Hallo, guys! Hari ini thor mau nyapa kalian, setelah sekian lama, hehe Gimana ceritanya? Masih menikmati dengan baik? Atau sudah mulai greget dengan alurnya? Semoga kalian suka ya sama cerita ini :) Ikutin terus kisah cinta Rama dan Mawar, jangan lupa tinggalkan jejak, ya ... Selamat menikmati ceritanya!
“Dio sudah tidur, jadi mari kita bicara!” ajak Mawar.Rama hanya mengangguk, lalu ia dan Mawar beranjak masuk ke kamar Rama. Namun, belum sempat Rama menutup pintu, suara ketukan pintu dari luar kamar Mawar terdengar.Seketika Rama dan Mawar keluar ke kamar Mawar. Rama dengan cepat membuka pintu kamar tersebut, sedangkan Mawar duduk di kasurnya, seolah sedang memperhatikan Dio yang sedang tertidur.“Kalian sedang apa? Kenapa terlihat panik?” tanya Tian seraya menatap Rama dengan tatapan menyelidik.“Tidak, Om. Itu kami panik karena Dio baru saja tidur, kita takut dia bangun jika mendengar suara ketukan terlalu keras,” jelas Rama.Tian menoleh ke dalam, melihat ke arah tempat tidur bayi yang ada di sana, lalu ia mengangguk pelan.“Saya ke sini hanya untuk menyampaikan bahwa ada tamu untuk Mawar di depan,” ujar Tian.“Iya, nanti Mawar akan turun,” sahut Rama.Tian hanya mengangguk, lalu ia segera pergi dari sana.Sementara itu Rama berbalik badan dan menyuruh Mawar untuk keluar menemui
“Kenapa kamu tidak jujur kepada Ibu bahwa suamimu itu masih seorang mahasiswa?” Eva dan keluarganya yang lain menatap Mawar dengan tatapan tajam.Sebelumnya mereka ada di dekat ruang tamu tersebut, mereka mendengar semua percakapan yang terjadi antara Rama dan Fran tadi.“Rama memang sedang berkuliah dan perbedaan usia kami memang cukup jauh, tetapi apa salah kami menikah jika kami saling mencintai?” tanya Mawar.“Setidaknya jujurlah kepada kami,” ujar Tian.“Jika aku jujur kepada kalian, maka kalian akan semakin menginjak-injak Rama. Dia juga manusia, dia setara dengan kita, lalu kenapa kalian memperlakukannya dengan buruk?” Mawar berbalik menatap keluarganya dengan tatapan tajam.“Seorang laki-laki yang masih berkuliah tidak akan sedewasa laki-laki yang seusia dengan kamu! Banyak resiko yang akan kalian tanggung dalam pernikahan ini, Kakek tidak yakin jika kalian tetap mempertahankan hubungan kalian,” sinis kakek Mawar.“Kalian boleh meragukan Rama, tetapi aku meyakini hubunganku de
“Kamu yakin sudah benar-benar membaik?” tanya Rama seraya membawakan coklat hangat untuk Mawar.Mereka sudah berjanji untuk bertemu di balkon kamar mereka untuk membicarakan tentang kejadian hari ini.Hari sudah malam, waktunya sudah cukup tepat untuk mereka berbicara serius satu sama lain.“Aku tidak mau terlalu memikirkan tentang kejadian tadi, aku juga sudah tidak ingin mengingat Fran. Jadi, aku bisa lebih cepat pulih dari rasa sedih dan emosiku tadi,” sahut Mawar.“Kamu hebat sekali bisa mengontrol emosimu, mengatur kesedihanmu agar tidak berlarut-larut. Aku semakin yakin kalau kamu adalah perempuan yang kuat,” ujar Rama.Mawar hanya tersenyum tipis, lalu ia meminum minuman yang sudah diberikan oleh Rama sebelumnya.“Coklat hangat di malam hari, kamu ingin membuat berat badanku naik?” Mawar menatap Rama dengan tatapan dingin setelah ia merasakan minuman yang ada di gelas tersebut.“Minum satu gelas coklat hangat tidak akan membuat berat badanmu naik 100 kilo, ini hanya untuk menge
“Tadi Tasya mengatakan bahwa kamu memiliki wajah yang mirip dengan bosnya, apa kamu juga punya hubungan dengan bosnya Tasya?” tanya Mawar.Rama terdiam, ia menyiapkan diri untuk menghadapi respons dari Mawar. Jika ia memberitahukan tentang papahnya, maka Mawar pun akan mengetahui tentang Fran.“Rama? Kamu sebaiknya jujur! Aku sudah mengetahui tentangmu dan Fran, tidak ada salahnya jika kamu mau jujur tentang hal lain,” tambah Mawar.“Sebenarnya bosnya Tasya adalah papahku,” jawab Rama.Mawar membelalakan matanya. Jika bosnya Tasya adalah papahnya Rama, maka sama dengan papahnya Fran.“Ini alasan kenapa kemarin aku mencari tau tentang kontrak antara perusahaanmu dengan perusahaan papahku itu. Aku bingung kenapa kamu bisa bekerja sama dengan perusahaan papahku, padahal di sana tertera dengan jelas bahwa CEO dari perusahaan itu adlaah Fran,” ujar Rama.“Fran CEO di sana?” Mawar semakin terkejut.“Itu hal yang menjadi pertanyaanku sejak kemarin, kenapa kamu melakukan kerja sama itu? Bahka
“Apa alasan Hana takut di rumah sendirian itu karena Fran?” tanya Mawar.“Iya, salah satunya itu. Fran sering diminta oleh Papah untuk membujuk Hana kembali ke rumah, dia mengambil kepercayaan Papah, tanpa Papah mengetahui apa yang selama ini Fran lakukan kepada Hana. Maka dari itu, Hana selalu ketakutan jika dia sendirian di rumah. Selain itu, Papah juga sering mendatangi Hana dan mengajaknya pulang, sedangkan Hana juga tidak nyaman dengan hal itu,” jelas Rama.“Apa Hana pun membenci papahmu sejak kejadian itu?” tanya Mawar.“Hana tidak membenci papahku, tetapi dia membenci keluarga papahku yang baru. Dulu dia tidak tau jika ibuku sering juga mendapati perlakuan kasar dari papahku setelah papahku menikahi ibunya Fran, tetapi aku yang memperlihatkannya kepada Hana. Aku yang
“Kenapa nasinya hanya sedikit? Kamu tidak mau makan nasi?” tanya Mawar. “Iya, aku sedang tidak ingin makan nasi, jadi aku makan mie instan saja. Kamu makanlah!” jawab Rama. Mawar melahap nasi dan ayam yang ada di kotak makan tersebut, sedangkan Rama tersenyum senang melihat Mawar bisa makan dengan makanan yang cukup dan enak. Namun, saat ia memperhatikan Mawar, Mawar malah mengarahkan sesendok makannya ke depan mulut Rama. “Kamu bisa sakit jika hanya makan mie, itu juga tidak baik untuk kesehatanmu. Makanlah sedikit nasi agar perutmu tidak kosong,” ucap Mawar. “Aku mengambilkan makanan itu untukmu, kamu makan saja sampai habis. Jika nanti aku lapar, aku bisa makan di luar saat bertemu dengan Hana. Kamu tenang saja, aku juga sudah biasa seperti ini,” sahut Rama. “Satu suapanmu tidak akan membuatku tidak kenyang, makanlah!” Mawar memaksa Rama untuk membuka mulutnya. Rama tertawa tipis mendapati suapan itu. Akhirnya mau tidak mau ia membuka mulutnya dan menerima makanan itu. “Jan
“Hana! Kak Sarah! Ini aku!” Rama mengetuk-ngetuk pintu kosanannya. Di dalam saja ada Sarah, perempuan lain. Ia tidak bisa asal masuk, meski ia memiliki kunci kamar tersebut. Setelah beberapa saat, Hana keluar dan menyambut Rama dengan pelukan kebahagiaannya. “Kak Sarah sudah tidur?” tanya Rama. “Mana mungkin aku tidur, aku harus kembali ke kosanku setelah kamu kembali,” sahut Sarah yang muncul dari belakang Hana. “Kak, terima kasih karena sudah menjaga Hana. Maaf karena Kakak jadi tidak bisa tidur sejak sore karena harus menungguku kembali,” ujar Rama. “Tenang saja, aku dan Hana baru selesai bersenang-senang. Masih ada banyak list drakor yang belum kita selesaikan, jadi kita akan sambung besok,” sahut Sarah dengan nada bersahabat. “Kalau begitu, aku kembali ke kosanku dulu, ya. Kalian istirahatlah! Besok jika kamu hendak pergi, ketuk saja kosanku agar aku kembali ke sini.” “Besok biar aku saja yang ke kos Kakak, gantian,” ujar Hana. Sarah tersenyum dan menunjukkan kedua ibu ja
“Huh! Penuh sekali pikiranku ini!” kesal Rama. Rama mengacak-acak rambutnya, merasa sangat pusing dengan banyaknya beban pikiran yang ada di kepalanya. Di satu sisi ia masih memikirkan tentang rasa sakit hatinya pada papahnya, tetapi di sisi lain ia pun memikirkan tentang ucapan yang Tasya katakan kepadanya tadi. “Sudah sangat lama sejak aku pergi dari rumah, apa benar sekarang Papah tidak baik-baik saja?” Sebagai seorang anak tentu Rama merasa khawatir kepada papahnya. Meski ia memiliki dendam tersendiri pada papahnya, tetapi ia tidak bisa memungkiri rasa sayangnya pada papahnya. “Sudahlah! Biarkan saja dia sendiri, dia juga masih memiliki istri mudanya itu!” kesal Rama. “Dulu saat Ibu sakit pun dia tidak peduli, jadi untuk apa aku peduli kepadanya.” Rama melihat jam dinding rumah tersebut. Sudah cukup lama ia di sana, kini sudah menjelang pagi. Selama di sana ia sama sekali tidak tidur, ia fokus menyusun strategi agar rencananya bisa berjalan dengan lancar. Meski selama ia