“Kak, ayo sarapan dulu!” Hana memanggil kakaknya yang masih ada di dalam kamarnya.Saat itu juga Rama langsung keluar dari kamarnya, ketika itu juga ia menunjukkan wajah bingung seraya memegang tasnya.“Kamu merapikan tas Kakak semalam?” tanya Rama.“Iya, semalam aku bosan, jadi aku rapikan tas Kakak dan aku siapkan semua berkas yang Kakak butuhkan hari ini,” jawab Hana yang masih fokus menyiapkan sarapan untuknya dan Rama.“Kamu menyiapkan semua ini? Termasuk berkas-berkas untuk laporan beasiswa Kakak?” Rama menatap Hana dengan tatapan bingung. “Dari mana kamu mengetahui tentang berkas-berkas ini?”Hana menghentikan aktivitasnya dan menatap Rama dengan tatapan kaget. “Aku terbiasa melihat Kakak merapikan berkas-berkas itu, dan aku mengingat semuanya. Jadi, aku merapikannya tadi malam karena hari ini sesuai yang aku ingat Kakak akan melakukan laporan tersebut, kan?”Rama hanya mengangguk dengan tatapan yang masih meragukan jawaban dari adiknya.“Sudahlah, aku hanya tidak ingin Kakak t
“Masulah! Ini ruanganmu!” suruh Reynald seraya membuka pintu sebuah ruangan yang ada di sebelah ruangannya.Rama masuk ke dalam ruangan tersebut dan mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan tersebut.Di dalam sana ia menemukan banyak kenangan yang sudah lama tidak ia lihat. Foto-foto kebersamaan keluarganya terpasang di sana.“Ruangan ini adalah ruangan ibumu dulu. Setelah dia tidak lagi bekerja di perusahaan ini, dia meminta untuk ruangan ini tidak ditempati oleh siapa pun, hanya kamu yang boleh menempatinya,” ujar Reynald.“Itu kan hanya keinginan Ibu, kenapa Papah tidak menentangnya? Papah bisa saja kan menggunakan ruangan ini untuk hal lain?” Rama menatap papahnya dengan tatapan bertanya.“Sebab Papah pun ingin kamu yang menempati ruangan ini. Ruangan ini memiliki banyak kenangan dan Papah ingin kamu yang menerima dan menyaksikan semua kenangan ini. Semua ini sudah Papah siapkan untukmu sejak lama,” jelas Reynald.Rama mendekat ke arah meja kerja yang ada di sana, lalu ia menga
“Wow! Sepertinya rencanamu terdengar sangat lancar, ya?” Rama tertawa kecil. “Tapi, aku tidak akan membiarkan semua hal itu terjadi. Mawar tidak akan kembali lagi kepadamu dan yang kamu dapatkan hanyalah kehancuran.”“Seyakin itukah kamu?” Fran ikut tertawa.“Tentu saja, kebaikan akan selalu mengalahkan kejahatan!” tegas Rama.“Kalau begitu, aku akan menunggu hal itu. Mari kita sama-sama melakukan rencana kita dan saling menghancurkan. Kita lihat saja siapa yang akan menang nantinya.” Fran mengulurkan tangan ke arah Rama.Rama langsung menerima salaman tersebut dengan tatapan tajam kepada Fran.Saat mereka saling melemparkan tatapan sengit, seseorang mengetuk pintu dan masuk, memecahkan kedinginan di antara mereka.“Maaf, Pak. Saya ingin memberikan beberapa berkas yang harus Bapak pelajari,” ucap orang tersebut.Saat orang tersebut masuk ke dalam ruangan tersebut, Fran langsung keluar dari ruangan itu, meninggalkan Rama dan seorang staf tersebut.“Ada apa?” Rama kembali memasang senyu
“Sepertinya sudah cukup pembicaraan kita hari ini, saya sudah melaporkan semuanya,” ujar Wahyu. “Saya tidak bisa tinggal lebih lama lagi, setelah ini masih ada beberapa hal yang harus saya selesaikan.”“Terima kasih atas penjelasannya, semoga proyek kita ini bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan untuk mensukseskan proyek ini.” Reynald menyalami Wahyu yang hendak pergi.Setelah mereka berdua bersalaman, kini giliran Rama. Wahyu mengulurkan tangannya ke arah Rama, sedangkan Rama hanya menatapnya dengan tatapan dingin.“Pak, sudahi apa yang Bapak berikan,” ucap Rama.Seketika Wahyu dan Reynald langsung saling tatap. Sebenarnya mereka akan memperkirakan hal tersebut akan terjadi jika Rama sudah mengetahui kebenaran tentang beasiswa tersebut.“Om sudah daftarkan kamu sampai lulus nanti, tidak perlu diberhentikan, kamu bisa terus menggunakannya,” ujar Wahyu.“Aku tidak mau menerima semua itu lagi. Jika semua itu tidak dihentikan, maka biarkan saja aku berhenti kuliah,” sahut Ra
“Pak Wahyu, apa yang Bapak maksud tadi?” tanya Rama pada Wahyu yang berjalan di depannya. “Sepenasaran itu kah kamu sampai mengikuti saya sekarang?” Wahyu tertawa kecil seraya menghentikan langkahnya.“Iya, saya penasaran dengan cerita itu. Saya sudah mengatakan jika saya membutuhkan banyak informasi, terutama dari orang seperti Anda,” sahut Rama. “Bapak mau kan ceritakan semua itu kepada saya?”Wahyu mengangguk. “Saya akan ceritakan semuanya, tapi sekarang kita makan siang dulu, sudah waktunya istirahat. Kita bicarakan ini setelah makan siang saja.”“Sekarang saja, sekalian makan siang. Bapak mau makan di mana? Saya ikut!” Rama menunjukkan tatapan antusias.Wahyu tertawa kecil melihat antusias Rama yang sangat tinggi. “Saya akan makan di kantin, apa kamu mau makan di kantin dengan saya?”“Tidak masalah,” sahut Rama. “Ayo kita ke kantin!”Rama langsung mengikuti Wahyu pergi menuju kantin yang ada di perusahaan tersebut.Sesampainya di kantin tersebut, mereka langsung memesan makanan
“Siapa yang membungkam kalian? Papah sudah mengetahui hal ini dan dia siap untuk hasil terburuknya.” Rama menunjukkan wajah bingung.“Itu setelah dia mengetahui bahwa ada orang lain yang siap untuk membongkar segalanya, yaitu kamu. Sebelumnya, dia tidak siap dengan kehancuran itu, dia masih ingin mempertahankan perusahaan ini dengan baik, sampai kamu datang kembali dan melanjutkan perjuangan perusahaan ini,” jelas Wahyu.“Jadi, Papah menutup mulut kalian semua? Bagaimana caranya?” tanya Rama.“Mudah saja, dengan uang yang dia miliki. Beberapa orang yang dibungkam dan tidak lagi bekerja di sini, tetap mendapatkan uang bulanan dari papahmu. Semua itu dia lakukan agar rahasia perusahaannya tidak terbongkar,” jelas Wahyu.“Aku rasa rahasia itu lebih baik dibongkar sejak beberapa waktu lalu, tidak perlu sampai menungguku kembali, sebab semua ini akan semakin berakibat fatal pada perusahaan ini,” ujar Rama.“Papahmu tidak seberani itu,” ucap Wahyu.Rama mengerutkan kening, ia merasa bahwa p
Rama dan Mawar kini sudah sampai di depan rumah Mawar. Rama langsung memarkirkan mobilnya, lalu ia kembali keluar dari gerbang rumah tersebut.Di sana ia menghampiri Mawar yang menunggunya di depan gerbang rumah tersebut.“Bagaimana keadaan Dio? Dia masih rewel?” tanya Rama.“Aku tidak pulang hari ini, tetapi aku tidak menerima laporan apa pun dari susternya. Mungkin susternya bisa menanganinya,” sahut Mawar. “Kamu mau bertemu dengannya? Biar aku minta susternya bawa di keluar.”“Jika dia baik-baik saja, aku rasa tidak perlu. Aku tidak mau melihat dia semakin tidak bisa lepas dariku, jika dia bertemu denganku, maka dia akan semakin dekat denganku dan itu akan menyusahkanmu nantinya,” jawab Rama.“Kamu tidak rindu dengannya?” tanya Mawar.Rama menarik napas panjang dan tersenyum tipis. “Aku rindu dengannya, tetapi aku cukup dewasa untuk mengerti keadaannya sekarang. Aku juga tidak mau terlalu mengganggunya.”“Bagaimana kalau nanti malam kita teleponan, aku akan mengajak main Dio dan ka
“Fran, maafkan perlakuan Mawar, ya,” ujar Eva.Saat ini ia dan keluarganya melanjutkan makan malam bersama dengan Fran. Tentu saja tanpa Mawar dan Dio di meja makan tersebut.“Tidak apa-apa, Tante. Aku hanya kecewa saja sebab Mawar lebih membiarkan Dio dekat dengan orang lain dibandingkan denganku, ayah kandungnya sendiri,” sahut Fran.“Kita tau semua ini salah Mawar, dia yang tidak bisa menerima dan memaafkan kamu. Sekarang kita sudah mengetahui kebenarannya, kamu bisa datang ke sini kapan pun untuk menemui Dio. Selagi Mawar tidak ada, kamu bebas bertemu dengan Dio,” jelas Eva.“Kalian serius? Kalian mau memaafkanku dan menerimaku sebagai ayah kandung Dio?” Fran menunjukkan wajah bertanya.“Biar bagaimanapun kamu adalah ayah kandung Dio dan tidak baik jika kita memisahkan anak dan ayah kandungnya. Semuanya juga sudah jelas, kamu sudah meminta maaf, kamu mau bertanggung jawab, dan kamu memiliki niat baik. Sudah cukup. Asalkan kamu tidak memanfaatkan Mawar, kami sudah senang,” jelas Ev