus ditangani di sini." "Iya, Mas." Anna kini lebih tenang, "apakah kita akan tinggal selamanya di sana, Mas?" "Tentu my love," jawab Harry, "kenapa? apakah kamu ragu?" "Nggak, Mas. Bukannya ragu, aku hanya bingung bagaimana beradaptasi di negeri asing itu, apa yang harus aku lakukan." "Tenang saja hon, kamu kan nggak sendiri, ada aku disampingmu," ujar Harry, "selain itu nanny juga nanti akan menjelaskan sama kamu apa-apa yang harus kamu kerjakan." "Nanny?" Anna per
Read more

Chapter 62. Welcome To London

Mereka menggunakan penerbangan langsung dari Jakarta menggunakan pesawat GA. Maka setelah menempuh waktu selama tiga belas jam tiga puluh menit, akhirnya mereka tiba di London Heathrow, yang merupakan bandar udara tersibuk di Kerajaan Inggris Raya. Pukul delapan tiga puluh pagi waktu London, pesawat dari maskapai kebanggan Indonesia itu pun landing dengan mulus di London Heathrow. Amelia sangat takjub melihat situasi yang sibuk di bandara itu, ini adalah pertama kalinya ia menjejakan kaki di luar negeri. Namun begitu gadis kecil itu tidak canggung dengan bahasa di sana, karena Harry sudah membiasakan berbicara dengan bahasa Inggris kepada anak dan istrinya. Setelah mengurus segala sesuatunya, mereka segera menemui seseorang yang sudah menunggu mereka, seseorang yang sudah mereka kenal dengan baik. "Good morning Mr. and Mrs. Barnes, good morning Nona Muda. Ahaaa welcome to London!" sambut seorang lelaki bertubuh jangkung sambil merangkul Harry." "Thanks Bob!" jawab Harry, "udah lam
Read more

Chapter 63. Suasana Baru

Wanita paruh baya itu sangat cantik, ia tersenyum kepada Anna, namun tak berkata apa-apa."M-mommy ...?" Anna berujar ragu-ragu, ia ingat wajah wanita itu persis dengan foto yang dilihatnya.Wanita itu tersenyum dan mengangguk kepada Anna, baru saja Anna akan berdiri namun tiba-tiba wanita itu menghilang."Mommy!" teriak Anna tercekat..."Hon ... Honey ... bangun Hon," Harry membangunkan Anna. Wanita itu langsung bangun dan duduk, ia celingukan, ternyata mimpi."What's up my queen?" tanya Harry lembut, ia menyodorkan segelas air putih, "mimpi apa?"Anna menghela napas, lalu meneguk air di dalam gelas, "thank's Hubby." Harry meletakan gelas di meja, lalu duduk di sisi istrinya."Memangnya mimpi apa Hon? Harry mengulangi pertanyaannya, "tadi teriak-teriak panggil mommy."Anna menatap Harry. "Hubby, aku ... bertemu mommy ...""Benarkah?" tanya Harry sambil tersenyum, "terus kenapa teriak-teriak panggil mommy?"Anna tidak menjawab, tatapannya terpaut pada kursi malas yang berada di tep
Read more

Chapter 64. Daftar Sekolah

"Kalau itu Mama juga kurang paham sayang, nanti kita tanyakan sama Papa saja ya?" Anna mencoba menetralkan suasana, "oya, gimana kalau Amel mencoba baju-baju Amel sama Nanny?" "Baik, Ma. Mama temani Papa aja, sepertinya Papa sangat sedih." "Iya, sayang. Mama akan coba menenangkan Papa." Anna merasa sedikit lega, karena Amelia bisa mengerti. Amelia segera kembali ke kamarnya bersama Nanny, Anna pun segera ke kamarnya untuk melihat Harry. Harry duduk terdiam, matanya merah menahan tangis. Anna duduk dalam diam di sampingnya. "Di mana Amel, An?" tanya Harry pada akhirnya setelah keduanya terdiam cukup lama. "Di kamarnya, Aku meminta Amel untuk mencoba baju-baju barunya bersama Nanny." "Maafkan aku, sudah membuat kalian semua khawatir," kata Harry sambil menghela napas. "Hmm, tadi Amel memang bingung, dia kira Papa marah. Tapi sudah kujelaskan kalau Papa bukan marah, tapi sedih ingat masa lalunya. Dan Amel bisa mengerti, dia memintaku menemani Papa." "Amel memang anak yang gampang
Read more

Chapter 65. Teman Baru

Seseorang mengenakan jaket hoodie dan masker serta kacamata hitam sedang memperhatikan Harry dan keluarganya sedari mereka di restoran. Diam-diam orang itu mengambil foto Harry dan keluarganya, hal itu tak disadari baik oleh Harry maupun Anna.Sementara itu Harry asik berwisata bersama keluarga kecilnya itu, mereka mengunjungi beberapa objek wisata di London yang sangat terkenal, namun hal itu menjadi pengalaman pertama dan luar biasa terutama buat Amelia."Sekarang kita mau ke mana, Pa?" tanya Amelia antusias."Hmm, kita akan ke Big Ben terus melihat pemandangan seluruh kota London dari angkasa dengan naik ke London Eye.""Wah sepertinya menarik, Pa. Ayo kita ke sana." Amelia tidak sabar ingin mengunjungi tempat yang disebutkan Papanya tadi."Baik Tuan putri." Harry pun segera melajukan mobilnya ke tempat yang sudah ia rencanakan."London eye itu apa, Pa? kok namanya aneh?" celetuk Amelia yang masih penasaran."Oh, itu kincir angin raksasa sayang, yang dari atasnya kita bisa melihat
Read more

Chapter 66. Ziarah Ke Makam Keluarga

“Apa? David?” terdengar jawaban seorang lelaki di ujung telepon, “mimpi kamu, Reb. David sudah meninggal 8 tahun lalu.”“Ah, aku tidak salah lihat, itu David, suami Anne.” Wanita itu bersikeras.“Ok, coba kirim fotonya,” pinta lelaki itu.“Okay, aku kirim ke email kamu, kebetulan tadi aku mengambil foto mereka.”“Mereka?” tanya lelaki itu.“Yup, David bersama wanita lain dan seorang anak kecil, apa mungkin dia menikah lagi?”“Omong kosong! Biar aku cek email dulu.”“Jangan lama-lama, aku mau tidur.”“O My Gosh, babby, itu bukan David!” seru lelaki di ujung telepon.“Bukan David?” wanita itu terdiam, “tapi wajahnya sama dengan foto suami Anne yang kau kirim dulu, Tom.”“Iya tapi bukan. Itu adiknya David, Harrison.”“Harrison?” ulang wanita itu, “lalu perempuan itu istrinya?”“Ya, Harrison adalah satu-satunya penerus keluarga Barnes. Setelah 3 tahun kematian David dia meninggalkan Inggris dan menetap di luar negeri.” Lelaki yang dipanggil Tom itu terdiam, “mengenai perempuan itu aku tid
Read more

Chapter 67. Bertemu Mommy

Harry tersentak, spontan ia dan Anna saling memandang. Kini mereka baru ingat jika belum menuntaskan informasi mengenai Anne. Keduanya pun menghela napas berat.“Sayang, bukan begitu. Tentu saja Mommy Anna juga bagian keluarga Barnes.” Harry mencoba meluruskan.“Lalu kenapa tidak dimakamkan di sini? Di mana makam Mommy Anne?”Harry tidak menjawab, ia melirik Anna sekilas lalu masuk ke dalam mobil, Anna mengangguk lalu memeluk Amelia.“Sayang, yuk masuk dulu. Nanti papa akan ceritakan semuanya,” bujuk Anna. Amel mengangguk lalu masuk ke dalam mobil bersama Anna diikuti Nanny.Harry melajukan mobilnya meninggalkan area pemakaman, tak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya, seolah lelaki itu sedang mengumpulkan kekuatan untuk berbicara.Begitu pun Anna dan Amelia, keduanya pun terdiam menunggu apa yang akan dikatakana Harry. Sedangkan Nanny hanya menjalankan kewajibannya menjadi pendengar setia.“Sayang, maafkan Papa karena belum sempat menjelaskan mengenai Mommy Anne. Kemaren terlalu
Read more

Chapter 68. Makin Dekat

Gadis kecil itu tersenyum manis, matanya tertuju ke pintu yang tertutup. Perlahan ia menurunkan selimut lalu turun untuk mengambil ponselnya yang berada di meja. Ia mencari kontak teman barunya itu dan berniat untuk menghubungi, namun diurungkannya.Beberapa kali ia mencoba tapi diurungkan, hingga akhirnya ia memilih mengirim pesan singkat dibanding panggilan suara.[Hi Willy, Mamaku sudah mengizinkan. Jadi setengah 4 nanti aku akan datang, sampai jumpa]Setelah mengirimkan pesan singkat Amelia pun kembali merebahkan diri, tidak berapa lama gadis kecil itu tertidur dengan ponsel masih tergenggam di tangannya.Sedangkan Anna pergi menuju taman belakang, untuk menemani suaminya yang sedang duduk bersantai sambil membaca buku. Ia membawa 2 gelas orange juice dingin untuknya dan sang suami.“Amel sudah tidur, Hon?” tanya Harry setelah melihat Anna datang.“Sudah,” jawab Anna sambil menyodorkan gelas juice kepada suaminya.“Thank’s Honney,” ucap Harry sambil menerima gelas dari istrinya,
Read more

Chapter 69. Celah

“Kamu yakin Tom di rumah sakit ini?” tanya wanita itu Nampak ragu, sebelumnya mereka sudah mencari di beberapa rumah sakit, namun nihil. “Yep, sembilan puluh Sembilan persen yakin. Ini adalah rumah sakit besar dan mahal, banyak orang-orang kaya yang berobat di sini.” “Tapi tadi petugas yang di depan sana bilang tidak tahu mengenai pasien yang koma 8 tahun lalu.” Wanita itu sedikit bingung, “apa jangan-jangan informasinya salah, Tom? Bagaimana kalau memang Anne sudah mati.” “Informasi yang kudapat itu dapat dipercaya, Reb.” Lelaki yang dipanggil Tom itu berkilah, “atau kamu mau aku datang ke kediaman Barnes dan bertanya langsung pada Tuan Harrison?” “Jangan Tom, rencana aku bisa berantakan nanti,” sergah wanita itu sambil cemberut. “Rencana?” ulang Tom bingung, “kamu punya rencana apa Rebbeca?” “Tergantung, bagaimana nanti setelah aku melihat Anne.” “Reb, jangan berulah macam-macam. Anne sudah banyak mengalah sama kamu dan ibumu, makanya dia pergi jauh ke sini. Biarkan kakakmu i
Read more

Chapter 70. Rencana Tersembunyi

Wanita itu menatap lekat-lekat wajah Anne yang pucat dan terpejam, seulas seringai mengejek terlukis di wajahnya. “Anne yang malang, ternyata hanya sebegini hidupmu, dasar perempuan bodoh!” “Kamu lihat di sana. Sekarang perempuan lain yang menikmati kemewahan hidup di keluarga Barnes. Sedangkan kamu? Apa yang kamu lakukan di sini? Apa yang kamu dapat di sini? Cinta? Cinta suamimu yang sudah di neraka itu? Pergilah sana ke neraka! Susul suamimu, dasar pecundang!” Wanita itu kembali terdiam, wajahnya memerah menahan marah, tiba-tiba ia kembali menyeringai. “Seharusnya, kau kuasai itu kekayaan keluarga Barnes, kalau kakaknya mati, kan masih ada adiknya, dasar bodoh! Perempuan sampah!” makinya penuh amarah. “Tapi tenang Anne, kalau kamu tidak bisa dan tidak mau melakukannya, aku yang akan menggantikanmu.” Seulas senyum misterius terukir di bibir merahnya, ia menyentuh pipi pucat Anne dan mengusapnya, “kau akan jadi bidak caturku, Baby.” Perempuan itu terus berbalik, ia menghempaskan p
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status