“Kakak akan pergi ke mana?” tanya Hana. “Apa aku tidak boleh ikut? Aku bosan sendirian di sini.”“Kakak ingin menyelesaikan sesuatu, ini kepentingan yang kamu tidak boleh tau, rahasia Kakak dan Kak Mawar,” jawab Rama dengan wajah meledek.Hana langsung memasang wajah kesal dan menatap Rama dengan tatapan sinis. “Kalian pergi dan Papah tidak bisa datang untuk menemaniku, kalian tega meninggalkanku sendiri di sini.”“Biasanya juga kamu sendirian di kosan,” sahut Rama. “Jangan manja! Kakak tidak lama, hanya beberapa saat saja.”Hana menarik napas panjang dan mengangguk, tentu masih dengan wajah kesalnya karena ditinggal sendirian malam itu.Setelah beberapa
“Semua berkas itu ada di flashdisk ini, peganglah!” Rama memberikan sebuah flashdisk kepada Reynald. “Semua berkas yang berkaitan dengan perusahaan Papah sudah aku hilangkan dari perangkat-repangkatku, hanya ada di flashdisk itu dan flashdisk itu aku serahkan kepada Papah. Terserah Papah mau melakukan apa dengan flashdisk tersebut.” “Siapa saja yang sudah menerima berkas semacam ini?” tanya Reynald. “Belum ada orang lain yang menerima berkas itu, hanya Papah. Aku memang belum menyebarkannya dan aku harap dengan ini Papah bisa memperbaiki segalanya yang bisa Papah perbaiki dalam waktu dekat ini. Apa yang telah terjadi sebelumnya tidak bisa kita ubah, tetapi kita bisa memperbaiki apa yang ada sekarang, setidaknya jaga mereka agar tidak mengetahui tentang hal ini,” jelas Rama. “Memperbaiki suatu kesalahan yang besar bukanlah hal mudah, tidak mungkin semuanya bisa diselesaikan dalam waktu yang singkat, semuanya butuh waktu dan mungkin akan sangat lama, dan belum tentu bisa diselesaikan
“Usia Dio memang masih kecil, tetapi hatinya sangat perasa, dia merindukanmu sampai dia tidak bisa lepas darimu,” ujar Mawar.“Dia hanya sedikit manja denganku, mungkin terbiasa karena beberapa waktu lalu selalu ada di dekatku,” sahut Rama. “Mungkin selanjutnya aku tidak bisa sering-sering ada di dekatnya, kasihan jika dia harus aku bawa keluar malam hari seperti ini hanya karena dia tidak bisa tidur.”Saat ini Rama dan Mawar sedang berjalan-jalan sekitar komplek perumahan tersebut.Waktunya sudah cukup malam, tetapi mau tidak mau mereka harus melakukan itu. Sebab, Rama tidak bisa ada di sekitar rumah Mawar, sedangkan Dio menginginkan Rama untuk ada di pelukannya.“Besok pengasuhnya akan kembali, aku tidak tau dia bisa mengatasi hal ini atau tidak. Tapi, yang aku inginkan, kamu tetap sesekali menemuinya agar dia tidak merasa kehilangan sosok kamu,” ujar Mawar.“Jujur, jika aku berpisah dengannya, bukan hanya dia yang akan merasa kehilangan, tetapi aku pun akan merasa kehilangan.” Rama
“Kak, ayo sarapan dulu!” Hana memanggil kakaknya yang masih ada di dalam kamarnya.Saat itu juga Rama langsung keluar dari kamarnya, ketika itu juga ia menunjukkan wajah bingung seraya memegang tasnya.“Kamu merapikan tas Kakak semalam?” tanya Rama.“Iya, semalam aku bosan, jadi aku rapikan tas Kakak dan aku siapkan semua berkas yang Kakak butuhkan hari ini,” jawab Hana yang masih fokus menyiapkan sarapan untuknya dan Rama.“Kamu menyiapkan semua ini? Termasuk berkas-berkas untuk laporan beasiswa Kakak?” Rama menatap Hana dengan tatapan bingung. “Dari mana kamu mengetahui tentang berkas-berkas ini?”Hana menghentikan aktivitasnya dan menatap Rama dengan tatapan kaget. “Aku terbiasa melihat Kakak merapikan berkas-berkas itu, dan aku mengingat semuanya. Jadi, aku merapikannya tadi malam karena hari ini sesuai yang aku ingat Kakak akan melakukan laporan tersebut, kan?”Rama hanya mengangguk dengan tatapan yang masih meragukan jawaban dari adiknya.“Sudahlah, aku hanya tidak ingin Kakak t
“Masulah! Ini ruanganmu!” suruh Reynald seraya membuka pintu sebuah ruangan yang ada di sebelah ruangannya.Rama masuk ke dalam ruangan tersebut dan mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan tersebut.Di dalam sana ia menemukan banyak kenangan yang sudah lama tidak ia lihat. Foto-foto kebersamaan keluarganya terpasang di sana.“Ruangan ini adalah ruangan ibumu dulu. Setelah dia tidak lagi bekerja di perusahaan ini, dia meminta untuk ruangan ini tidak ditempati oleh siapa pun, hanya kamu yang boleh menempatinya,” ujar Reynald.“Itu kan hanya keinginan Ibu, kenapa Papah tidak menentangnya? Papah bisa saja kan menggunakan ruangan ini untuk hal lain?” Rama menatap papahnya dengan tatapan bertanya.“Sebab Papah pun ingin kamu yang menempati ruangan ini. Ruangan ini memiliki banyak kenangan dan Papah ingin kamu yang menerima dan menyaksikan semua kenangan ini. Semua ini sudah Papah siapkan untukmu sejak lama,” jelas Reynald.Rama mendekat ke arah meja kerja yang ada di sana, lalu ia menga
“Wow! Sepertinya rencanamu terdengar sangat lancar, ya?” Rama tertawa kecil. “Tapi, aku tidak akan membiarkan semua hal itu terjadi. Mawar tidak akan kembali lagi kepadamu dan yang kamu dapatkan hanyalah kehancuran.”“Seyakin itukah kamu?” Fran ikut tertawa.“Tentu saja, kebaikan akan selalu mengalahkan kejahatan!” tegas Rama.“Kalau begitu, aku akan menunggu hal itu. Mari kita sama-sama melakukan rencana kita dan saling menghancurkan. Kita lihat saja siapa yang akan menang nantinya.” Fran mengulurkan tangan ke arah Rama.Rama langsung menerima salaman tersebut dengan tatapan tajam kepada Fran.Saat mereka saling melemparkan tatapan sengit, seseorang mengetuk pintu dan masuk, memecahkan kedinginan di antara mereka.“Maaf, Pak. Saya ingin memberikan beberapa berkas yang harus Bapak pelajari,” ucap orang tersebut.Saat orang tersebut masuk ke dalam ruangan tersebut, Fran langsung keluar dari ruangan itu, meninggalkan Rama dan seorang staf tersebut.“Ada apa?” Rama kembali memasang senyu
“Sepertinya sudah cukup pembicaraan kita hari ini, saya sudah melaporkan semuanya,” ujar Wahyu. “Saya tidak bisa tinggal lebih lama lagi, setelah ini masih ada beberapa hal yang harus saya selesaikan.”“Terima kasih atas penjelasannya, semoga proyek kita ini bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan untuk mensukseskan proyek ini.” Reynald menyalami Wahyu yang hendak pergi.Setelah mereka berdua bersalaman, kini giliran Rama. Wahyu mengulurkan tangannya ke arah Rama, sedangkan Rama hanya menatapnya dengan tatapan dingin.“Pak, sudahi apa yang Bapak berikan,” ucap Rama.Seketika Wahyu dan Reynald langsung saling tatap. Sebenarnya mereka akan memperkirakan hal tersebut akan terjadi jika Rama sudah mengetahui kebenaran tentang beasiswa tersebut.“Om sudah daftarkan kamu sampai lulus nanti, tidak perlu diberhentikan, kamu bisa terus menggunakannya,” ujar Wahyu.“Aku tidak mau menerima semua itu lagi. Jika semua itu tidak dihentikan, maka biarkan saja aku berhenti kuliah,” sahut Ra
“Pak Wahyu, apa yang Bapak maksud tadi?” tanya Rama pada Wahyu yang berjalan di depannya. “Sepenasaran itu kah kamu sampai mengikuti saya sekarang?” Wahyu tertawa kecil seraya menghentikan langkahnya.“Iya, saya penasaran dengan cerita itu. Saya sudah mengatakan jika saya membutuhkan banyak informasi, terutama dari orang seperti Anda,” sahut Rama. “Bapak mau kan ceritakan semua itu kepada saya?”Wahyu mengangguk. “Saya akan ceritakan semuanya, tapi sekarang kita makan siang dulu, sudah waktunya istirahat. Kita bicarakan ini setelah makan siang saja.”“Sekarang saja, sekalian makan siang. Bapak mau makan di mana? Saya ikut!” Rama menunjukkan tatapan antusias.Wahyu tertawa kecil melihat antusias Rama yang sangat tinggi. “Saya akan makan di kantin, apa kamu mau makan di kantin dengan saya?”“Tidak masalah,” sahut Rama. “Ayo kita ke kantin!”Rama langsung mengikuti Wahyu pergi menuju kantin yang ada di perusahaan tersebut.Sesampainya di kantin tersebut, mereka langsung memesan makanan
Sore ini Rama dan Reynald sudah kembali ke apartemen mereka setelah melewati hari panjang dan penuh dengan penyelesaiaan masalah ini.Mereka berdua langsung duduk di ruang tengah untuk bersantai sejenak dan mengistirahatkan tubuhnya.Saat mereka sedang duduk bersama di sana, Rama bergeser ke sebelah Reynald dan memeluknya dengan erat.“Pah, terima kasih atas segalanya,” ujar Rama.Reynald yang mendapati hal itu pun langsung menatap putranya dengan tatapan bingung.“Selama ini Papah selalu sabar menghadapiku, Papah tidak pernah marah kepadaku, meski perlakuanku kepada Papah sangatlah tidak pantas. Papah tetap berjuang untuk hubungan kita, Papah tidak pernah menyerah menghadapiku. Bahkan, di saat aku berlaku kasar kepada Papah dan menyakiti Papah dalam keadaan tidak sadar, Papah menerimanya dan malah menyayangiku lebih dari sebelumnya,” jelas Rama.“Kamu anak Papah, sudah sepatutnya Papah menyayangimu. Kamu tidak pernah menyakiti Papah,” ucap Reynald.Rama mendongak dan tersenyum kepada
Saat ini Rama dan Reynald sudah berkumpul dengan beberapa klien yang bekerja sama dengan perusahaannya. Mereka semua melakukan rapat tertutup di kantor mereka agar tidak ada orang yang tidak diizinkan masuk ikut dalam rapat tersebut.“Terima kasih karena Bapak-Bapak semua sudah berkumpul dan menyempatkan waktu untuk hadir dalam rapat kali ini. Sebelumnya saya meminta maaf karena mengundang kalian secara dadakan pada rapat kali, sebab ada beberapa hal penting yang harus kita bicarakan,” ujar Reynald langsung membuka pembicaraan.“Pak Reynald tidak akan mengadakan rapat dadakan seperti ini jika keadaannya tidak begitu genting. Untuk itu, Bapak bisa langsung jelaskan saja apa yang sebenarnya terjadi?” Salah satu kliennya menatap penuh tanya.Saat ini semua orang di ruangan itu memasang wajah penasaran dan penuh ketegangan. Pasalnya, rapat tersebut tidak akan diadakan tanpa keadaan mendesak.“Ada berita buruk dari perusahaan kami, salah pimpinan di perusahaan kami, Fran telah melakukan su
Saat ini Rama dan Mawar sedang dalam perjalanan menuju Bandung. Sebentar lagi mereka akan masuk tol untuk pergi keluar kota dan menuju Bandung.Selama perjalanan itu Rama hanya diam dengan tatapan kosong ke depan, sedangkan Mawar fokus menyetir mobil tersebut.Beberapa saat setelahnya tiba-tiba Rama memegang tangan Mawar. “Kita putar balik.”Mawar yang mendengar hal itu tentu langsung menoleh dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Ada masalah apa?” tanya Mawar.“Ada hal yang harus kita selesaikan,” jawab Rama.Mawar yang masih tidak mengerti dengan ucapan Rama pun mengerutkan keningnya dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Di depan kita putar balik saja!” suruh Rama.Mawar yang masih dalam keadaan bingung hanya bisa mengangguk. Ia masih melajukan mobilnya dan saat bertemu dengan tempat putar balik, ia langsung memutar balikan mobilnya dan melajukan kembali mobil tersebut ke arah apartemen tempat Rama tinggal.Saat ini yang bisa Mawar lakukan hanya mengikuti perintah Rama. Ia ti
“Om! Rama ingin tetap pergi untuk menenangkan diri, tetapi Om tenang saja karena aku akan pergi bersama dengannya. Rama sudah berjanji denganku kalau dia mau pergi denganku dan dia akan kembali nantinya jika dia sudah lebih baik,” ujar Mawar.Reynald yang mendapatkan berita baik itu pun langsung tersenyum senang. Akhirnya ada cara untuk membuat putranya kembali memiliki keinginan untuk bertahan.“Om ada sebuah vila di Bandung, kalian bisa pergi ke sana untuk menenangkan diri. Vila itu terletak di desa, jadi suasananya akan jauh lebih tenang dan segar untuk kalian menjernihkan pikiran,” sahut Reynald.“Baiklah, Om. Aku akan membawa Rama ke sana, mungkin aku perlu waktu beberapa hari untuk menenangkan Rama di sana dan nantinya kami akan kembali dan melanjutkan rencana yang sudah kita buat sebelumnya,” ucap Mawar.“Tolong jaga Rama, saat ini hanya kamu yang bisa dekat dan berbicara baik-baik kepadanya. Jadi, bantu Om untuk membuatnya memiliki ambisi untuk hidup dan membuatnya kembali sep
“Rama! Kamu sudah bangun?” Wulan mengetuk-ngetuk pintu kamar Rama.Tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut, sehingga Wulan langsung langsung saja masuk ke dalam kamar tersebut.Wulan masuk ke kamar tersebut dan langsung melihat Rama yang sudah menggunakan pakaian rapi dan membawa tas juga kopernya.“Rama kamu mau ke mana?” Wulan menghampirinya dengan tatapan khawatir.Rama hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya fokus membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di meja kamar tersebut.“Rama, kamu yakin mau pergi? Kamu yakin mau meninggalkan keluargamu ini?” tanya Wulan.Rama masih tidak menjawab, sehingga Wulan langsung memegang tangan Rama dan menahan dirinya untuk berhenti membereskan barang-barang tersebut.“Rama, Tante sudah bilang jika kita harus membicarakan hal ini dulu, kamu tidak boleh langsung pergi seperti ini. Kamu akan membuat papahmu dan semua orang yang dekat denganmu khawatir jika kamu pergi seperti ini,” ujar Wulan.“Aku baik-baik saja,
“Wulan, bagaimana keadaan Rama setelah kamu lakukan pemeriksaan tadi?” tanya Reynald. “Keadaannya cukup parah, sama seperti keadaannya satu tahun lalu,” jawab Wulan. “Tapi, aku menemukan fakta bahwa dia masih memiliki kelemahan untuk kita gunakan agar dia tidak membahayakan dirinya sendiri.”Reynald yang mendengar hal itu langsung menatap Wulan dengan tatapan bertanya. Ia sangat penasaran dengan kelemahan Rama itu.“Dia masih memikirkan kalian, saat aku membahas tentang bagaimana kalian ketika dia pergi, dia terdiam, seolah berpikir mengenai apa yang aku tanyakan. Semua itu menunjukkan bahwa dia masih peduli kepada kalian dan ini kesempatan kita untuk tetap mempertahankannya,” jelas Wulan.“Selanjutnya, langkah apa yang harus aku ambil untuk menangani masalah ini?” tanya Reynald.“Saat ini kita bisa menahan Rama dengan cara kalian yang kembali bergantung kepadanya. Semakin dia merasa dibutuhkan, maka ada kemungkinan dia akan bertahan dan kembali seperti semula,” jelas Wulan. “Yang pa
“Mawar, kamu sudah lama menunggu?” Tasya datang menghampiri Mawar yang sudah menunggunya di sebuah kafe dekat tempat tinggal mereka.“Belum, aku juga baru datang beberapa menit lalu,” jawab Mawar. “Duduklah!”Tasya duduk di sana, lalu ia menatap Mawar dengan tatapan bertanya. Sepertinya ada hal penting yang ingin Mawar bicarakan, sampai ia mengajaknya bertemu.“Kamu tau tentang penyakit mental Rama sebelumnya?” tanya Mawar.“Aku tau, sebab pada saat itu aku sudah ikut dan dekat dengan Pak Reynald,” jawab Tasya.“Sebenarnya apa yang terjadi kepada Rama saat itu? Apa Rama tidak mengingat sedikitpun kejadian tentang hari itu?” tanya Mawar.
“Rama sudah lebih tenang sekarang, Dokter bisa masuk untuk menemuinya,” ujar Edo. “Saya akan berjaga di sini. Panggil saja jika terjadi sesuatu.”“Saya hanya akan mengajak Rama mengobrol baik-baik saja, kalian tenanglah dan jangan masuk dulu sebelum saya izinkan, takutnya itu mengganggu emosi Rama,” ujar seorang dokter perempuan yang merupakan seorang psikiater Rama.“Wulan, saya mohon sembuhkan Rama seperti dulu, saya menaruh harapan besar padamu,” ujar Reynald.“Kamu tenang saja, saya sudah menghadapi Rama sejak dia masih kecil, saya akan coba untuk menyembuhkannya kembali kali ini,” ujar dokter perempuan itu.Reynald mengangguk, lalu ia membiarkan Wulan masuk ke kamar tempat Rama berada.Di dalam sana ia langsung mendekat ke arah Rama yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.“Rama, kamu ingat dengan Tante?” tanya Wulan.Rama menatap Wulan dengan lamat, mencoba mengenalinya, tetapi ia tidak bisa mengingat wajah perempuan yang ada di depannya itu.“Tante temannya ibumu, orang yang
“Mawar, saat ini Om benar-benar takut akan keadaannya. Saat melihatnya menangis dengan wajah yang menunjukkan raut kekacauan, Om takut jika Rama kembali seperti dulu,” ujar Reynald.“Rama pasti akan baik-baik saja, Om, aku yakin. Saat ini dia hanya sedang stres karena terlalu banyak berpikir, jika Om bisa memberikan pengertian kepadanya tentang apa yang ia kira buruk tentang dirinya, aku yakin dia akan perlahan-lahan mengerti dan kembali lagi seperti biasanya,” jelas Mawar.Reynald menarik napas panjang dan tersenyum tipis. “Om mengerti apa yang Rama pikirkan. Selama ini dia menganggap dirinya sudah sangat sempurna dengan semua hal yang dia usahakan untuk adiknya dan untuk dirinya sendiri. Namun, kenyataan bahwa segalanya tidak sesuai sangat menghantam dirinya dan membuatnya kecewa dengan dirinya sendiri.”“Saat ini Rama hanya perlu dukungan dan pengertian, dia yang merasa tidak berguna harus mendapatkan pengakuan bahwa sebenarnya dirinya sudah hebat karena bertahan sejauh ini. Dan, p