“Kakak tidak perlu jemput aku nanti, biar aku pulang sendiri. Aku perlu merapikan barang-barangku, jadi biar aku pulang lebih dulu,” ujar Hana.“Hati-hati jika pulang sendiri, kabari Kakak jika terjadi sesuatu. Jika nanti Kakak bisa pulang dari kantor lebih cepat, Kakak akan tetap menjemputmu,” ucap Rama.Hana hanya mengangguk, setelah itu ia pun turun dari mobil tersebut dan pergi memasuki area sekolahnya.Setelah memastikan Hana sampai di sekolahnya, Rama pun kembali melajukan mobil tersebut dan pergi menuju kantornya.Saat di perjalanan, ia teringat akan Mawar, sehingga ia memutuskan untuk menelepon Mawar terlebih dahulu.“Kamu sudah berangkat ke kantor?” tanya Rama.“Belum, aku masih di rumah. Aku akan membawa Dio ke kantor, jadi aku sedang menyiapkan barang-barang untuknya terlebih dahulu,” jawab Mawar.“Sepertinya Fran akan sibuk di kantor hari ini, kamu tidak perlu terlalu risau jika dia akan datang dan menemui Dio. Aku rasa dia tidak akan punya waktu untuk itu,” ujar Rama.“Ba
Rama dan Tasya kini sedang mendiskusikan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.Tasya yang dengan tulus memberitahukan kepada Rama mengenai apa pun yang ada di perusahaan itu dan apa yang harus Rama lakukan saat rapat nanti.Tasya memastikan Rama bisa memahami materi-materi yang sudah ia buat dan Rama bisa menguasai penjelasan untuk rapat nanti.Rama dengan cepat menangkap apa yang Tasya jelaskan, ia bisa memahami semua materi tersebut dan menguasainya dengan baik.“Ternyata benar apa kata papahmu semalam, aku tidak memerlukan effort besar untuk mengajarimu,” ujar Tasya.“Papah mengatakan hal itu?” Rama menatap Tasya dengan tatapan bertanya.Tasya mengangguk dengan wajah serius. “Semalam papahmu meneleponku dan memintaku untuk menyiapkan semua itu, dia memintaku untuk mengajarimu secara langsung. Jujur saja sebelumnya aku sempat pesimis karena harus mengajarimu dalam waktu beberapa menit saja, tetapi papahmu meyakinkanku bahwa kamu memang siap dengan pelajaran
“Berhenti!” seru Fran saat dirinya dan Rama baru saja keluar dari ruangan rapat tersebut.Seketika semua orang yang juga baru keluar dari ruangan tersebut langsung menatap Fran dan Rama dengan tatapan bingung.Rama berbalik dan menatap Fran dengan tatapan bertanya. Beberapa saat setelahnya ia menyadari bahwa tidak perlu ada orang yang menyaksikan perdebatannya dengan Fran saat ini.“Kalian kembalilah bekerja!” suruh Rama.Mereka semua hanya mengangguk, tidak berani menjawab. Setelahnya, mereka semua pun langsung pergi dari tempat tersebut.Rama berjalan menuju lorong yang lebih sepi agar ia dan Fran bisa berbicara secara bebas di sana dan tidak perlu ada yang melihat hal tersebut.“Sudah cukup kaburnya!” tegas Fran.Rama menghentikan langkahnya saat ia sudah mendapati tempat yang lebih sepi di salah satu lorong perusahaan itu. Saat itu juga ia kembali berbalik menghadap Fran dan tertawa kecil.“Aku tidak pernah kabur. Untuk apa juga aku kabur darimu, aku tidak takut denganmu,” ujar Ra
“Pak Rama baik-baik saja?” tanya seorang staf yang mendapati wajah Rama sedikit lebam.Bagi mereka yang tidak menghadiri rapat tadi, mereka tidak akan mengerti dengan apa yang menjadi penyebab wajah Rama lebam seperti itu. Namun, bagi mereka yang mengetahuinya, mereka akan sedikit canggung dengan Rama saat ini.Rama menghampiri resepsionis perusahaan tersebut untuk menanyakan suatu hal. “Saya tidak melihat Tasya di ruangannya, di mana dia?”“Bu Tasya baru saja keluar beberapa saat yang lalu, saya tidak mengetahui tujuannya, tetapi mungkin dia sedang makan siang di luar, sekarang sudah waktunya istirahat, Pak,” sahut perempuan yang ada di meja resepsionis tersebut.“Baiklah, terima kasih.” Rama mengangguk dan segera pergi dari kantor tersebut.Seperti yang sudah ia janjikan dengan Mawar siang ini. Ia akan datang ke kantor Mawar untuk makan siang bersama dan juga bertemu dengan Dio.Meski ia mengalami sedikit masalah saat di kantor tadi, tetapi ia tidak peduli, janjinya harus tetap ia t
“Sore, Pak Rama!”“Selamat berlibur, Pak!“Terima kasih atas kerja keras Bapak!”Rama yang mendapati sapaan-sapaan itu langsung menunjukkan wajah bingung dan menatap mereka semua dengan tatapan aneh.“Itu seperti tradisi di kantor ini, ketika menjelang weekend mereka akan mengatakan kata-kata itu kepada siapa pun yang mereka temui di kantor ini. Sebab, apa yang sudah mereka kerjakan selama seminggu ini pasti melelahkan, maka perlu waktu berlibur dan bersantai untuk menghilangkan rasa lelah itu,” jelas Reno.“Tradisi yang cukup unik dan mengundang kekeluargaan,” gumam Rama.“Itu tradisi yang dicetuskan oleh ibumu saat ia masih bekerja di perusahaan ini. Sudah sangat lama, tetapi tradisi itu tidak pernah dihilangkan,” jelas Reno.Rama tersenyum senang mendengar hal itu. Ternyata, masih banyak orang yang mengingat ibunya, termasuk mereka yang meneruskan tradisi itu.“Oh iya, ada apa kamu ke sini? Kamu seharusnya juga pulang dan istirahat,” ujar Reno.“Aku tertinggal beberapa barang dan a
“Pak Agus! Papah ada di dalam?” tanya Rama saat ia baru memasuki rumah sakit tempat papahnya dirawat.“Kamu tau papahmu ada di sini? Bagaimana bisa?” Agus mengerutkan keningnya bingung.“Tidak penting aku tau dari siapa mengenai hal ini. Aku ingin bertemu dengan Papah dan memastikan keadaannya, di mana ruangan tempatnya dirawat?” tanya Rama.“Ada ruang nomor 123, dia sedang istirahat, kamu jangan terlalu mengganggunya,” jawab Agus.“Tenang saja, aku bukan anak kecil lagi,” gumam Rama yang kemudian langsung pergi menuju ruangan tersebut.Sesampainya di depan ruangan itu, ia tidak langsung masuk ke dalam, melainkan ia terdiam memperhatikan papahnya yang sedang berbaring dengan beberapa alat yang terpasang di tubuhnya.Beberapa saat ia di sana, ia tidak ingin mengganggu papahnya yang sedang beristirahat, maka akan lebih baik jika ia menunggunya di luar.Saat ia sedang berdiri di depan pintu tersebut, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. “Permisi, ada yang bisa saya bantu?”Seketika Rama l
“Pah, aku pulang dulu, ya. Aku tidak bisa terlalu lama di sini, sebab Hana pun akan menungguku di rumah,”ujar Rama.“Kamu sudah pindah ke apartemen yang Papah belikan?” tanya Reynald.“Tadi sore, Hana dan Mawar sudah merapikan barang-barang untuk pindah ke sana, tetapi aku belum menanyakan lagi di mana keberadaan mereka sekarang,” jawab Rama.Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka dan menampilkan Agus dengan wajah tergesa-gesa.“Pak, ada berita penting,” ujar Agus.“Ada apa? Kenapa wajahmu sepanik itu?” tanya Reynald.“Bu Dewi mengetahui tentang apartemen yang Bapak berikan kepada Mas Rama dan Mbak Hana,” ujar Agus.Seketika Reynald dan Rama menunjukkan wajah terkejut, mereka kaget dengan berita yang Agus bawakan saat itu.“Pah, bagaimana ini?” Rama menatap papahnya dengan tatapan bingung.“Kamu cepat pulang! Jangan biarkan adikmu sendiri di rumah dan menghadapi ibu tirimu tanpa adanya perlindungan darimu,” ujar Reynald.“Apa dia akan ke rumah malam ini?”
“Pergi dari sini!” suruh Rama.“Aku akan pergi bersama dengan kamu dan adikmu yang pergi dari kehidupan suamiku!” sahut Dewi.“Bermimpilah sesukamu!” ujar Rama yang hendak pergi meninggalkan Dewi.Namun, saat itu juga Dewi langsung menahan tangan Rama dan menatapnya dengan tatapan tajam.Mereka saling menatap sengit, sampai akhirnya ada beberapa orang petugas keamanan di sana yang datang menghampiri mereka.“Ada apa ini?” tanya salah satu dari petugas keamanan itu.“Jika Anda bukan penghuni di sini, sebaiknya Anda pergi. Waktu sudah cukup malam dan Anda bisa mengganggu orang-orang yang tinggal di sini,” tambah yang lainnya.Dwei langsung melepaskan tangan Rama dan kembali menatap Rama dengan tatapan tajam. “Tunggu saja kau nanti!”Dewi langsung pergi dari area apartemen tersebut, ia tidak ingin berurusan dengan orang lain yang tidak memiliki masalah dengannya.“Terima kasih, Pak!” Rama bersalaman dengan para petugas keamanan itu.“Bapak baik-baik saja, kan? Maaf kami telat datang,” uj