Semua Bab Suami Dadakan Ibu Muda: Bab 71 - Bab 80

126 Bab

Niat Buruk

“Hari ini Anda bisa langsung pulang, Pak. Tapi, beberapa hari kedepan saya akan tetap memantau perkembangan kondisi Bapak,” ujar dokter yang baru saja selesai memeriksa Rama.“Terimakasih, Dok!” Rama dan Mawar berucap sopan.Setelah melepas infus yang ada di tangan Rama, dokter tersebut pun langsung keluar dari kamar rawat tersebut.“Yey! Yuk kita pulang!” Rama beranjak turun dari kasurnya.Namun, saat itu juga Mawar menahan tubuh Rama. “Tunggu dulu, Om Wira akan ke sini sebentar lagi, kita bisa pulang bersama dengan dia.”Rama mengangguk dan kembali duduk untuk menunggu Wira di sana.Beberapa saat setelahnya Wira pun datang, bersamaan dengan Eva yang baru saja mengajak Dio jalan-jalan ke sekitar rumah sakit tersebut.“Om pulang lebih awal, ada apa?” tanya Mawar seraya merapikan barang-barang Rama dan dirinya.“Sebenarnya ada hal yang ingin Om sampaikan kepada kalian dan ingin Om tanyakan juga kepada kalian,” ujar Wira. “Kita bisa bicara dalam perjalanan nanti, yuk!”Wira mengambil ta
Baca selengkapnya

Mangsa Baru

“Kamu jangan pergi!” Mawar menahan tangan Rama yang hendak turun dari mobil tersebut.“Kita bicara lagi nanti,” ujar Rama yang langsung menepis tangan Mawar dan turun dari mobil tersebut.Rama keluar dan menepi di pinggir jalan, membiarkan Wira pergi meninggalkannya di jalanan tersebut.Ia hanya tersenyum melihat Mawar yang memberontak dan berusaha keluar dari mobil tersebut, hanya saja ditahan oleh Wira dan Eva.“Tenanglah!” Rama mengucapkan dengan gerakan mulut yang ia perjelas agar Mawar bisa mengertinya.Mobil tersebut berlalu dan meninggalkan Rama yang masih terdiam. Ia duduk di pinggir jalan tersebut untuk menenangkan dirinya.“Kamu dan keluargamu tidak seharusnya mendapatkan perlakuan seperti ini, kalian tidak ada sangkut pautnya dalam dendam antara diriku dan Fran. Lebih baik aku menjauh agar kalian tidak lagi merasakan dendam itu,” ujar Rama.Rama yang belum sepenuhnya sembuh dari sakitnya hanya bisa duduk di sana. Ia ingin berjalan untuk mencari angkutan umum, tetapi ia mera
Baca selengkapnya

Ancaman dan Kelemahan

“Jangan berkata buruk tentang ibuku!” Fran menatap Rama dengan tatapan tajam.“Kenapa? Kamu tersinggung? Bukankah memang itu yang kamu dan ibumu inginkan?” tanya Rama.“Kami hanya ingin kebahagiaan!” tegas Fran.“Berbahagialah dengan apa yang kalian miliki saat ini, aku tidak akan mengambil alih semua itu dan akan aku buat papahku tetap ada di pihak kalian untuk membahagiakan kalian, tetapi tolong untuk lepaskan Mawar dari jeratan ini,” jelas Rama.Saat ini Rama sudah tidak peduli lagi dengan hidupnya, ia hanya ingin kehidupan Mawar dan keluarganya berjalan normal seperti sebelumnya. Tanpa kehadiran dirinya dan juga Fran.“Aku masih mencintai Mawar dan itu tidak memiliki alasan. Jika kamu memintaku berhenti untuk menjerat Mawar dalam dendam kita, aku siap. Namun, aku tidak siap jika diminta untuk menjauh dari Mawar,” ujar Fran.“Setelah apa yang kamu lakukan kepada Mawar, bagaimana bisa aku mempercayai bahwa saat ini kamu serius dan ingin benar-benar mencintai Mawar.” Rama menatap Fra
Baca selengkapnya

Makan Malam

“Bagaimana, kamu suka dengan menu makan malam ini?” Reynald menatap Hana dengan tatapan bertanya.“Iya, makanannya enak. Terima kasih Pah karena sudah menyajikan makanan kesukaanku untuk makan malam ini,” sahut Hana.“Jika kamu mau apa pun, katakan saja kepada Papah. Papah akan langsung memberikannya, anggap saja itu semua sebagai permintaan maaf Papah karena mengabaikanku selama satu tahun belakangan ini,” jelas Reynald.“Papah tidak perlu terlalu merasa bersalah denganku, aku hidup bahagia dengan Kak Rama selama satu tahun ini, kok,” ujar Hana.Reynald memegang tangan putrinya dan menatapnya dengan tatapan sedih. “Bersama Rama kamu memang merasakan kebahagiaan dari kasih sayang yang Rama berikan. Namun, Papah tau jika kehidupanku tidak benar-benar bahagia karena gaya hidup kalian berubah drastis pada saat itu. Maafkan, Papah. Ini semua tetap kesalahan Papah.”Hana hanya tersenyum tipis menanggapi hal itu. Memang benar apa yang papahnya katakan, ia tidak benar-benar bahagia.Biar bag
Baca selengkapnya

Menyerah

“Kenapa kamu tidak memberitahukan tentang Rama kepada saya?” Reynald menatap Agus dengan tatapan bertanya.“Maaf, Pak. Mas Rama sepertinya tidak ingin saya memberitahukan kepada Bapak tentang hal ini. Maka dari itu saya memilih diam agar Mas Rama juga tidak segan untuk menerima bantuan saya tadi,” jawab Agus.“Kamu tau jika tadi Fran ke sini?” tanya Reynald.“Tidak, Pak. Setelah mengantarkan Mas Rama saya langsung pergi dari sini dan saya tidak mengetahui jika Mas Fran pun datang ke sini,” jawab Agus.Reynald memejamkan matanya sebentar seraya menggeleng dengan wajah lelah. “Mana makanan yang saya suruh belikan tadi?”Agus langsung memberikan makanan yang suda ia belikan sebelumnya. Setelah itu Reynald langsung kembali masuk ke kosan tersebut.“Kakakmu mungkin belum makan, berikan ini kepadanya,” ujar Reynald seraya memberikan makanan tersebut kepada Hana.“Papah tidak mau masuk untuk melihat keadaan Kak Rama?” tanya Hana.“Jika Rama pun segan untuk bertemu dengan Pak Agus, sudah past
Baca selengkapnya

Mengubah Cerita

“Apa yang sebenarnya ingin Rama lakukan? Kenapa dia malah menyerahkan aku kepada Fran?” Mawar menunjukkan wajah bingung di sana.Saat ini ia sedang dalam perjalanan bersama dengan Sarah menuju kosan Rama. Ia tidak bisa menunggu lagi, ia harus segera mendapatkan penjelasan dari Rama.“Rama tau jika Fran adalah orang yang berbahaya untukku, lalu kenapa dia membiarkan hal itu terjadi?” tanya Mawar. “Apa Rama setega itu kepadaku?”“Aku yakin Rama tidak akan setega itu menyerahkan kamu kepada Fran, dia menyayangimu secara sungguhan, dari hatinya,” sahut Sarah.“Jika nanti Rama tidak mau bicara dan menjelaskan semua itu kepadaku, bagaimana?” tanya Mawar.“Rama pasti mau bicara denganmu, dia selalu nurut kepadamu, cara bicaramu yang selalu menenangkan pasti bisa menenangkan dirinya juga,” sahut Sarah.Mawar mengangguk dengan wajah khawatir. Antara tenang dan tidak dengan keadaan hubungannya dan Rama.Setelah beberapa saat perjalanan, mereka pun sampai di depan kosan Rama. Saat itu juga Mawar
Baca selengkapnya

Penolakan

“Kak, bagaimana keadaan Kak Rama hari ini?” tanya Hana saat Mawar baru saja keluar dari kamar Rama.“Rama sudah baik-baik saja,” jawab Mawar. “Maaf, ya. Kakak ketiduran semalam. Kakak tidak enak dengan kamu dan penghuni kos di sekitar sini.”“Tidak apa-apa, aku mengerti jika semalam Kakak sedang menenangkan Kak Rama, aku tidak masalah. Semalam juga Kak Sarah sudah mencoba bicara dengan penghuni kos sekitar sini kalau Kakak sedang menginap untuk menemaniku, bukan Kak Rama. Mereka mengerti dan tidak penasaran dengan Kakak, kok,” jelas Hana.Mawar tersenyum mendengar hal itu. Sejak bangun pagi tadi hatinya merasa tidak enak karena tidak sengaja tertidur di kosan Rama itu.“Bagaiman adengan hubungan kalian selanjutnya?” tanya Hana.“Hari ini niatnya Kak Rama akan kembali ke rumah Kakak, kita akan mencoba bicarakan segalanya baik-baik dengan keluarga Kakak. Semoga saja ada jalan keluar dan mereka mau menerima Kak Rama lagi, agar niat baik Kakak dan Kak Rama bisa berjalan dengan baik,” jela
Baca selengkapnya

Menjaga Keutuhan

“Jadi, sekarang kalian semua akan menentang hubunganku dengan Rama?” Mawar menunjukkan tatapan bertanya.Mereka semua diam dan menatap Mawar dan Rama dengan tatapan datar.“Baiklah, kalau begitu aku akan keluar dari rumah ini bersama dengan Rama,” ujar Mawar.Seketika mereka semua menatap Mawar dengan tatapan kaget, termasuk Rama yang ada di sebelah Mawar kala itu.“Mawar, jangan!” tegas Rama.“Aku mencintaimu, jika mereka tidak bisa menerimamu, maka sama saja mereka tidak menerimaku. Bahkan jika aku tega, aku bisa saja meminta mereka yang keluar dari rumah ini, sebab ini adalah rumah pribadiku,” jawab Mawar dengan tatapan tajam.“Mawar jaga bicaramu! Kami ini keluargamu! Tega kamu bicara seperti itu kepada kami!” kakek Mawar menatap Mawar dengan penuh amarah.“Kamu lebih memilih orang asing dibandingkan keluargamu sendiri? Apa ini didikan yang selama ini kita berikan kepadamu?” tegas Wira.“Apa yang kalian ajarkan kepadaku? Selama ini kalian hanya memberikan tekanan yang besar dalam
Baca selengkapnya

Hasil Pemeriksaan

“Kamu kenapa menunggu di luar?” Mawar menghampiri Rama yang berdiri di depan pintu rumah tersebut. “Ibu tidak mengatakan sesuatu yang menyakiti hatimu, kan?”“Tidak, aku hanya ingin menghirup udara segar, melihat sekitar rumah ini sebelum aku pergi meninggalkan rumah ini,” jawab Rama.Mawar hanya mengangguk, lalu ia memberikan Dio agar digendong oleh Rama.“Dio kangen ya dengan Papah?” Rama memeluk Dio dengan erat.Saat itu juga Dio terlihat sangat nyaman, ia menyandarkan tubuhnya ke tubuh Rama, ia tidak memberontak, ia menikmati pelukan itu.“Lihat, sepertinya Dio sangat nyaman denganmu, aku takut dia akan menangis jika kamu melepaskannya nanti dan pergi dari sini,” ujar Mawar.“Aku akan menidurkannya agar ketika aku pergi, dia tidak menangis,” sahut Rama. “Bisa kita bicara di taman saja? Agar Dio cepat tidur dan suasananya sedikit tenang untuk kita berdua.”Mawar mengangguk, lalu ia dan Rama berjalan ke taman belakang rumah tersebut. Di sana mereka berdua duduk, membiarkan angin seg
Baca selengkapnya

Untukmu

“Terima kasih karena telah mengantarkanku,” ujar Rama.“Pikirkan apa yang tadi aku bicarakan. Sekali lagi, jangan sampai kamu menyerah.” Tasya tersenyum lalu meninggalkan Rama di depan kosan tersebut.Rama hanya terdiam, setelahnya ia pun pergi memasuki kosannya dan beristirahat di kamarnya.Tangannya masih memegang kertas hasil pemeriksaan tersebut, ia belum membukanya sejak tadi.“Apa harus aku mengetahui hasilnya? Atau aku berikan saja kepada Hana agar dia yang mengetahui dan mengurusnya?” Rama menunjukkan wajah bingung.Rama diam memperhatikan kertas hasil pemeriksaan itu, ia bingung harus membukanya atau tidak. Di satu sisi ia merasa penasaran, di satu sisi ia malas untuk mengetahui hal tersebut.Ia terus memperhatikan kertas tersebut, sampai ia yakin dan membuka kertas tersebut. Ia kesal karena dirinya yang tidak bisa konsisten dengan keputusannya sendiri.Ia membuka kertas tersebut dan membaca hasil pemeriksaan papahnya. “Penyakit jantung?”Matanya membelalak saat melihat perny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status