“Pak Agus! Papah ada di dalam?” tanya Rama saat ia baru memasuki rumah sakit tempat papahnya dirawat.“Kamu tau papahmu ada di sini? Bagaimana bisa?” Agus mengerutkan keningnya bingung.“Tidak penting aku tau dari siapa mengenai hal ini. Aku ingin bertemu dengan Papah dan memastikan keadaannya, di mana ruangan tempatnya dirawat?” tanya Rama.“Ada ruang nomor 123, dia sedang istirahat, kamu jangan terlalu mengganggunya,” jawab Agus.“Tenang saja, aku bukan anak kecil lagi,” gumam Rama yang kemudian langsung pergi menuju ruangan tersebut.Sesampainya di depan ruangan itu, ia tidak langsung masuk ke dalam, melainkan ia terdiam memperhatikan papahnya yang sedang berbaring dengan beberapa alat yang terpasang di tubuhnya.Beberapa saat ia di sana, ia tidak ingin mengganggu papahnya yang sedang beristirahat, maka akan lebih baik jika ia menunggunya di luar.Saat ia sedang berdiri di depan pintu tersebut, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. “Permisi, ada yang bisa saya bantu?”Seketika Rama l
“Pah, aku pulang dulu, ya. Aku tidak bisa terlalu lama di sini, sebab Hana pun akan menungguku di rumah,”ujar Rama.“Kamu sudah pindah ke apartemen yang Papah belikan?” tanya Reynald.“Tadi sore, Hana dan Mawar sudah merapikan barang-barang untuk pindah ke sana, tetapi aku belum menanyakan lagi di mana keberadaan mereka sekarang,” jawab Rama.Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka dan menampilkan Agus dengan wajah tergesa-gesa.“Pak, ada berita penting,” ujar Agus.“Ada apa? Kenapa wajahmu sepanik itu?” tanya Reynald.“Bu Dewi mengetahui tentang apartemen yang Bapak berikan kepada Mas Rama dan Mbak Hana,” ujar Agus.Seketika Reynald dan Rama menunjukkan wajah terkejut, mereka kaget dengan berita yang Agus bawakan saat itu.“Pah, bagaimana ini?” Rama menatap papahnya dengan tatapan bingung.“Kamu cepat pulang! Jangan biarkan adikmu sendiri di rumah dan menghadapi ibu tirimu tanpa adanya perlindungan darimu,” ujar Reynald.“Apa dia akan ke rumah malam ini?”
“Pergi dari sini!” suruh Rama.“Aku akan pergi bersama dengan kamu dan adikmu yang pergi dari kehidupan suamiku!” sahut Dewi.“Bermimpilah sesukamu!” ujar Rama yang hendak pergi meninggalkan Dewi.Namun, saat itu juga Dewi langsung menahan tangan Rama dan menatapnya dengan tatapan tajam.Mereka saling menatap sengit, sampai akhirnya ada beberapa orang petugas keamanan di sana yang datang menghampiri mereka.“Ada apa ini?” tanya salah satu dari petugas keamanan itu.“Jika Anda bukan penghuni di sini, sebaiknya Anda pergi. Waktu sudah cukup malam dan Anda bisa mengganggu orang-orang yang tinggal di sini,” tambah yang lainnya.Dwei langsung melepaskan tangan Rama dan kembali menatap Rama dengan tatapan tajam. “Tunggu saja kau nanti!”Dewi langsung pergi dari area apartemen tersebut, ia tidak ingin berurusan dengan orang lain yang tidak memiliki masalah dengannya.“Terima kasih, Pak!” Rama bersalaman dengan para petugas keamanan itu.“Bapak baik-baik saja, kan? Maaf kami telat datang,” uj
Pagi ini Rama sudah siap untuk pergi ke kantor dan menjalani aktivitasnya seperti biasa.Sebelum ia keluar dari kamarnya, ia duduk di ujung kasurnya seraya memainkan ponselnya. Sampai saat ini ia masih memikirkan tentang apa yang terjadi tadi malam.“Dia tidak akan tinggal diam setelah mengetahui hubunganku dan Papah sudah membaik, entah apa yang akan dia lakukan nanti, yang pasti aku tidak boleh lengah, jangan sampai dia melakukan sesuatu yang membahayakan Hana.”“Selain itu, dia pun akan terus berusaha menghancurkanku dan membuat hubunganku dan Papah hancur kembali. Saat ini dan seterusnya Papah akan sangat membutuhkanku dan Papah tidak boleh terjebak lagi dalam permainan mereka. Maka, aku harus bergerak lebih cepat untuk menangani hal ini. Tujuan dan rencana yang sudah aku buat bersama dengan Papah harus segera terlaksana, sebelum dia mematahkan rencana itu.”Rama beralih membuka laptopnya untuk melihat peluang apa yang bisa ia gunakan untuk membantu papahnya dan melindungi perusah
“Ini semua laporan yang baru aku rekap beberapa hari lalu, laporan ini adalah laporan bulan kemarin yang sesuai dengan file laporan asli yang kamu berikan tadi. Ini adalah laporan dari salah satu perusahaan yang memproduksi telepon seluler, yang di mana itu di bawah tanggung jawab Fran,” ujar Tasya.Rama membuka laporan-laporan tersebut dan mencocokan dengan laporan asli yang ia miliki. Ia mencoba memahami kedua laporan tersebut dengan baik.“Apa hanya Fran yang bertanggung jawab atas perusahaan cabang ini? Apa Papah tidak ikut campur?” tanya Rama.“Perusahaan ini awalnya hanya bergerak di bagian informatika, lalu perusahaan Fran bergerak di bidang telekomunikasi. Meski kedua perusahaan ini sudah melebur, tetapi tetap saja Fran masih memiliki kekuasaan yang lebih besar akan perusahaan telekomunikasi itu, jadi hampir setiap kegiatan yang ada di sana lebih berkaitan dengan Fran dibandingkan dengan Pak Reynald,” jelas Tasya.Rama menarik nafas panjang, jika begitu ia harus mencari tau le
“Pak, Anda mengalami luka robek di bagian bahu kanan, yang akibat oleh benda berat yang menimpa Anda, kami sarankan agar Anda beristirahat dulu di sini sampai besok, jika keadaan Anda membaik, maka besok Anda bisa langsung pulang,” ujar seorang dokter yang memeriksanya.“Terima kasih, Dok,” sahut Rama. “Saya ingin tau siapa yang membawa saya ke sini?”“Seorang perempuan dan laki-laki yang membawa Anda ke sini, mereka ada di luar, jika Anda mau saya akan memanggilnya,” ujar dokter tersebut.Rama mengangguk, lalu dokter tersebut pun keluar dari ruangan tersebut dan setelah beberapa saat berganti dengan Tasya dan Edo yang bergegas masuk ke ruangan itu dengan wajah khawatir.“Rama, bagaimana keadaanmu? Kamu baik-baiks aja?” tanya Tasya.“Hanya sedikit luka,” sahut Rama. “Kamu jangan beritahukan ini ke Papah, jangan ganggu waktu istirahatnya.”“Aku belum memberitahukan papahmu tentang hal ini, aku baru memberitahukan kepada Mawar karena kebetulan tadi dia menelpon dan menanyakan tentangmu.
“Mawar, kenapa kamu di sini?” Reynald datang bersama dengan Tasya dan Edo di sebelahnya.“Rama sedang istirahat, Om,” jawab Mawar dengan senyuman tipis.Reynald menatap Mawar dengan tatapan menyelidik, ia merasa ada yang tidak benar telah terjadi antara Mawar dan Rama saat ini.“Kenapa kamu tidak menunggu di dalam? Kamu bertengkar dengan Rama?” tanya Reynald.“Sedikit, Om. Aku ingin pulang sekarang, aku hanya menunggu orang lain untuk menjaganya, maka dari itu aku di sini sejak tadi,” jawab Mawar.Tasya langsung beralih mendekat dan merangkul Mawar. “Ada masalah apa? Sepertinya kamu terlihat sangat sedih.”“Sepertinya kamu bukan orang yang suka membesar-besarkan masalah, jika kamu sudah marah seperti ini, pasti ada perbuatan Rama yang kelewat batas, ya? Ada apa?” tanya Reynald.“Nanti Rama bisa menjelaskannya kepada Om,” sahut Mawar. “Oh iya, bagaimana dengan tempat kejadian tadi? Kalian sudah ke sana? Apa kalian menemukan bukti siapa yang melakukan hal itu?”“Iya, ada seseorang yang
“Kalian sudah makan?” tanya Reynald yang baru saja keluar dari ruangan Rama.“Sudah, Pak. Kami baru saja kembali,” jawab Edo.Reynald mengangguk dan duduk bersama dengan mereka di depan ruang rawat tersebut.“Pak, kalau boleh tau apa yang terjadi antara Rama dan Mawar? Bapak sudah menanyakan hal itu?” tanya Tasya.“Kamu ingin tau?” Reynald menatap Tasya dengan tatapan jail.“Aku kenal Mawar dengan baik, jika dia bersedih seperti itu, maka aku pun akan sedih dan aku akan berusaha menghiburnya. Namun, dia sendiri tidak ingin menceritakan masalahnya kepadaku, jadi aku bingung bagaimana caraku untuk menghibur dia,” ujar Tasya.Reynald tersenyum mendengar hal itu. “Sebenarnya semua ini berkaitan dengan kalian.”Tasya dan Edo langsung saling tatap, mereka bertanya lewat tatapan mata mereka saat itu.“Rama curiga kepada kalian,” ujar Reynald.Saat itu juga Reynald langsung menceritakan apa yang sebenarnya Rama curigai kepada mereka berdua. Ia juga menjelaskan bagaimana pertengkaran yang terj