“Pak Rama baik-baik saja?” tanya seorang staf yang mendapati wajah Rama sedikit lebam.Bagi mereka yang tidak menghadiri rapat tadi, mereka tidak akan mengerti dengan apa yang menjadi penyebab wajah Rama lebam seperti itu. Namun, bagi mereka yang mengetahuinya, mereka akan sedikit canggung dengan Rama saat ini.Rama menghampiri resepsionis perusahaan tersebut untuk menanyakan suatu hal. “Saya tidak melihat Tasya di ruangannya, di mana dia?”“Bu Tasya baru saja keluar beberapa saat yang lalu, saya tidak mengetahui tujuannya, tetapi mungkin dia sedang makan siang di luar, sekarang sudah waktunya istirahat, Pak,” sahut perempuan yang ada di meja resepsionis tersebut.“Baiklah, terima kasih.” Rama mengangguk dan segera pergi dari kantor tersebut.Seperti yang sudah ia janjikan dengan Mawar siang ini. Ia akan datang ke kantor Mawar untuk makan siang bersama dan juga bertemu dengan Dio.Meski ia mengalami sedikit masalah saat di kantor tadi, tetapi ia tidak peduli, janjinya harus tetap ia t
“Sore, Pak Rama!”“Selamat berlibur, Pak!“Terima kasih atas kerja keras Bapak!”Rama yang mendapati sapaan-sapaan itu langsung menunjukkan wajah bingung dan menatap mereka semua dengan tatapan aneh.“Itu seperti tradisi di kantor ini, ketika menjelang weekend mereka akan mengatakan kata-kata itu kepada siapa pun yang mereka temui di kantor ini. Sebab, apa yang sudah mereka kerjakan selama seminggu ini pasti melelahkan, maka perlu waktu berlibur dan bersantai untuk menghilangkan rasa lelah itu,” jelas Reno.“Tradisi yang cukup unik dan mengundang kekeluargaan,” gumam Rama.“Itu tradisi yang dicetuskan oleh ibumu saat ia masih bekerja di perusahaan ini. Sudah sangat lama, tetapi tradisi itu tidak pernah dihilangkan,” jelas Reno.Rama tersenyum senang mendengar hal itu. Ternyata, masih banyak orang yang mengingat ibunya, termasuk mereka yang meneruskan tradisi itu.“Oh iya, ada apa kamu ke sini? Kamu seharusnya juga pulang dan istirahat,” ujar Reno.“Aku tertinggal beberapa barang dan a
“Pak Agus! Papah ada di dalam?” tanya Rama saat ia baru memasuki rumah sakit tempat papahnya dirawat.“Kamu tau papahmu ada di sini? Bagaimana bisa?” Agus mengerutkan keningnya bingung.“Tidak penting aku tau dari siapa mengenai hal ini. Aku ingin bertemu dengan Papah dan memastikan keadaannya, di mana ruangan tempatnya dirawat?” tanya Rama.“Ada ruang nomor 123, dia sedang istirahat, kamu jangan terlalu mengganggunya,” jawab Agus.“Tenang saja, aku bukan anak kecil lagi,” gumam Rama yang kemudian langsung pergi menuju ruangan tersebut.Sesampainya di depan ruangan itu, ia tidak langsung masuk ke dalam, melainkan ia terdiam memperhatikan papahnya yang sedang berbaring dengan beberapa alat yang terpasang di tubuhnya.Beberapa saat ia di sana, ia tidak ingin mengganggu papahnya yang sedang beristirahat, maka akan lebih baik jika ia menunggunya di luar.Saat ia sedang berdiri di depan pintu tersebut, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. “Permisi, ada yang bisa saya bantu?”Seketika Rama l
“Pah, aku pulang dulu, ya. Aku tidak bisa terlalu lama di sini, sebab Hana pun akan menungguku di rumah,”ujar Rama.“Kamu sudah pindah ke apartemen yang Papah belikan?” tanya Reynald.“Tadi sore, Hana dan Mawar sudah merapikan barang-barang untuk pindah ke sana, tetapi aku belum menanyakan lagi di mana keberadaan mereka sekarang,” jawab Rama.Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka dan menampilkan Agus dengan wajah tergesa-gesa.“Pak, ada berita penting,” ujar Agus.“Ada apa? Kenapa wajahmu sepanik itu?” tanya Reynald.“Bu Dewi mengetahui tentang apartemen yang Bapak berikan kepada Mas Rama dan Mbak Hana,” ujar Agus.Seketika Reynald dan Rama menunjukkan wajah terkejut, mereka kaget dengan berita yang Agus bawakan saat itu.“Pah, bagaimana ini?” Rama menatap papahnya dengan tatapan bingung.“Kamu cepat pulang! Jangan biarkan adikmu sendiri di rumah dan menghadapi ibu tirimu tanpa adanya perlindungan darimu,” ujar Reynald.“Apa dia akan ke rumah malam ini?”
“Pergi dari sini!” suruh Rama.“Aku akan pergi bersama dengan kamu dan adikmu yang pergi dari kehidupan suamiku!” sahut Dewi.“Bermimpilah sesukamu!” ujar Rama yang hendak pergi meninggalkan Dewi.Namun, saat itu juga Dewi langsung menahan tangan Rama dan menatapnya dengan tatapan tajam.Mereka saling menatap sengit, sampai akhirnya ada beberapa orang petugas keamanan di sana yang datang menghampiri mereka.“Ada apa ini?” tanya salah satu dari petugas keamanan itu.“Jika Anda bukan penghuni di sini, sebaiknya Anda pergi. Waktu sudah cukup malam dan Anda bisa mengganggu orang-orang yang tinggal di sini,” tambah yang lainnya.Dwei langsung melepaskan tangan Rama dan kembali menatap Rama dengan tatapan tajam. “Tunggu saja kau nanti!”Dewi langsung pergi dari area apartemen tersebut, ia tidak ingin berurusan dengan orang lain yang tidak memiliki masalah dengannya.“Terima kasih, Pak!” Rama bersalaman dengan para petugas keamanan itu.“Bapak baik-baik saja, kan? Maaf kami telat datang,” uj
Pagi ini Rama sudah siap untuk pergi ke kantor dan menjalani aktivitasnya seperti biasa.Sebelum ia keluar dari kamarnya, ia duduk di ujung kasurnya seraya memainkan ponselnya. Sampai saat ini ia masih memikirkan tentang apa yang terjadi tadi malam.“Dia tidak akan tinggal diam setelah mengetahui hubunganku dan Papah sudah membaik, entah apa yang akan dia lakukan nanti, yang pasti aku tidak boleh lengah, jangan sampai dia melakukan sesuatu yang membahayakan Hana.”“Selain itu, dia pun akan terus berusaha menghancurkanku dan membuat hubunganku dan Papah hancur kembali. Saat ini dan seterusnya Papah akan sangat membutuhkanku dan Papah tidak boleh terjebak lagi dalam permainan mereka. Maka, aku harus bergerak lebih cepat untuk menangani hal ini. Tujuan dan rencana yang sudah aku buat bersama dengan Papah harus segera terlaksana, sebelum dia mematahkan rencana itu.”Rama beralih membuka laptopnya untuk melihat peluang apa yang bisa ia gunakan untuk membantu papahnya dan melindungi perusah
“Ini semua laporan yang baru aku rekap beberapa hari lalu, laporan ini adalah laporan bulan kemarin yang sesuai dengan file laporan asli yang kamu berikan tadi. Ini adalah laporan dari salah satu perusahaan yang memproduksi telepon seluler, yang di mana itu di bawah tanggung jawab Fran,” ujar Tasya.Rama membuka laporan-laporan tersebut dan mencocokan dengan laporan asli yang ia miliki. Ia mencoba memahami kedua laporan tersebut dengan baik.“Apa hanya Fran yang bertanggung jawab atas perusahaan cabang ini? Apa Papah tidak ikut campur?” tanya Rama.“Perusahaan ini awalnya hanya bergerak di bagian informatika, lalu perusahaan Fran bergerak di bidang telekomunikasi. Meski kedua perusahaan ini sudah melebur, tetapi tetap saja Fran masih memiliki kekuasaan yang lebih besar akan perusahaan telekomunikasi itu, jadi hampir setiap kegiatan yang ada di sana lebih berkaitan dengan Fran dibandingkan dengan Pak Reynald,” jelas Tasya.Rama menarik nafas panjang, jika begitu ia harus mencari tau le
“Pak, Anda mengalami luka robek di bagian bahu kanan, yang akibat oleh benda berat yang menimpa Anda, kami sarankan agar Anda beristirahat dulu di sini sampai besok, jika keadaan Anda membaik, maka besok Anda bisa langsung pulang,” ujar seorang dokter yang memeriksanya.“Terima kasih, Dok,” sahut Rama. “Saya ingin tau siapa yang membawa saya ke sini?”“Seorang perempuan dan laki-laki yang membawa Anda ke sini, mereka ada di luar, jika Anda mau saya akan memanggilnya,” ujar dokter tersebut.Rama mengangguk, lalu dokter tersebut pun keluar dari ruangan tersebut dan setelah beberapa saat berganti dengan Tasya dan Edo yang bergegas masuk ke ruangan itu dengan wajah khawatir.“Rama, bagaimana keadaanmu? Kamu baik-baiks aja?” tanya Tasya.“Hanya sedikit luka,” sahut Rama. “Kamu jangan beritahukan ini ke Papah, jangan ganggu waktu istirahatnya.”“Aku belum memberitahukan papahmu tentang hal ini, aku baru memberitahukan kepada Mawar karena kebetulan tadi dia menelpon dan menanyakan tentangmu.