Home / Romansa / Suami Dadakan Ibu Muda / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Suami Dadakan Ibu Muda: Chapter 81 - Chapter 90

126 Chapters

Tawaran Modal

“Untukku? Keluarga kita? Atau demi kebahagiaan Papah sendiri?” Rama menatap Reynald dengan tatapan penuh tanya.“Dulu Papah berpikir bahwa harta adalah segalanya. Papah ingin memberikan yang terbaik untuk kalian, Papah tidak ingin mengajak ibumu hidup susah, dan ibumu pun tidak ingin kamu dan Hana merasakan kesulitan. Maka, Papah menghalalkan segala cara untuk tetap mempertahankan perusahaan,” jelas Reynald.“Ibu terlibat dalam hal ini?” tanya Rama.“Ibumu mengetahuinya, tetapi setelah beberapa waktu Papah melakukannya. Dia tidak membongkar keburukan Papah karena dia pun setuju dengan pemikiran Papah untuk tetap membahagiakan kalian dengan harta dan kekayaan yang Papah berikan,” jawab Reynald.Rama tertawa pelan mendengar hal itu. Ia tidak menyangka jika keluarganya seperti itu. Selama ini ia pikir keluarganya adalah orang baik, ternyata tidak. “Aku kecewa dengan kalian.”“Papah tau jika kamu dan Hana akan sangat kecewa jika mengetahui kebenaran ini, maka selama ini Papah menyimpannya
Read more

Dendam atau Keluarga?

“Kalau begitu Papah pulang dulu, ya. Kami pikirkanlah tentang tawaran Papah, beritahukan kepada Papah jika kamu setuju dengan hal itu. Papah harap kamu secepatnya bisa mengambil keputusan,” ujar Reynald. Rama hanya mengangguk, sedangkan Reynald langsung berpamitan dan pergi dari area kosan tersebut. Setelah Reynald pergi meninggalkan kosan itu, ia pun kembali masuk dan mengunci kosan tersebut dari dalam. Di sana ia memperhatikan makanan dan beberapa barang yang dibawakan oleh papahnya tadi, ia melihat perhatian dari papahnya saat itu. “Ini bukan pertama kalinya perhatian ini dia berikan, sudah kesekian kalinya, tetapi aku masih belum bisa meluluh dengan semua perhatian ini,” gumam Rama. Rama kembali membuka laporan hasil pemeriksaan papahnya yang ada di sakunya, ia membaca laporan tersebut dan kembali memikirkan tentang keadaan papahnya. Saat itu ia melihat nama dokter yang tertera di laporan hasil pemeriksaan tersebut, sepertinya ia harus menemui dokter tersebut untuk mengetahu
Read more

Kuhancurkan Keinginanku

“Kamu kenapa masih di sini?” tanya Rama yang baru keluar dari kamarnya.Tadi, setelah makan siang dan berbicara serius dengan Mawar, ia diminta untuk beristirahat. Hal itu juga karena keadaan tubuhnya belum begitu sehat.Ia baru keluar dari rumah sakit dan ia langsung dihadapkan dengan banyak pilihan dan pikiran yang berat. Maka, ia membutuhkan istirahat yang cukup untuk mengembalikan energi dalam dirinya.“Aku tidak mungkin membiarkanmu sendiri, apalagi kamu sedang istirahat tadi,” jawab Mawar. “Hari ini juga tidak ada kegiatan penting yang harus aku hadiri, jadi aku bisa menemanimu di sini.”“Bagaimana dengan Dio? Dia rewel tidak setelah bangun tidur tadi?” tanya Rama.“Dia sempat menangis tadi, tapi sekarang sudah lebih baik. Ibu dan Om Wira mengajaknya jalan-jalan, mereka bilang bahwa mereka bisa dekat dengan Dio dan bisa mengatasi Dio tanpa kamu,” jawab Mawar.Rama hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Ia duduk di sebelah Mawar dan merangkul Mawar.“Aku ingin sekali berjuang untu
Read more

Membongkar Misinya

“Kakak akan pergi ke mana?” tanya Hana. “Apa aku tidak boleh ikut? Aku bosan sendirian di sini.”“Kakak ingin menyelesaikan sesuatu, ini kepentingan yang kamu tidak boleh tau, rahasia Kakak dan Kak Mawar,” jawab Rama dengan wajah meledek.Hana langsung memasang wajah kesal dan menatap Rama dengan tatapan sinis. “Kalian pergi dan Papah tidak bisa datang untuk menemaniku, kalian tega meninggalkanku sendiri di sini.”“Biasanya juga kamu sendirian di kosan,” sahut Rama. “Jangan manja! Kakak tidak lama, hanya beberapa saat saja.”Hana menarik napas panjang dan mengangguk, tentu masih dengan wajah kesalnya karena ditinggal sendirian malam itu.Setelah beberapa
Read more

Untuk Menjaganya

“Semua berkas itu ada di flashdisk ini, peganglah!” Rama memberikan sebuah flashdisk kepada Reynald. “Semua berkas yang berkaitan dengan perusahaan Papah sudah aku hilangkan dari perangkat-repangkatku, hanya ada di flashdisk itu dan flashdisk itu aku serahkan kepada Papah. Terserah Papah mau melakukan apa dengan flashdisk tersebut.” “Siapa saja yang sudah menerima berkas semacam ini?” tanya Reynald. “Belum ada orang lain yang menerima berkas itu, hanya Papah. Aku memang belum menyebarkannya dan aku harap dengan ini Papah bisa memperbaiki segalanya yang bisa Papah perbaiki dalam waktu dekat ini. Apa yang telah terjadi sebelumnya tidak bisa kita ubah, tetapi kita bisa memperbaiki apa yang ada sekarang, setidaknya jaga mereka agar tidak mengetahui tentang hal ini,” jelas Rama. “Memperbaiki suatu kesalahan yang besar bukanlah hal mudah, tidak mungkin semuanya bisa diselesaikan dalam waktu yang singkat, semuanya butuh waktu dan mungkin akan sangat lama, dan belum tentu bisa diselesaikan
Read more

Jadilah Sepertinya

“Usia Dio memang masih kecil, tetapi hatinya sangat perasa, dia merindukanmu sampai dia tidak bisa lepas darimu,” ujar Mawar.“Dia hanya sedikit manja denganku, mungkin terbiasa karena beberapa waktu lalu selalu ada di dekatku,” sahut Rama. “Mungkin selanjutnya aku tidak bisa sering-sering ada di dekatnya, kasihan jika dia harus aku bawa keluar malam hari seperti ini hanya karena dia tidak bisa tidur.”Saat ini Rama dan Mawar sedang berjalan-jalan sekitar komplek perumahan tersebut.Waktunya sudah cukup malam, tetapi mau tidak mau mereka harus melakukan itu. Sebab, Rama tidak bisa ada di sekitar rumah Mawar, sedangkan Dio menginginkan Rama untuk ada di pelukannya.“Besok pengasuhnya akan kembali, aku tidak tau dia bisa mengatasi hal ini atau tidak. Tapi, yang aku inginkan, kamu tetap sesekali menemuinya agar dia tidak merasa kehilangan sosok kamu,” ujar Mawar.“Jujur, jika aku berpisah dengannya, bukan hanya dia yang akan merasa kehilangan, tetapi aku pun akan merasa kehilangan.” Rama
Read more

Aku Datang

“Kak, ayo sarapan dulu!” Hana memanggil kakaknya yang masih ada di dalam kamarnya.Saat itu juga Rama langsung keluar dari kamarnya, ketika itu juga ia menunjukkan wajah bingung seraya memegang tasnya.“Kamu merapikan tas Kakak semalam?” tanya Rama.“Iya, semalam aku bosan, jadi aku rapikan tas Kakak dan aku siapkan semua berkas yang Kakak butuhkan hari ini,” jawab Hana yang masih fokus menyiapkan sarapan untuknya dan Rama.“Kamu menyiapkan semua ini? Termasuk berkas-berkas untuk laporan beasiswa Kakak?” Rama menatap Hana dengan tatapan bingung. “Dari mana kamu mengetahui tentang berkas-berkas ini?”Hana menghentikan aktivitasnya dan menatap Rama dengan tatapan kaget. “Aku terbiasa melihat Kakak merapikan berkas-berkas itu, dan aku mengingat semuanya. Jadi, aku merapikannya tadi malam karena hari ini sesuai yang aku ingat Kakak akan melakukan laporan tersebut, kan?”Rama hanya mengangguk dengan tatapan yang masih meragukan jawaban dari adiknya.“Sudahlah, aku hanya tidak ingin Kakak t
Read more

Ruangan Penuh Kenangan

“Masulah! Ini ruanganmu!” suruh Reynald seraya membuka pintu sebuah ruangan yang ada di sebelah ruangannya.Rama masuk ke dalam ruangan tersebut dan mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan tersebut.Di dalam sana ia menemukan banyak kenangan yang sudah lama tidak ia lihat. Foto-foto kebersamaan keluarganya terpasang di sana.“Ruangan ini adalah ruangan ibumu dulu. Setelah dia tidak lagi bekerja di perusahaan ini, dia meminta untuk ruangan ini tidak ditempati oleh siapa pun, hanya kamu yang boleh menempatinya,” ujar Reynald.“Itu kan hanya keinginan Ibu, kenapa Papah tidak menentangnya? Papah bisa saja kan menggunakan ruangan ini untuk hal lain?” Rama menatap papahnya dengan tatapan bertanya.“Sebab Papah pun ingin kamu yang menempati ruangan ini. Ruangan ini memiliki banyak kenangan dan Papah ingin kamu yang menerima dan menyaksikan semua kenangan ini. Semua ini sudah Papah siapkan untukmu sejak lama,” jelas Reynald.Rama mendekat ke arah meja kerja yang ada di sana, lalu ia menga
Read more

Kebenaran Beasiswa

“Wow! Sepertinya rencanamu terdengar sangat lancar, ya?” Rama tertawa kecil. “Tapi, aku tidak akan membiarkan semua hal itu terjadi. Mawar tidak akan kembali lagi kepadamu dan yang kamu dapatkan hanyalah kehancuran.”“Seyakin itukah kamu?” Fran ikut tertawa.“Tentu saja, kebaikan akan selalu mengalahkan kejahatan!” tegas Rama.“Kalau begitu, aku akan menunggu hal itu. Mari kita sama-sama melakukan rencana kita dan saling menghancurkan. Kita lihat saja siapa yang akan menang nantinya.” Fran mengulurkan tangan ke arah Rama.Rama langsung menerima salaman tersebut dengan tatapan tajam kepada Fran.Saat mereka saling melemparkan tatapan sengit, seseorang mengetuk pintu dan masuk, memecahkan kedinginan di antara mereka.“Maaf, Pak. Saya ingin memberikan beberapa berkas yang harus Bapak pelajari,” ucap orang tersebut.Saat orang tersebut masuk ke dalam ruangan tersebut, Fran langsung keluar dari ruangan itu, meninggalkan Rama dan seorang staf tersebut.“Ada apa?” Rama kembali memasang senyu
Read more

Foto dan Hiasan

“Sepertinya sudah cukup pembicaraan kita hari ini, saya sudah melaporkan semuanya,” ujar Wahyu. “Saya tidak bisa tinggal lebih lama lagi, setelah ini masih ada beberapa hal yang harus saya selesaikan.”“Terima kasih atas penjelasannya, semoga proyek kita ini bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan untuk mensukseskan proyek ini.” Reynald menyalami Wahyu yang hendak pergi.Setelah mereka berdua bersalaman, kini giliran Rama. Wahyu mengulurkan tangannya ke arah Rama, sedangkan Rama hanya menatapnya dengan tatapan dingin.“Pak, sudahi apa yang Bapak berikan,” ucap Rama.Seketika Wahyu dan Reynald langsung saling tatap. Sebenarnya mereka akan memperkirakan hal tersebut akan terjadi jika Rama sudah mengetahui kebenaran tentang beasiswa tersebut.“Om sudah daftarkan kamu sampai lulus nanti, tidak perlu diberhentikan, kamu bisa terus menggunakannya,” ujar Wahyu.“Aku tidak mau menerima semua itu lagi. Jika semua itu tidak dihentikan, maka biarkan saja aku berhenti kuliah,” sahut Ra
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status