“Kak, bagaimana keadaan Kak Rama hari ini?” tanya Hana saat Mawar baru saja keluar dari kamar Rama.“Rama sudah baik-baik saja,” jawab Mawar. “Maaf, ya. Kakak ketiduran semalam. Kakak tidak enak dengan kamu dan penghuni kos di sekitar sini.”“Tidak apa-apa, aku mengerti jika semalam Kakak sedang menenangkan Kak Rama, aku tidak masalah. Semalam juga Kak Sarah sudah mencoba bicara dengan penghuni kos sekitar sini kalau Kakak sedang menginap untuk menemaniku, bukan Kak Rama. Mereka mengerti dan tidak penasaran dengan Kakak, kok,” jelas Hana.Mawar tersenyum mendengar hal itu. Sejak bangun pagi tadi hatinya merasa tidak enak karena tidak sengaja tertidur di kosan Rama itu.“Bagaiman adengan hubungan kalian selanjutnya?” tanya Hana.“Hari ini niatnya Kak Rama akan kembali ke rumah Kakak, kita akan mencoba bicarakan segalanya baik-baik dengan keluarga Kakak. Semoga saja ada jalan keluar dan mereka mau menerima Kak Rama lagi, agar niat baik Kakak dan Kak Rama bisa berjalan dengan baik,” jela
“Jadi, sekarang kalian semua akan menentang hubunganku dengan Rama?” Mawar menunjukkan tatapan bertanya.Mereka semua diam dan menatap Mawar dan Rama dengan tatapan datar.“Baiklah, kalau begitu aku akan keluar dari rumah ini bersama dengan Rama,” ujar Mawar.Seketika mereka semua menatap Mawar dengan tatapan kaget, termasuk Rama yang ada di sebelah Mawar kala itu.“Mawar, jangan!” tegas Rama.“Aku mencintaimu, jika mereka tidak bisa menerimamu, maka sama saja mereka tidak menerimaku. Bahkan jika aku tega, aku bisa saja meminta mereka yang keluar dari rumah ini, sebab ini adalah rumah pribadiku,” jawab Mawar dengan tatapan tajam.“Mawar jaga bicaramu! Kami ini keluargamu! Tega kamu bicara seperti itu kepada kami!” kakek Mawar menatap Mawar dengan penuh amarah.“Kamu lebih memilih orang asing dibandingkan keluargamu sendiri? Apa ini didikan yang selama ini kita berikan kepadamu?” tegas Wira.“Apa yang kalian ajarkan kepadaku? Selama ini kalian hanya memberikan tekanan yang besar dalam
“Kamu kenapa menunggu di luar?” Mawar menghampiri Rama yang berdiri di depan pintu rumah tersebut. “Ibu tidak mengatakan sesuatu yang menyakiti hatimu, kan?”“Tidak, aku hanya ingin menghirup udara segar, melihat sekitar rumah ini sebelum aku pergi meninggalkan rumah ini,” jawab Rama.Mawar hanya mengangguk, lalu ia memberikan Dio agar digendong oleh Rama.“Dio kangen ya dengan Papah?” Rama memeluk Dio dengan erat.Saat itu juga Dio terlihat sangat nyaman, ia menyandarkan tubuhnya ke tubuh Rama, ia tidak memberontak, ia menikmati pelukan itu.“Lihat, sepertinya Dio sangat nyaman denganmu, aku takut dia akan menangis jika kamu melepaskannya nanti dan pergi dari sini,” ujar Mawar.“Aku akan menidurkannya agar ketika aku pergi, dia tidak menangis,” sahut Rama. “Bisa kita bicara di taman saja? Agar Dio cepat tidur dan suasananya sedikit tenang untuk kita berdua.”Mawar mengangguk, lalu ia dan Rama berjalan ke taman belakang rumah tersebut. Di sana mereka berdua duduk, membiarkan angin seg
“Terima kasih karena telah mengantarkanku,” ujar Rama.“Pikirkan apa yang tadi aku bicarakan. Sekali lagi, jangan sampai kamu menyerah.” Tasya tersenyum lalu meninggalkan Rama di depan kosan tersebut.Rama hanya terdiam, setelahnya ia pun pergi memasuki kosannya dan beristirahat di kamarnya.Tangannya masih memegang kertas hasil pemeriksaan tersebut, ia belum membukanya sejak tadi.“Apa harus aku mengetahui hasilnya? Atau aku berikan saja kepada Hana agar dia yang mengetahui dan mengurusnya?” Rama menunjukkan wajah bingung.Rama diam memperhatikan kertas hasil pemeriksaan itu, ia bingung harus membukanya atau tidak. Di satu sisi ia merasa penasaran, di satu sisi ia malas untuk mengetahui hal tersebut.Ia terus memperhatikan kertas tersebut, sampai ia yakin dan membuka kertas tersebut. Ia kesal karena dirinya yang tidak bisa konsisten dengan keputusannya sendiri.Ia membuka kertas tersebut dan membaca hasil pemeriksaan papahnya. “Penyakit jantung?”Matanya membelalak saat melihat perny
“Untukku? Keluarga kita? Atau demi kebahagiaan Papah sendiri?” Rama menatap Reynald dengan tatapan penuh tanya.“Dulu Papah berpikir bahwa harta adalah segalanya. Papah ingin memberikan yang terbaik untuk kalian, Papah tidak ingin mengajak ibumu hidup susah, dan ibumu pun tidak ingin kamu dan Hana merasakan kesulitan. Maka, Papah menghalalkan segala cara untuk tetap mempertahankan perusahaan,” jelas Reynald.“Ibu terlibat dalam hal ini?” tanya Rama.“Ibumu mengetahuinya, tetapi setelah beberapa waktu Papah melakukannya. Dia tidak membongkar keburukan Papah karena dia pun setuju dengan pemikiran Papah untuk tetap membahagiakan kalian dengan harta dan kekayaan yang Papah berikan,” jawab Reynald.Rama tertawa pelan mendengar hal itu. Ia tidak menyangka jika keluarganya seperti itu. Selama ini ia pikir keluarganya adalah orang baik, ternyata tidak. “Aku kecewa dengan kalian.”“Papah tau jika kamu dan Hana akan sangat kecewa jika mengetahui kebenaran ini, maka selama ini Papah menyimpannya
“Kalau begitu Papah pulang dulu, ya. Kami pikirkanlah tentang tawaran Papah, beritahukan kepada Papah jika kamu setuju dengan hal itu. Papah harap kamu secepatnya bisa mengambil keputusan,” ujar Reynald. Rama hanya mengangguk, sedangkan Reynald langsung berpamitan dan pergi dari area kosan tersebut. Setelah Reynald pergi meninggalkan kosan itu, ia pun kembali masuk dan mengunci kosan tersebut dari dalam. Di sana ia memperhatikan makanan dan beberapa barang yang dibawakan oleh papahnya tadi, ia melihat perhatian dari papahnya saat itu. “Ini bukan pertama kalinya perhatian ini dia berikan, sudah kesekian kalinya, tetapi aku masih belum bisa meluluh dengan semua perhatian ini,” gumam Rama. Rama kembali membuka laporan hasil pemeriksaan papahnya yang ada di sakunya, ia membaca laporan tersebut dan kembali memikirkan tentang keadaan papahnya. Saat itu ia melihat nama dokter yang tertera di laporan hasil pemeriksaan tersebut, sepertinya ia harus menemui dokter tersebut untuk mengetahu
“Kamu kenapa masih di sini?” tanya Rama yang baru keluar dari kamarnya.Tadi, setelah makan siang dan berbicara serius dengan Mawar, ia diminta untuk beristirahat. Hal itu juga karena keadaan tubuhnya belum begitu sehat.Ia baru keluar dari rumah sakit dan ia langsung dihadapkan dengan banyak pilihan dan pikiran yang berat. Maka, ia membutuhkan istirahat yang cukup untuk mengembalikan energi dalam dirinya.“Aku tidak mungkin membiarkanmu sendiri, apalagi kamu sedang istirahat tadi,” jawab Mawar. “Hari ini juga tidak ada kegiatan penting yang harus aku hadiri, jadi aku bisa menemanimu di sini.”“Bagaimana dengan Dio? Dia rewel tidak setelah bangun tidur tadi?” tanya Rama.“Dia sempat menangis tadi, tapi sekarang sudah lebih baik. Ibu dan Om Wira mengajaknya jalan-jalan, mereka bilang bahwa mereka bisa dekat dengan Dio dan bisa mengatasi Dio tanpa kamu,” jawab Mawar.Rama hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Ia duduk di sebelah Mawar dan merangkul Mawar.“Aku ingin sekali berjuang untu
“Kakak akan pergi ke mana?” tanya Hana. “Apa aku tidak boleh ikut? Aku bosan sendirian di sini.”“Kakak ingin menyelesaikan sesuatu, ini kepentingan yang kamu tidak boleh tau, rahasia Kakak dan Kak Mawar,” jawab Rama dengan wajah meledek.Hana langsung memasang wajah kesal dan menatap Rama dengan tatapan sinis. “Kalian pergi dan Papah tidak bisa datang untuk menemaniku, kalian tega meninggalkanku sendiri di sini.”“Biasanya juga kamu sendirian di kosan,” sahut Rama. “Jangan manja! Kakak tidak lama, hanya beberapa saat saja.”Hana menarik napas panjang dan mengangguk, tentu masih dengan wajah kesalnya karena ditinggal sendirian malam itu.Setelah beberapa
Sore ini Rama dan Reynald sudah kembali ke apartemen mereka setelah melewati hari panjang dan penuh dengan penyelesaiaan masalah ini.Mereka berdua langsung duduk di ruang tengah untuk bersantai sejenak dan mengistirahatkan tubuhnya.Saat mereka sedang duduk bersama di sana, Rama bergeser ke sebelah Reynald dan memeluknya dengan erat.“Pah, terima kasih atas segalanya,” ujar Rama.Reynald yang mendapati hal itu pun langsung menatap putranya dengan tatapan bingung.“Selama ini Papah selalu sabar menghadapiku, Papah tidak pernah marah kepadaku, meski perlakuanku kepada Papah sangatlah tidak pantas. Papah tetap berjuang untuk hubungan kita, Papah tidak pernah menyerah menghadapiku. Bahkan, di saat aku berlaku kasar kepada Papah dan menyakiti Papah dalam keadaan tidak sadar, Papah menerimanya dan malah menyayangiku lebih dari sebelumnya,” jelas Rama.“Kamu anak Papah, sudah sepatutnya Papah menyayangimu. Kamu tidak pernah menyakiti Papah,” ucap Reynald.Rama mendongak dan tersenyum kepada
Saat ini Rama dan Reynald sudah berkumpul dengan beberapa klien yang bekerja sama dengan perusahaannya. Mereka semua melakukan rapat tertutup di kantor mereka agar tidak ada orang yang tidak diizinkan masuk ikut dalam rapat tersebut.“Terima kasih karena Bapak-Bapak semua sudah berkumpul dan menyempatkan waktu untuk hadir dalam rapat kali ini. Sebelumnya saya meminta maaf karena mengundang kalian secara dadakan pada rapat kali, sebab ada beberapa hal penting yang harus kita bicarakan,” ujar Reynald langsung membuka pembicaraan.“Pak Reynald tidak akan mengadakan rapat dadakan seperti ini jika keadaannya tidak begitu genting. Untuk itu, Bapak bisa langsung jelaskan saja apa yang sebenarnya terjadi?” Salah satu kliennya menatap penuh tanya.Saat ini semua orang di ruangan itu memasang wajah penasaran dan penuh ketegangan. Pasalnya, rapat tersebut tidak akan diadakan tanpa keadaan mendesak.“Ada berita buruk dari perusahaan kami, salah pimpinan di perusahaan kami, Fran telah melakukan su
Saat ini Rama dan Mawar sedang dalam perjalanan menuju Bandung. Sebentar lagi mereka akan masuk tol untuk pergi keluar kota dan menuju Bandung.Selama perjalanan itu Rama hanya diam dengan tatapan kosong ke depan, sedangkan Mawar fokus menyetir mobil tersebut.Beberapa saat setelahnya tiba-tiba Rama memegang tangan Mawar. “Kita putar balik.”Mawar yang mendengar hal itu tentu langsung menoleh dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Ada masalah apa?” tanya Mawar.“Ada hal yang harus kita selesaikan,” jawab Rama.Mawar yang masih tidak mengerti dengan ucapan Rama pun mengerutkan keningnya dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Di depan kita putar balik saja!” suruh Rama.Mawar yang masih dalam keadaan bingung hanya bisa mengangguk. Ia masih melajukan mobilnya dan saat bertemu dengan tempat putar balik, ia langsung memutar balikan mobilnya dan melajukan kembali mobil tersebut ke arah apartemen tempat Rama tinggal.Saat ini yang bisa Mawar lakukan hanya mengikuti perintah Rama. Ia ti
“Om! Rama ingin tetap pergi untuk menenangkan diri, tetapi Om tenang saja karena aku akan pergi bersama dengannya. Rama sudah berjanji denganku kalau dia mau pergi denganku dan dia akan kembali nantinya jika dia sudah lebih baik,” ujar Mawar.Reynald yang mendapatkan berita baik itu pun langsung tersenyum senang. Akhirnya ada cara untuk membuat putranya kembali memiliki keinginan untuk bertahan.“Om ada sebuah vila di Bandung, kalian bisa pergi ke sana untuk menenangkan diri. Vila itu terletak di desa, jadi suasananya akan jauh lebih tenang dan segar untuk kalian menjernihkan pikiran,” sahut Reynald.“Baiklah, Om. Aku akan membawa Rama ke sana, mungkin aku perlu waktu beberapa hari untuk menenangkan Rama di sana dan nantinya kami akan kembali dan melanjutkan rencana yang sudah kita buat sebelumnya,” ucap Mawar.“Tolong jaga Rama, saat ini hanya kamu yang bisa dekat dan berbicara baik-baik kepadanya. Jadi, bantu Om untuk membuatnya memiliki ambisi untuk hidup dan membuatnya kembali sep
“Rama! Kamu sudah bangun?” Wulan mengetuk-ngetuk pintu kamar Rama.Tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut, sehingga Wulan langsung langsung saja masuk ke dalam kamar tersebut.Wulan masuk ke kamar tersebut dan langsung melihat Rama yang sudah menggunakan pakaian rapi dan membawa tas juga kopernya.“Rama kamu mau ke mana?” Wulan menghampirinya dengan tatapan khawatir.Rama hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya fokus membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di meja kamar tersebut.“Rama, kamu yakin mau pergi? Kamu yakin mau meninggalkan keluargamu ini?” tanya Wulan.Rama masih tidak menjawab, sehingga Wulan langsung memegang tangan Rama dan menahan dirinya untuk berhenti membereskan barang-barang tersebut.“Rama, Tante sudah bilang jika kita harus membicarakan hal ini dulu, kamu tidak boleh langsung pergi seperti ini. Kamu akan membuat papahmu dan semua orang yang dekat denganmu khawatir jika kamu pergi seperti ini,” ujar Wulan.“Aku baik-baik saja,
“Wulan, bagaimana keadaan Rama setelah kamu lakukan pemeriksaan tadi?” tanya Reynald. “Keadaannya cukup parah, sama seperti keadaannya satu tahun lalu,” jawab Wulan. “Tapi, aku menemukan fakta bahwa dia masih memiliki kelemahan untuk kita gunakan agar dia tidak membahayakan dirinya sendiri.”Reynald yang mendengar hal itu langsung menatap Wulan dengan tatapan bertanya. Ia sangat penasaran dengan kelemahan Rama itu.“Dia masih memikirkan kalian, saat aku membahas tentang bagaimana kalian ketika dia pergi, dia terdiam, seolah berpikir mengenai apa yang aku tanyakan. Semua itu menunjukkan bahwa dia masih peduli kepada kalian dan ini kesempatan kita untuk tetap mempertahankannya,” jelas Wulan.“Selanjutnya, langkah apa yang harus aku ambil untuk menangani masalah ini?” tanya Reynald.“Saat ini kita bisa menahan Rama dengan cara kalian yang kembali bergantung kepadanya. Semakin dia merasa dibutuhkan, maka ada kemungkinan dia akan bertahan dan kembali seperti semula,” jelas Wulan. “Yang pa
“Mawar, kamu sudah lama menunggu?” Tasya datang menghampiri Mawar yang sudah menunggunya di sebuah kafe dekat tempat tinggal mereka.“Belum, aku juga baru datang beberapa menit lalu,” jawab Mawar. “Duduklah!”Tasya duduk di sana, lalu ia menatap Mawar dengan tatapan bertanya. Sepertinya ada hal penting yang ingin Mawar bicarakan, sampai ia mengajaknya bertemu.“Kamu tau tentang penyakit mental Rama sebelumnya?” tanya Mawar.“Aku tau, sebab pada saat itu aku sudah ikut dan dekat dengan Pak Reynald,” jawab Tasya.“Sebenarnya apa yang terjadi kepada Rama saat itu? Apa Rama tidak mengingat sedikitpun kejadian tentang hari itu?” tanya Mawar.
“Rama sudah lebih tenang sekarang, Dokter bisa masuk untuk menemuinya,” ujar Edo. “Saya akan berjaga di sini. Panggil saja jika terjadi sesuatu.”“Saya hanya akan mengajak Rama mengobrol baik-baik saja, kalian tenanglah dan jangan masuk dulu sebelum saya izinkan, takutnya itu mengganggu emosi Rama,” ujar seorang dokter perempuan yang merupakan seorang psikiater Rama.“Wulan, saya mohon sembuhkan Rama seperti dulu, saya menaruh harapan besar padamu,” ujar Reynald.“Kamu tenang saja, saya sudah menghadapi Rama sejak dia masih kecil, saya akan coba untuk menyembuhkannya kembali kali ini,” ujar dokter perempuan itu.Reynald mengangguk, lalu ia membiarkan Wulan masuk ke kamar tempat Rama berada.Di dalam sana ia langsung mendekat ke arah Rama yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.“Rama, kamu ingat dengan Tante?” tanya Wulan.Rama menatap Wulan dengan lamat, mencoba mengenalinya, tetapi ia tidak bisa mengingat wajah perempuan yang ada di depannya itu.“Tante temannya ibumu, orang yang
“Mawar, saat ini Om benar-benar takut akan keadaannya. Saat melihatnya menangis dengan wajah yang menunjukkan raut kekacauan, Om takut jika Rama kembali seperti dulu,” ujar Reynald.“Rama pasti akan baik-baik saja, Om, aku yakin. Saat ini dia hanya sedang stres karena terlalu banyak berpikir, jika Om bisa memberikan pengertian kepadanya tentang apa yang ia kira buruk tentang dirinya, aku yakin dia akan perlahan-lahan mengerti dan kembali lagi seperti biasanya,” jelas Mawar.Reynald menarik napas panjang dan tersenyum tipis. “Om mengerti apa yang Rama pikirkan. Selama ini dia menganggap dirinya sudah sangat sempurna dengan semua hal yang dia usahakan untuk adiknya dan untuk dirinya sendiri. Namun, kenyataan bahwa segalanya tidak sesuai sangat menghantam dirinya dan membuatnya kecewa dengan dirinya sendiri.”“Saat ini Rama hanya perlu dukungan dan pengertian, dia yang merasa tidak berguna harus mendapatkan pengakuan bahwa sebenarnya dirinya sudah hebat karena bertahan sejauh ini. Dan, p