“Apa yang sebenarnya ingin Rama lakukan? Kenapa dia malah menyerahkan aku kepada Fran?” Mawar menunjukkan wajah bingung di sana.Saat ini ia sedang dalam perjalanan bersama dengan Sarah menuju kosan Rama. Ia tidak bisa menunggu lagi, ia harus segera mendapatkan penjelasan dari Rama.“Rama tau jika Fran adalah orang yang berbahaya untukku, lalu kenapa dia membiarkan hal itu terjadi?” tanya Mawar. “Apa Rama setega itu kepadaku?”“Aku yakin Rama tidak akan setega itu menyerahkan kamu kepada Fran, dia menyayangimu secara sungguhan, dari hatinya,” sahut Sarah.“Jika nanti Rama tidak mau bicara dan menjelaskan semua itu kepadaku, bagaimana?” tanya Mawar.“Rama pasti mau bicara denganmu, dia selalu nurut kepadamu, cara bicaramu yang selalu menenangkan pasti bisa menenangkan dirinya juga,” sahut Sarah.Mawar mengangguk dengan wajah khawatir. Antara tenang dan tidak dengan keadaan hubungannya dan Rama.Setelah beberapa saat perjalanan, mereka pun sampai di depan kosan Rama. Saat itu juga Mawar
“Kak, bagaimana keadaan Kak Rama hari ini?” tanya Hana saat Mawar baru saja keluar dari kamar Rama.“Rama sudah baik-baik saja,” jawab Mawar. “Maaf, ya. Kakak ketiduran semalam. Kakak tidak enak dengan kamu dan penghuni kos di sekitar sini.”“Tidak apa-apa, aku mengerti jika semalam Kakak sedang menenangkan Kak Rama, aku tidak masalah. Semalam juga Kak Sarah sudah mencoba bicara dengan penghuni kos sekitar sini kalau Kakak sedang menginap untuk menemaniku, bukan Kak Rama. Mereka mengerti dan tidak penasaran dengan Kakak, kok,” jelas Hana.Mawar tersenyum mendengar hal itu. Sejak bangun pagi tadi hatinya merasa tidak enak karena tidak sengaja tertidur di kosan Rama itu.“Bagaiman adengan hubungan kalian selanjutnya?” tanya Hana.“Hari ini niatnya Kak Rama akan kembali ke rumah Kakak, kita akan mencoba bicarakan segalanya baik-baik dengan keluarga Kakak. Semoga saja ada jalan keluar dan mereka mau menerima Kak Rama lagi, agar niat baik Kakak dan Kak Rama bisa berjalan dengan baik,” jela
“Jadi, sekarang kalian semua akan menentang hubunganku dengan Rama?” Mawar menunjukkan tatapan bertanya.Mereka semua diam dan menatap Mawar dan Rama dengan tatapan datar.“Baiklah, kalau begitu aku akan keluar dari rumah ini bersama dengan Rama,” ujar Mawar.Seketika mereka semua menatap Mawar dengan tatapan kaget, termasuk Rama yang ada di sebelah Mawar kala itu.“Mawar, jangan!” tegas Rama.“Aku mencintaimu, jika mereka tidak bisa menerimamu, maka sama saja mereka tidak menerimaku. Bahkan jika aku tega, aku bisa saja meminta mereka yang keluar dari rumah ini, sebab ini adalah rumah pribadiku,” jawab Mawar dengan tatapan tajam.“Mawar jaga bicaramu! Kami ini keluargamu! Tega kamu bicara seperti itu kepada kami!” kakek Mawar menatap Mawar dengan penuh amarah.“Kamu lebih memilih orang asing dibandingkan keluargamu sendiri? Apa ini didikan yang selama ini kita berikan kepadamu?” tegas Wira.“Apa yang kalian ajarkan kepadaku? Selama ini kalian hanya memberikan tekanan yang besar dalam
“Kamu kenapa menunggu di luar?” Mawar menghampiri Rama yang berdiri di depan pintu rumah tersebut. “Ibu tidak mengatakan sesuatu yang menyakiti hatimu, kan?”“Tidak, aku hanya ingin menghirup udara segar, melihat sekitar rumah ini sebelum aku pergi meninggalkan rumah ini,” jawab Rama.Mawar hanya mengangguk, lalu ia memberikan Dio agar digendong oleh Rama.“Dio kangen ya dengan Papah?” Rama memeluk Dio dengan erat.Saat itu juga Dio terlihat sangat nyaman, ia menyandarkan tubuhnya ke tubuh Rama, ia tidak memberontak, ia menikmati pelukan itu.“Lihat, sepertinya Dio sangat nyaman denganmu, aku takut dia akan menangis jika kamu melepaskannya nanti dan pergi dari sini,” ujar Mawar.“Aku akan menidurkannya agar ketika aku pergi, dia tidak menangis,” sahut Rama. “Bisa kita bicara di taman saja? Agar Dio cepat tidur dan suasananya sedikit tenang untuk kita berdua.”Mawar mengangguk, lalu ia dan Rama berjalan ke taman belakang rumah tersebut. Di sana mereka berdua duduk, membiarkan angin seg
“Terima kasih karena telah mengantarkanku,” ujar Rama.“Pikirkan apa yang tadi aku bicarakan. Sekali lagi, jangan sampai kamu menyerah.” Tasya tersenyum lalu meninggalkan Rama di depan kosan tersebut.Rama hanya terdiam, setelahnya ia pun pergi memasuki kosannya dan beristirahat di kamarnya.Tangannya masih memegang kertas hasil pemeriksaan tersebut, ia belum membukanya sejak tadi.“Apa harus aku mengetahui hasilnya? Atau aku berikan saja kepada Hana agar dia yang mengetahui dan mengurusnya?” Rama menunjukkan wajah bingung.Rama diam memperhatikan kertas hasil pemeriksaan itu, ia bingung harus membukanya atau tidak. Di satu sisi ia merasa penasaran, di satu sisi ia malas untuk mengetahui hal tersebut.Ia terus memperhatikan kertas tersebut, sampai ia yakin dan membuka kertas tersebut. Ia kesal karena dirinya yang tidak bisa konsisten dengan keputusannya sendiri.Ia membuka kertas tersebut dan membaca hasil pemeriksaan papahnya. “Penyakit jantung?”Matanya membelalak saat melihat perny
“Untukku? Keluarga kita? Atau demi kebahagiaan Papah sendiri?” Rama menatap Reynald dengan tatapan penuh tanya.“Dulu Papah berpikir bahwa harta adalah segalanya. Papah ingin memberikan yang terbaik untuk kalian, Papah tidak ingin mengajak ibumu hidup susah, dan ibumu pun tidak ingin kamu dan Hana merasakan kesulitan. Maka, Papah menghalalkan segala cara untuk tetap mempertahankan perusahaan,” jelas Reynald.“Ibu terlibat dalam hal ini?” tanya Rama.“Ibumu mengetahuinya, tetapi setelah beberapa waktu Papah melakukannya. Dia tidak membongkar keburukan Papah karena dia pun setuju dengan pemikiran Papah untuk tetap membahagiakan kalian dengan harta dan kekayaan yang Papah berikan,” jawab Reynald.Rama tertawa pelan mendengar hal itu. Ia tidak menyangka jika keluarganya seperti itu. Selama ini ia pikir keluarganya adalah orang baik, ternyata tidak. “Aku kecewa dengan kalian.”“Papah tau jika kamu dan Hana akan sangat kecewa jika mengetahui kebenaran ini, maka selama ini Papah menyimpannya
“Kalau begitu Papah pulang dulu, ya. Kami pikirkanlah tentang tawaran Papah, beritahukan kepada Papah jika kamu setuju dengan hal itu. Papah harap kamu secepatnya bisa mengambil keputusan,” ujar Reynald. Rama hanya mengangguk, sedangkan Reynald langsung berpamitan dan pergi dari area kosan tersebut. Setelah Reynald pergi meninggalkan kosan itu, ia pun kembali masuk dan mengunci kosan tersebut dari dalam. Di sana ia memperhatikan makanan dan beberapa barang yang dibawakan oleh papahnya tadi, ia melihat perhatian dari papahnya saat itu. “Ini bukan pertama kalinya perhatian ini dia berikan, sudah kesekian kalinya, tetapi aku masih belum bisa meluluh dengan semua perhatian ini,” gumam Rama. Rama kembali membuka laporan hasil pemeriksaan papahnya yang ada di sakunya, ia membaca laporan tersebut dan kembali memikirkan tentang keadaan papahnya. Saat itu ia melihat nama dokter yang tertera di laporan hasil pemeriksaan tersebut, sepertinya ia harus menemui dokter tersebut untuk mengetahu
“Kamu kenapa masih di sini?” tanya Rama yang baru keluar dari kamarnya.Tadi, setelah makan siang dan berbicara serius dengan Mawar, ia diminta untuk beristirahat. Hal itu juga karena keadaan tubuhnya belum begitu sehat.Ia baru keluar dari rumah sakit dan ia langsung dihadapkan dengan banyak pilihan dan pikiran yang berat. Maka, ia membutuhkan istirahat yang cukup untuk mengembalikan energi dalam dirinya.“Aku tidak mungkin membiarkanmu sendiri, apalagi kamu sedang istirahat tadi,” jawab Mawar. “Hari ini juga tidak ada kegiatan penting yang harus aku hadiri, jadi aku bisa menemanimu di sini.”“Bagaimana dengan Dio? Dia rewel tidak setelah bangun tidur tadi?” tanya Rama.“Dia sempat menangis tadi, tapi sekarang sudah lebih baik. Ibu dan Om Wira mengajaknya jalan-jalan, mereka bilang bahwa mereka bisa dekat dengan Dio dan bisa mengatasi Dio tanpa kamu,” jawab Mawar.Rama hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Ia duduk di sebelah Mawar dan merangkul Mawar.“Aku ingin sekali berjuang untu