Rama dan Mawar kini sudah sampai di depan rumah Mawar. Rama langsung memarkirkan mobilnya, lalu ia kembali keluar dari gerbang rumah tersebut.Di sana ia menghampiri Mawar yang menunggunya di depan gerbang rumah tersebut.“Bagaimana keadaan Dio? Dia masih rewel?” tanya Rama.“Aku tidak pulang hari ini, tetapi aku tidak menerima laporan apa pun dari susternya. Mungkin susternya bisa menanganinya,” sahut Mawar. “Kamu mau bertemu dengannya? Biar aku minta susternya bawa di keluar.”“Jika dia baik-baik saja, aku rasa tidak perlu. Aku tidak mau melihat dia semakin tidak bisa lepas dariku, jika dia bertemu denganku, maka dia akan semakin dekat denganku dan itu akan menyusahkanmu nantinya,” jawab Rama.“Kamu tidak rindu dengannya?” tanya Mawar.Rama menarik napas panjang dan tersenyum tipis. “Aku rindu dengannya, tetapi aku cukup dewasa untuk mengerti keadaannya sekarang. Aku juga tidak mau terlalu mengganggunya.”“Bagaimana kalau nanti malam kita teleponan, aku akan mengajak main Dio dan ka
“Fran, maafkan perlakuan Mawar, ya,” ujar Eva.Saat ini ia dan keluarganya melanjutkan makan malam bersama dengan Fran. Tentu saja tanpa Mawar dan Dio di meja makan tersebut.“Tidak apa-apa, Tante. Aku hanya kecewa saja sebab Mawar lebih membiarkan Dio dekat dengan orang lain dibandingkan denganku, ayah kandungnya sendiri,” sahut Fran.“Kita tau semua ini salah Mawar, dia yang tidak bisa menerima dan memaafkan kamu. Sekarang kita sudah mengetahui kebenarannya, kamu bisa datang ke sini kapan pun untuk menemui Dio. Selagi Mawar tidak ada, kamu bebas bertemu dengan Dio,” jelas Eva.“Kalian serius? Kalian mau memaafkanku dan menerimaku sebagai ayah kandung Dio?” Fran menunjukkan wajah bertanya.“Biar bagaimanapun kamu adalah ayah kandung Dio dan tidak baik jika kita memisahkan anak dan ayah kandungnya. Semuanya juga sudah jelas, kamu sudah meminta maaf, kamu mau bertanggung jawab, dan kamu memiliki niat baik. Sudah cukup. Asalkan kamu tidak memanfaatkan Mawar, kami sudah senang,” jelas Ev
“Kak, ada Papah di depan,” ujar Hana yang menghampiri Rama di dalam kamarnya.Rama yang awalnya sedang berbaring seraya memikirkan masalahnya dengan Mawar, langsung bangun dan mengangguk dengan wajah bingung.“Kakak seperti sedang banyak pikiran, ada apa?” tanya Hana.“Tidak apa-apa, hanya sedikit memikirkan beberapa hal,” jawab Rama. “Kamu buatkan minuman untuk Kakak dan Papah!”Hana hanya mengangguk, lalu ia langsung pergi ke dapur. Sementara itu Rama langsung menghampiri papahnya yang baru datang ke kosannya.“Masuklah, Pah!” Rama menghampiri Reynald dan bersalaman dengannya.Reynald masuk ke kosan tersebut dan duduk bersama Rama di ruang tengah kosan tersebut.“Hana bilang kamu seperti orang kebingungan sejak tadi, kamu ada masalah? Apa itu berkaitan dengan perusahaan?” tanya Reynald.“Tidak, Pah. Hanya sedikit masalah pribadiku dengan Mawar,” jawab Rama.Reynald memegang bahu Rama dan menatapnya dengan tatapan serius. “Papah ini tetap orang tuamu, jika kamu ada masalah dan ingin
“Papah mau langsung pulang sekarang?” tanya Hana.“Iya, Papah ada janji dengan orang lain malam ini, jadi Papah harus segera pergi,” jawab Reynald.Hana melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan menatap papahnya dengan tatapan bingung. “Pah, ini sudah malam, ada janji apa Papah dengan orang itu sampai bertemu di malam-malam seperti ini?”“Ada pertemuan penting yang tidak bisa Papah lakukan di lain waktu, hanya malam ini saja. Dia orang sibuk, Papah tidak bisa menemuinya di lain waktu. Jadi, hanya malam ini yang bisa,” jawab Reynald.“Papah tidak lagi muda, loh. Jangan terlalu sering melakukan pekerjaan sampai malam, nanti Papah bisa sakit,” ujar Hana.Reynald yang mendapatkan perhatian seperti itu pun langsung mengacak-acak rambut putrinya dengan gemas.“Putri Papah sangat bawel ternyata, ya,” ujar Reynald. “Kamu tenang saja, Papah akan selalu sehat.”Rama memperhatikan papahnya yang tersenyum penuh kebahagiaan dan ketenangan. Ia yang mengetahui tentang kebenaran
“Kakak tidak perlu jemput aku nanti, biar aku pulang sendiri. Aku perlu merapikan barang-barangku, jadi biar aku pulang lebih dulu,” ujar Hana.“Hati-hati jika pulang sendiri, kabari Kakak jika terjadi sesuatu. Jika nanti Kakak bisa pulang dari kantor lebih cepat, Kakak akan tetap menjemputmu,” ucap Rama.Hana hanya mengangguk, setelah itu ia pun turun dari mobil tersebut dan pergi memasuki area sekolahnya.Setelah memastikan Hana sampai di sekolahnya, Rama pun kembali melajukan mobil tersebut dan pergi menuju kantornya.Saat di perjalanan, ia teringat akan Mawar, sehingga ia memutuskan untuk menelepon Mawar terlebih dahulu.“Kamu sudah berangkat ke kantor?” tanya Rama.“Belum, aku masih di rumah. Aku akan membawa Dio ke kantor, jadi aku sedang menyiapkan barang-barang untuknya terlebih dahulu,” jawab Mawar.“Sepertinya Fran akan sibuk di kantor hari ini, kamu tidak perlu terlalu risau jika dia akan datang dan menemui Dio. Aku rasa dia tidak akan punya waktu untuk itu,” ujar Rama.“Ba
Rama dan Tasya kini sedang mendiskusikan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.Tasya yang dengan tulus memberitahukan kepada Rama mengenai apa pun yang ada di perusahaan itu dan apa yang harus Rama lakukan saat rapat nanti.Tasya memastikan Rama bisa memahami materi-materi yang sudah ia buat dan Rama bisa menguasai penjelasan untuk rapat nanti.Rama dengan cepat menangkap apa yang Tasya jelaskan, ia bisa memahami semua materi tersebut dan menguasainya dengan baik.“Ternyata benar apa kata papahmu semalam, aku tidak memerlukan effort besar untuk mengajarimu,” ujar Tasya.“Papah mengatakan hal itu?” Rama menatap Tasya dengan tatapan bertanya.Tasya mengangguk dengan wajah serius. “Semalam papahmu meneleponku dan memintaku untuk menyiapkan semua itu, dia memintaku untuk mengajarimu secara langsung. Jujur saja sebelumnya aku sempat pesimis karena harus mengajarimu dalam waktu beberapa menit saja, tetapi papahmu meyakinkanku bahwa kamu memang siap dengan pelajaran
“Berhenti!” seru Fran saat dirinya dan Rama baru saja keluar dari ruangan rapat tersebut.Seketika semua orang yang juga baru keluar dari ruangan tersebut langsung menatap Fran dan Rama dengan tatapan bingung.Rama berbalik dan menatap Fran dengan tatapan bertanya. Beberapa saat setelahnya ia menyadari bahwa tidak perlu ada orang yang menyaksikan perdebatannya dengan Fran saat ini.“Kalian kembalilah bekerja!” suruh Rama.Mereka semua hanya mengangguk, tidak berani menjawab. Setelahnya, mereka semua pun langsung pergi dari tempat tersebut.Rama berjalan menuju lorong yang lebih sepi agar ia dan Fran bisa berbicara secara bebas di sana dan tidak perlu ada yang melihat hal tersebut.“Sudah cukup kaburnya!” tegas Fran.Rama menghentikan langkahnya saat ia sudah mendapati tempat yang lebih sepi di salah satu lorong perusahaan itu. Saat itu juga ia kembali berbalik menghadap Fran dan tertawa kecil.“Aku tidak pernah kabur. Untuk apa juga aku kabur darimu, aku tidak takut denganmu,” ujar Ra
“Pak Rama baik-baik saja?” tanya seorang staf yang mendapati wajah Rama sedikit lebam.Bagi mereka yang tidak menghadiri rapat tadi, mereka tidak akan mengerti dengan apa yang menjadi penyebab wajah Rama lebam seperti itu. Namun, bagi mereka yang mengetahuinya, mereka akan sedikit canggung dengan Rama saat ini.Rama menghampiri resepsionis perusahaan tersebut untuk menanyakan suatu hal. “Saya tidak melihat Tasya di ruangannya, di mana dia?”“Bu Tasya baru saja keluar beberapa saat yang lalu, saya tidak mengetahui tujuannya, tetapi mungkin dia sedang makan siang di luar, sekarang sudah waktunya istirahat, Pak,” sahut perempuan yang ada di meja resepsionis tersebut.“Baiklah, terima kasih.” Rama mengangguk dan segera pergi dari kantor tersebut.Seperti yang sudah ia janjikan dengan Mawar siang ini. Ia akan datang ke kantor Mawar untuk makan siang bersama dan juga bertemu dengan Dio.Meski ia mengalami sedikit masalah saat di kantor tadi, tetapi ia tidak peduli, janjinya harus tetap ia t
Sore ini Rama dan Reynald sudah kembali ke apartemen mereka setelah melewati hari panjang dan penuh dengan penyelesaiaan masalah ini.Mereka berdua langsung duduk di ruang tengah untuk bersantai sejenak dan mengistirahatkan tubuhnya.Saat mereka sedang duduk bersama di sana, Rama bergeser ke sebelah Reynald dan memeluknya dengan erat.“Pah, terima kasih atas segalanya,” ujar Rama.Reynald yang mendapati hal itu pun langsung menatap putranya dengan tatapan bingung.“Selama ini Papah selalu sabar menghadapiku, Papah tidak pernah marah kepadaku, meski perlakuanku kepada Papah sangatlah tidak pantas. Papah tetap berjuang untuk hubungan kita, Papah tidak pernah menyerah menghadapiku. Bahkan, di saat aku berlaku kasar kepada Papah dan menyakiti Papah dalam keadaan tidak sadar, Papah menerimanya dan malah menyayangiku lebih dari sebelumnya,” jelas Rama.“Kamu anak Papah, sudah sepatutnya Papah menyayangimu. Kamu tidak pernah menyakiti Papah,” ucap Reynald.Rama mendongak dan tersenyum kepada
Saat ini Rama dan Reynald sudah berkumpul dengan beberapa klien yang bekerja sama dengan perusahaannya. Mereka semua melakukan rapat tertutup di kantor mereka agar tidak ada orang yang tidak diizinkan masuk ikut dalam rapat tersebut.“Terima kasih karena Bapak-Bapak semua sudah berkumpul dan menyempatkan waktu untuk hadir dalam rapat kali ini. Sebelumnya saya meminta maaf karena mengundang kalian secara dadakan pada rapat kali, sebab ada beberapa hal penting yang harus kita bicarakan,” ujar Reynald langsung membuka pembicaraan.“Pak Reynald tidak akan mengadakan rapat dadakan seperti ini jika keadaannya tidak begitu genting. Untuk itu, Bapak bisa langsung jelaskan saja apa yang sebenarnya terjadi?” Salah satu kliennya menatap penuh tanya.Saat ini semua orang di ruangan itu memasang wajah penasaran dan penuh ketegangan. Pasalnya, rapat tersebut tidak akan diadakan tanpa keadaan mendesak.“Ada berita buruk dari perusahaan kami, salah pimpinan di perusahaan kami, Fran telah melakukan su
Saat ini Rama dan Mawar sedang dalam perjalanan menuju Bandung. Sebentar lagi mereka akan masuk tol untuk pergi keluar kota dan menuju Bandung.Selama perjalanan itu Rama hanya diam dengan tatapan kosong ke depan, sedangkan Mawar fokus menyetir mobil tersebut.Beberapa saat setelahnya tiba-tiba Rama memegang tangan Mawar. “Kita putar balik.”Mawar yang mendengar hal itu tentu langsung menoleh dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Ada masalah apa?” tanya Mawar.“Ada hal yang harus kita selesaikan,” jawab Rama.Mawar yang masih tidak mengerti dengan ucapan Rama pun mengerutkan keningnya dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Di depan kita putar balik saja!” suruh Rama.Mawar yang masih dalam keadaan bingung hanya bisa mengangguk. Ia masih melajukan mobilnya dan saat bertemu dengan tempat putar balik, ia langsung memutar balikan mobilnya dan melajukan kembali mobil tersebut ke arah apartemen tempat Rama tinggal.Saat ini yang bisa Mawar lakukan hanya mengikuti perintah Rama. Ia ti
“Om! Rama ingin tetap pergi untuk menenangkan diri, tetapi Om tenang saja karena aku akan pergi bersama dengannya. Rama sudah berjanji denganku kalau dia mau pergi denganku dan dia akan kembali nantinya jika dia sudah lebih baik,” ujar Mawar.Reynald yang mendapatkan berita baik itu pun langsung tersenyum senang. Akhirnya ada cara untuk membuat putranya kembali memiliki keinginan untuk bertahan.“Om ada sebuah vila di Bandung, kalian bisa pergi ke sana untuk menenangkan diri. Vila itu terletak di desa, jadi suasananya akan jauh lebih tenang dan segar untuk kalian menjernihkan pikiran,” sahut Reynald.“Baiklah, Om. Aku akan membawa Rama ke sana, mungkin aku perlu waktu beberapa hari untuk menenangkan Rama di sana dan nantinya kami akan kembali dan melanjutkan rencana yang sudah kita buat sebelumnya,” ucap Mawar.“Tolong jaga Rama, saat ini hanya kamu yang bisa dekat dan berbicara baik-baik kepadanya. Jadi, bantu Om untuk membuatnya memiliki ambisi untuk hidup dan membuatnya kembali sep
“Rama! Kamu sudah bangun?” Wulan mengetuk-ngetuk pintu kamar Rama.Tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut, sehingga Wulan langsung langsung saja masuk ke dalam kamar tersebut.Wulan masuk ke kamar tersebut dan langsung melihat Rama yang sudah menggunakan pakaian rapi dan membawa tas juga kopernya.“Rama kamu mau ke mana?” Wulan menghampirinya dengan tatapan khawatir.Rama hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya fokus membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di meja kamar tersebut.“Rama, kamu yakin mau pergi? Kamu yakin mau meninggalkan keluargamu ini?” tanya Wulan.Rama masih tidak menjawab, sehingga Wulan langsung memegang tangan Rama dan menahan dirinya untuk berhenti membereskan barang-barang tersebut.“Rama, Tante sudah bilang jika kita harus membicarakan hal ini dulu, kamu tidak boleh langsung pergi seperti ini. Kamu akan membuat papahmu dan semua orang yang dekat denganmu khawatir jika kamu pergi seperti ini,” ujar Wulan.“Aku baik-baik saja,
“Wulan, bagaimana keadaan Rama setelah kamu lakukan pemeriksaan tadi?” tanya Reynald. “Keadaannya cukup parah, sama seperti keadaannya satu tahun lalu,” jawab Wulan. “Tapi, aku menemukan fakta bahwa dia masih memiliki kelemahan untuk kita gunakan agar dia tidak membahayakan dirinya sendiri.”Reynald yang mendengar hal itu langsung menatap Wulan dengan tatapan bertanya. Ia sangat penasaran dengan kelemahan Rama itu.“Dia masih memikirkan kalian, saat aku membahas tentang bagaimana kalian ketika dia pergi, dia terdiam, seolah berpikir mengenai apa yang aku tanyakan. Semua itu menunjukkan bahwa dia masih peduli kepada kalian dan ini kesempatan kita untuk tetap mempertahankannya,” jelas Wulan.“Selanjutnya, langkah apa yang harus aku ambil untuk menangani masalah ini?” tanya Reynald.“Saat ini kita bisa menahan Rama dengan cara kalian yang kembali bergantung kepadanya. Semakin dia merasa dibutuhkan, maka ada kemungkinan dia akan bertahan dan kembali seperti semula,” jelas Wulan. “Yang pa
“Mawar, kamu sudah lama menunggu?” Tasya datang menghampiri Mawar yang sudah menunggunya di sebuah kafe dekat tempat tinggal mereka.“Belum, aku juga baru datang beberapa menit lalu,” jawab Mawar. “Duduklah!”Tasya duduk di sana, lalu ia menatap Mawar dengan tatapan bertanya. Sepertinya ada hal penting yang ingin Mawar bicarakan, sampai ia mengajaknya bertemu.“Kamu tau tentang penyakit mental Rama sebelumnya?” tanya Mawar.“Aku tau, sebab pada saat itu aku sudah ikut dan dekat dengan Pak Reynald,” jawab Tasya.“Sebenarnya apa yang terjadi kepada Rama saat itu? Apa Rama tidak mengingat sedikitpun kejadian tentang hari itu?” tanya Mawar.
“Rama sudah lebih tenang sekarang, Dokter bisa masuk untuk menemuinya,” ujar Edo. “Saya akan berjaga di sini. Panggil saja jika terjadi sesuatu.”“Saya hanya akan mengajak Rama mengobrol baik-baik saja, kalian tenanglah dan jangan masuk dulu sebelum saya izinkan, takutnya itu mengganggu emosi Rama,” ujar seorang dokter perempuan yang merupakan seorang psikiater Rama.“Wulan, saya mohon sembuhkan Rama seperti dulu, saya menaruh harapan besar padamu,” ujar Reynald.“Kamu tenang saja, saya sudah menghadapi Rama sejak dia masih kecil, saya akan coba untuk menyembuhkannya kembali kali ini,” ujar dokter perempuan itu.Reynald mengangguk, lalu ia membiarkan Wulan masuk ke kamar tempat Rama berada.Di dalam sana ia langsung mendekat ke arah Rama yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.“Rama, kamu ingat dengan Tante?” tanya Wulan.Rama menatap Wulan dengan lamat, mencoba mengenalinya, tetapi ia tidak bisa mengingat wajah perempuan yang ada di depannya itu.“Tante temannya ibumu, orang yang
“Mawar, saat ini Om benar-benar takut akan keadaannya. Saat melihatnya menangis dengan wajah yang menunjukkan raut kekacauan, Om takut jika Rama kembali seperti dulu,” ujar Reynald.“Rama pasti akan baik-baik saja, Om, aku yakin. Saat ini dia hanya sedang stres karena terlalu banyak berpikir, jika Om bisa memberikan pengertian kepadanya tentang apa yang ia kira buruk tentang dirinya, aku yakin dia akan perlahan-lahan mengerti dan kembali lagi seperti biasanya,” jelas Mawar.Reynald menarik napas panjang dan tersenyum tipis. “Om mengerti apa yang Rama pikirkan. Selama ini dia menganggap dirinya sudah sangat sempurna dengan semua hal yang dia usahakan untuk adiknya dan untuk dirinya sendiri. Namun, kenyataan bahwa segalanya tidak sesuai sangat menghantam dirinya dan membuatnya kecewa dengan dirinya sendiri.”“Saat ini Rama hanya perlu dukungan dan pengertian, dia yang merasa tidak berguna harus mendapatkan pengakuan bahwa sebenarnya dirinya sudah hebat karena bertahan sejauh ini. Dan, p