Semua Bab Suami Dadakan Ibu Muda: Bab 11 - Bab 20

126 Bab

Berikan Kepercayaan

Rama kini sedang sibuk di ruangannya. Ia masih bergelut dengan semua data dan informasi yang ia kumpulkan mengenai perusahaan musuhnya itu.“Permisi, Pak. Bu Mawar tadi mengingatkan saya bahwa hari ini Bapak ada perkuliahan. Jadi, Bu Mawar ingin Bapak segera pergi ke kampus dan meninggalkan pekerjaan ini sementara waktu,” ujar Galih.Rama yang masih fokus dengan pekerjaannya hanya mengangguk. Ia bahkan tidak sadar dengan ucapan sekretarisnya saat itu.“Bapak bisa telat jika Bapak tidak segera pergi,” tambah Galih.“Kamu–”Ucapan Rama terhenti saat menyadari bahwa Galih mengetahui tentang identitasnya yang masih seorang mahasiswa itu.Ia yang tadinya hendak marah karena Galih yang rewel memberitahunya, kini menatap Galih dengan tatapan bingung.“Kamu tau?” tanya Rama.“Iya, Bu Mawar memberitahu saya sebelum dia pergi tadi,” jawab Galih. “Bu Mawar juga meminta saya untuk mengantar Bapak sampai dekat kampus agar Bapak tidak telat. Mari!”Rama masih tidak mengerti dengan hal itu, tetapi s
Baca selengkapnya

Kepentingan Utama

“Wah! Kami kira orang sepertimu tidak akan sanggup lagi berkuliah! Apa kamu menang lotre sampai kamu bisa membayar semua biaya kuliahmu dengan cepat?” Seorang laki-laki menghadang Rama di depan pintu kelas.Rama yang hendak keluar dari kelas tersebut hanya bisa menggigit bibir bawahnya dan menatap laki-laki itu dengan tatapan kesal.“Kalian tidak perlu mengetahui darimana aku mendapatkan uang, yang jelas aku akan tetap berkuliah!” tegas Rama.“Kita lihat saja, berapa semester lagi kamu akan bertahan di sini sampai kamu kehabisan uang untuk biaya hidupmu itu,” sinis laki-laki itu.Mereka semua adalah teman sekelas Rama yang selalu mengganggu Rama. Lebih tepatnya, mereka iri kepada Rama yang selalu mendapatkan nilai terbaik dan memiliki kepintaran di atas rata-rata.Diam-diam Rama adalah mahasiswa kesayangan dosen. Selama ini jika ia mengalami kesulitan untuk membayar biaya kuliah, dosennya yang selalu membantunya untuk meminta keringanan kepada pihak kampus.Bahkan ia kerap mendapat ba
Baca selengkapnya

Masa Lalu Tersembunyi

“Hana! Jaga bicaramu!” Rama menatap adiknya dengan tatapan tajam.“Jika bukan karenanya, Kakak tidak akan mengabaikanku! Kakak yang membawaku dalam kehidupan ini, kenapa sekarang Kakak yang membuangku?” Hana mulai menitihkan air matanya.Saat itu juga Mawar langsung memegang bahu Rama. Dari tatapannya ia meminta Rama untuk lebih lembut dan memberikan perhatian kepada adiknya.“Sebaiknya jelaskan ke dia tentang kita, tidak masalah dia sedikit mengetahui tentang kita. Jangan sampai salah paham ini malah melebar dan akhirnya membuat dia membencimu,” ujar Mawar.Rama menarik napas panjang, menatap adiknya dengan tatapan penuh kesabaran.“Kalau begitu, aku izin pulang dulu ke kosan bersama dengannya. Ada banyak hal yang harus aku jelaskan padanya,” ujar Rama.“Pergilah! Kembali jika kamu dan dia sudah berbaikan. Jangan kembali dengan penuh dendam di antara kalian, aku tidak akan menyukai itu,” sahut Mawar.Rama mengangguk, lalu ia menggandeng tangan Hana dan beranjak membawanya keluar dari
Baca selengkapnya

Boneka Keluarga

“Bagaimana Hana? Apa dia sudah mau mengerti?” tanya Mawar. Saat ini Rama dan Mawar sedang dalam perjalanan kembali ke rumah mereka. Sebelumnya mereka berdua bertemu di kantor Mawar untuk pulang bersama. Rama langsung menjelaskan tentang apa yang ia katakan kepada adiknya tadi. Ia juga menjelaskan bahwa dirinya tidak akan ada di rumah bersama Mawar saat malam hari. “Kamu tidak keberatan kan jika aku meninggalkanmu dan Dio saat tengah malam?” tanya Rama. “Aku tidak masalah, biasanya juga keluargaku sudah tidur di jam segitu, aku juga bisa mengurus Dio sendiri, jadi kamu pergi saja. Mungkin saat ini memang adikmu yang lebih membutuhkan bantuanmu,” sahut Mawar. “Kamu tidak masalah jika aku tidak menjalankan tugasku dengan baik?” tanya Rama. “Tidak. Tugasmu adalah berpura-pura di depan keluargaku, jika tidak ada mereka, maka tidak masalah jika kamu tidak bersama denganku. Seperti yang tadi aku katakan, adikmu lebih penting daripada diriku dan kerja sama kita,” jelas Mawar. “Terima k
Baca selengkapnya

Takut Jatuh Cinta

“Apa keluargamu menyayangimu? Aku tidak melihat kasih sayang itu dari mereka.” Rama menatap Mawar dengan tatapan bertanya.“Mereka memberikan kasih sayang dan semua yang aku inginkan sejak kecil, tetapi apa yang mereka lihat saat mereka ke Jakarta membuat mereka menjadi sedikit dingin kepadaku. Tapi tidak masalah, aku sudah menerimanya sebagai resiko dari apa yang aku lakukan sebelumnya,” jawab Mawar.“Jika mereka memang benar-benar menyayangimu, mereka akan membantumu menghadapi semua masalah ini, bukannya malah bersikap dingin kepadamu. Kamu masih menjadi bagian dari keluarganya, kamu masih berhak untuk mendapatkan kasih sayang dari mereka sampai detik ini,” ujar Rama.“Mereka hanya belum menerima keadaan ini. Ketika mereka sudah mau menerima keadaan ini, aku pastikan mereka akan kembali bersikap baik kepadaku,” sahut Mawar.“Kamu sangat percaya diri bahwa mereka menyayangimu, memangnya kasih sayang apa yang mereka berikan sampai akhirnya kamu sepercaya ini dengan mereka?” tanya Ram
Baca selengkapnya

Sahabat Lama

“Tuh! Tuh!” Dio berbicara dengan nada bicaranya yang belum jelas, seraya menunjuk ke arah sebuah perosotan yang ada di taman itu.Mawar menghentikan langkahnya dan melihat objek yang ditunjuk oleh putranya.“Kamu tidak bisa main itu, kamu masih kecil. Itu juga kotor, nanti kamu sakit,” ujar Mawar.“Dari mana ajaran yang menunjukkan jika main perosotan akan membuat anak sakit?” Rama menatap Mawar dengan tatapan bingung.“Kamu tidak lihat perosotan itu kotor, sedangkan Dio saat ini sedang hobi menggigit jarinya. Bagaimana kalau setelah main nanti dia memasukan jari ke mulutnya? Itu bisa jadi sarang kuman untuknya!” jelas Mawar dengan tatapan protektif.“Anak kecil itu butuh
Baca selengkapnya

Akankah Terbongkar?

“Apa mungkin teman Mawar akan mengenaliku? Bagaimana kalau Mawar mengetahui segalanya dari orang lain? Apa dia akan menjadi sangat marah?” Rama terus bertanya-tanya sendirian. Saat ini ia sedang memandikan Dio, tetapi pikirannya tidak fokus karena kejadian sore ini. Sejak bertemu dengan Tasya dan mengetahui tentang latar belakang pekerjaan Tasya, seketika pikirannya mulai dipenuhi dengan banyak pertanyaan dan ketakutan. “Ngin!” Suara Dio menyadarkan Rama, ternyata ia sudah cukup lama di kamar mandi tersebut, hingga tanpa sadar ia membuat Dio kedinginan. Ia yang sudah selesai mandi langsung bergegas mengeluarkan Dio dari bak mandi, lalu ia keluar bersama dengan Dio menuju kamarnya. Di sana ia langsung menyelimuti Dio dengan handuk dan menidurinya di kasur. Setelahnya ia langsung keluar dari kamarnya menuju kamar Mawar, ia harus mengambil pakaian untuk Dio terlebih dahulu. Di kamar tersebut sudah ada Mawar yang sedang menyiapkan pakaian untuk Dio. Mata mereka bertatapan, sama-sam
Baca selengkapnya

Tamu Tak Diundang

“Dio sudah tidur, jadi mari kita bicara!” ajak Mawar.Rama hanya mengangguk, lalu ia dan Mawar beranjak masuk ke kamar Rama. Namun, belum sempat Rama menutup pintu, suara ketukan pintu dari luar kamar Mawar terdengar.Seketika Rama dan Mawar keluar ke kamar Mawar. Rama dengan cepat membuka pintu kamar tersebut, sedangkan Mawar duduk di kasurnya, seolah sedang memperhatikan Dio yang sedang tertidur.“Kalian sedang apa? Kenapa terlihat panik?” tanya Tian seraya menatap Rama dengan tatapan menyelidik.“Tidak, Om. Itu kami panik karena Dio baru saja tidur, kita takut dia bangun jika mendengar suara ketukan terlalu keras,” jelas Rama.Tian menoleh ke dalam, melihat ke arah tempat tidur bayi yang ada di sana, lalu ia mengangguk pelan.“Saya ke sini hanya untuk menyampaikan bahwa ada tamu untuk Mawar di depan,” ujar Tian.“Iya, nanti Mawar akan turun,” sahut Rama.Tian hanya mengangguk, lalu ia segera pergi dari sana.Sementara itu Rama berbalik badan dan menyuruh Mawar untuk keluar menemui
Baca selengkapnya

Pandangan Keluarga

“Kenapa kamu tidak jujur kepada Ibu bahwa suamimu itu masih seorang mahasiswa?” Eva dan keluarganya yang lain menatap Mawar dengan tatapan tajam.Sebelumnya mereka ada di dekat ruang tamu tersebut, mereka mendengar semua percakapan yang terjadi antara Rama dan Fran tadi.“Rama memang sedang berkuliah dan perbedaan usia kami memang cukup jauh, tetapi apa salah kami menikah jika kami saling mencintai?” tanya Mawar.“Setidaknya jujurlah kepada kami,” ujar Tian.“Jika aku jujur kepada kalian, maka kalian akan semakin menginjak-injak Rama. Dia juga manusia, dia setara dengan kita, lalu kenapa kalian memperlakukannya dengan buruk?” Mawar berbalik menatap keluarganya dengan tatapan tajam.“Seorang laki-laki yang masih berkuliah tidak akan sedewasa laki-laki yang seusia dengan kamu! Banyak resiko yang akan kalian tanggung dalam pernikahan ini, Kakek tidak yakin jika kalian tetap mempertahankan hubungan kalian,” sinis kakek Mawar.“Kalian boleh meragukan Rama, tetapi aku meyakini hubunganku de
Baca selengkapnya

Takdir Kita?

“Kamu yakin sudah benar-benar membaik?” tanya Rama seraya membawakan coklat hangat untuk Mawar.Mereka sudah berjanji untuk bertemu di balkon kamar mereka untuk membicarakan tentang kejadian hari ini.Hari sudah malam, waktunya sudah cukup tepat untuk mereka berbicara serius satu sama lain.“Aku tidak mau terlalu memikirkan tentang kejadian tadi, aku juga sudah tidak ingin mengingat Fran. Jadi, aku bisa lebih cepat pulih dari rasa sedih dan emosiku tadi,” sahut Mawar.“Kamu hebat sekali bisa mengontrol emosimu, mengatur kesedihanmu agar tidak berlarut-larut. Aku semakin yakin kalau kamu adalah perempuan yang kuat,” ujar Rama.Mawar hanya tersenyum tipis, lalu ia meminum minuman yang sudah diberikan oleh Rama sebelumnya.“Coklat hangat di malam hari, kamu ingin membuat berat badanku naik?” Mawar menatap Rama dengan tatapan dingin setelah ia merasakan minuman yang ada di gelas tersebut.“Minum satu gelas coklat hangat tidak akan membuat berat badanmu naik 100 kilo, ini hanya untuk menge
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status