“Hana! Jaga bicaramu!” Rama menatap adiknya dengan tatapan tajam.“Jika bukan karenanya, Kakak tidak akan mengabaikanku! Kakak yang membawaku dalam kehidupan ini, kenapa sekarang Kakak yang membuangku?” Hana mulai menitihkan air matanya.Saat itu juga Mawar langsung memegang bahu Rama. Dari tatapannya ia meminta Rama untuk lebih lembut dan memberikan perhatian kepada adiknya.“Sebaiknya jelaskan ke dia tentang kita, tidak masalah dia sedikit mengetahui tentang kita. Jangan sampai salah paham ini malah melebar dan akhirnya membuat dia membencimu,” ujar Mawar.Rama menarik napas panjang, menatap adiknya dengan tatapan penuh kesabaran.“Kalau begitu, aku izin pulang dulu ke kosan bersama dengannya. Ada banyak hal yang harus aku jelaskan padanya,” ujar Rama.“Pergilah! Kembali jika kamu dan dia sudah berbaikan. Jangan kembali dengan penuh dendam di antara kalian, aku tidak akan menyukai itu,” sahut Mawar.Rama mengangguk, lalu ia menggandeng tangan Hana dan beranjak membawanya keluar dari
“Bagaimana Hana? Apa dia sudah mau mengerti?” tanya Mawar. Saat ini Rama dan Mawar sedang dalam perjalanan kembali ke rumah mereka. Sebelumnya mereka berdua bertemu di kantor Mawar untuk pulang bersama. Rama langsung menjelaskan tentang apa yang ia katakan kepada adiknya tadi. Ia juga menjelaskan bahwa dirinya tidak akan ada di rumah bersama Mawar saat malam hari. “Kamu tidak keberatan kan jika aku meninggalkanmu dan Dio saat tengah malam?” tanya Rama. “Aku tidak masalah, biasanya juga keluargaku sudah tidur di jam segitu, aku juga bisa mengurus Dio sendiri, jadi kamu pergi saja. Mungkin saat ini memang adikmu yang lebih membutuhkan bantuanmu,” sahut Mawar. “Kamu tidak masalah jika aku tidak menjalankan tugasku dengan baik?” tanya Rama. “Tidak. Tugasmu adalah berpura-pura di depan keluargaku, jika tidak ada mereka, maka tidak masalah jika kamu tidak bersama denganku. Seperti yang tadi aku katakan, adikmu lebih penting daripada diriku dan kerja sama kita,” jelas Mawar. “Terima k
“Apa keluargamu menyayangimu? Aku tidak melihat kasih sayang itu dari mereka.” Rama menatap Mawar dengan tatapan bertanya.“Mereka memberikan kasih sayang dan semua yang aku inginkan sejak kecil, tetapi apa yang mereka lihat saat mereka ke Jakarta membuat mereka menjadi sedikit dingin kepadaku. Tapi tidak masalah, aku sudah menerimanya sebagai resiko dari apa yang aku lakukan sebelumnya,” jawab Mawar.“Jika mereka memang benar-benar menyayangimu, mereka akan membantumu menghadapi semua masalah ini, bukannya malah bersikap dingin kepadamu. Kamu masih menjadi bagian dari keluarganya, kamu masih berhak untuk mendapatkan kasih sayang dari mereka sampai detik ini,” ujar Rama.“Mereka hanya belum menerima keadaan ini. Ketika mereka sudah mau menerima keadaan ini, aku pastikan mereka akan kembali bersikap baik kepadaku,” sahut Mawar.“Kamu sangat percaya diri bahwa mereka menyayangimu, memangnya kasih sayang apa yang mereka berikan sampai akhirnya kamu sepercaya ini dengan mereka?” tanya Ram
“Tuh! Tuh!” Dio berbicara dengan nada bicaranya yang belum jelas, seraya menunjuk ke arah sebuah perosotan yang ada di taman itu.Mawar menghentikan langkahnya dan melihat objek yang ditunjuk oleh putranya.“Kamu tidak bisa main itu, kamu masih kecil. Itu juga kotor, nanti kamu sakit,” ujar Mawar.“Dari mana ajaran yang menunjukkan jika main perosotan akan membuat anak sakit?” Rama menatap Mawar dengan tatapan bingung.“Kamu tidak lihat perosotan itu kotor, sedangkan Dio saat ini sedang hobi menggigit jarinya. Bagaimana kalau setelah main nanti dia memasukan jari ke mulutnya? Itu bisa jadi sarang kuman untuknya!” jelas Mawar dengan tatapan protektif.“Anak kecil itu butuh
“Apa mungkin teman Mawar akan mengenaliku? Bagaimana kalau Mawar mengetahui segalanya dari orang lain? Apa dia akan menjadi sangat marah?” Rama terus bertanya-tanya sendirian. Saat ini ia sedang memandikan Dio, tetapi pikirannya tidak fokus karena kejadian sore ini. Sejak bertemu dengan Tasya dan mengetahui tentang latar belakang pekerjaan Tasya, seketika pikirannya mulai dipenuhi dengan banyak pertanyaan dan ketakutan. “Ngin!” Suara Dio menyadarkan Rama, ternyata ia sudah cukup lama di kamar mandi tersebut, hingga tanpa sadar ia membuat Dio kedinginan. Ia yang sudah selesai mandi langsung bergegas mengeluarkan Dio dari bak mandi, lalu ia keluar bersama dengan Dio menuju kamarnya. Di sana ia langsung menyelimuti Dio dengan handuk dan menidurinya di kasur. Setelahnya ia langsung keluar dari kamarnya menuju kamar Mawar, ia harus mengambil pakaian untuk Dio terlebih dahulu. Di kamar tersebut sudah ada Mawar yang sedang menyiapkan pakaian untuk Dio. Mata mereka bertatapan, sama-sam
“Dio sudah tidur, jadi mari kita bicara!” ajak Mawar.Rama hanya mengangguk, lalu ia dan Mawar beranjak masuk ke kamar Rama. Namun, belum sempat Rama menutup pintu, suara ketukan pintu dari luar kamar Mawar terdengar.Seketika Rama dan Mawar keluar ke kamar Mawar. Rama dengan cepat membuka pintu kamar tersebut, sedangkan Mawar duduk di kasurnya, seolah sedang memperhatikan Dio yang sedang tertidur.“Kalian sedang apa? Kenapa terlihat panik?” tanya Tian seraya menatap Rama dengan tatapan menyelidik.“Tidak, Om. Itu kami panik karena Dio baru saja tidur, kita takut dia bangun jika mendengar suara ketukan terlalu keras,” jelas Rama.Tian menoleh ke dalam, melihat ke arah tempat tidur bayi yang ada di sana, lalu ia mengangguk pelan.“Saya ke sini hanya untuk menyampaikan bahwa ada tamu untuk Mawar di depan,” ujar Tian.“Iya, nanti Mawar akan turun,” sahut Rama.Tian hanya mengangguk, lalu ia segera pergi dari sana.Sementara itu Rama berbalik badan dan menyuruh Mawar untuk keluar menemui
“Kenapa kamu tidak jujur kepada Ibu bahwa suamimu itu masih seorang mahasiswa?” Eva dan keluarganya yang lain menatap Mawar dengan tatapan tajam.Sebelumnya mereka ada di dekat ruang tamu tersebut, mereka mendengar semua percakapan yang terjadi antara Rama dan Fran tadi.“Rama memang sedang berkuliah dan perbedaan usia kami memang cukup jauh, tetapi apa salah kami menikah jika kami saling mencintai?” tanya Mawar.“Setidaknya jujurlah kepada kami,” ujar Tian.“Jika aku jujur kepada kalian, maka kalian akan semakin menginjak-injak Rama. Dia juga manusia, dia setara dengan kita, lalu kenapa kalian memperlakukannya dengan buruk?” Mawar berbalik menatap keluarganya dengan tatapan tajam.“Seorang laki-laki yang masih berkuliah tidak akan sedewasa laki-laki yang seusia dengan kamu! Banyak resiko yang akan kalian tanggung dalam pernikahan ini, Kakek tidak yakin jika kalian tetap mempertahankan hubungan kalian,” sinis kakek Mawar.“Kalian boleh meragukan Rama, tetapi aku meyakini hubunganku de
“Kamu yakin sudah benar-benar membaik?” tanya Rama seraya membawakan coklat hangat untuk Mawar.Mereka sudah berjanji untuk bertemu di balkon kamar mereka untuk membicarakan tentang kejadian hari ini.Hari sudah malam, waktunya sudah cukup tepat untuk mereka berbicara serius satu sama lain.“Aku tidak mau terlalu memikirkan tentang kejadian tadi, aku juga sudah tidak ingin mengingat Fran. Jadi, aku bisa lebih cepat pulih dari rasa sedih dan emosiku tadi,” sahut Mawar.“Kamu hebat sekali bisa mengontrol emosimu, mengatur kesedihanmu agar tidak berlarut-larut. Aku semakin yakin kalau kamu adalah perempuan yang kuat,” ujar Rama.Mawar hanya tersenyum tipis, lalu ia meminum minuman yang sudah diberikan oleh Rama sebelumnya.“Coklat hangat di malam hari, kamu ingin membuat berat badanku naik?” Mawar menatap Rama dengan tatapan dingin setelah ia merasakan minuman yang ada di gelas tersebut.“Minum satu gelas coklat hangat tidak akan membuat berat badanmu naik 100 kilo, ini hanya untuk menge
Sore ini Rama dan Reynald sudah kembali ke apartemen mereka setelah melewati hari panjang dan penuh dengan penyelesaiaan masalah ini.Mereka berdua langsung duduk di ruang tengah untuk bersantai sejenak dan mengistirahatkan tubuhnya.Saat mereka sedang duduk bersama di sana, Rama bergeser ke sebelah Reynald dan memeluknya dengan erat.“Pah, terima kasih atas segalanya,” ujar Rama.Reynald yang mendapati hal itu pun langsung menatap putranya dengan tatapan bingung.“Selama ini Papah selalu sabar menghadapiku, Papah tidak pernah marah kepadaku, meski perlakuanku kepada Papah sangatlah tidak pantas. Papah tetap berjuang untuk hubungan kita, Papah tidak pernah menyerah menghadapiku. Bahkan, di saat aku berlaku kasar kepada Papah dan menyakiti Papah dalam keadaan tidak sadar, Papah menerimanya dan malah menyayangiku lebih dari sebelumnya,” jelas Rama.“Kamu anak Papah, sudah sepatutnya Papah menyayangimu. Kamu tidak pernah menyakiti Papah,” ucap Reynald.Rama mendongak dan tersenyum kepada
Saat ini Rama dan Reynald sudah berkumpul dengan beberapa klien yang bekerja sama dengan perusahaannya. Mereka semua melakukan rapat tertutup di kantor mereka agar tidak ada orang yang tidak diizinkan masuk ikut dalam rapat tersebut.“Terima kasih karena Bapak-Bapak semua sudah berkumpul dan menyempatkan waktu untuk hadir dalam rapat kali ini. Sebelumnya saya meminta maaf karena mengundang kalian secara dadakan pada rapat kali, sebab ada beberapa hal penting yang harus kita bicarakan,” ujar Reynald langsung membuka pembicaraan.“Pak Reynald tidak akan mengadakan rapat dadakan seperti ini jika keadaannya tidak begitu genting. Untuk itu, Bapak bisa langsung jelaskan saja apa yang sebenarnya terjadi?” Salah satu kliennya menatap penuh tanya.Saat ini semua orang di ruangan itu memasang wajah penasaran dan penuh ketegangan. Pasalnya, rapat tersebut tidak akan diadakan tanpa keadaan mendesak.“Ada berita buruk dari perusahaan kami, salah pimpinan di perusahaan kami, Fran telah melakukan su
Saat ini Rama dan Mawar sedang dalam perjalanan menuju Bandung. Sebentar lagi mereka akan masuk tol untuk pergi keluar kota dan menuju Bandung.Selama perjalanan itu Rama hanya diam dengan tatapan kosong ke depan, sedangkan Mawar fokus menyetir mobil tersebut.Beberapa saat setelahnya tiba-tiba Rama memegang tangan Mawar. “Kita putar balik.”Mawar yang mendengar hal itu tentu langsung menoleh dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Ada masalah apa?” tanya Mawar.“Ada hal yang harus kita selesaikan,” jawab Rama.Mawar yang masih tidak mengerti dengan ucapan Rama pun mengerutkan keningnya dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Di depan kita putar balik saja!” suruh Rama.Mawar yang masih dalam keadaan bingung hanya bisa mengangguk. Ia masih melajukan mobilnya dan saat bertemu dengan tempat putar balik, ia langsung memutar balikan mobilnya dan melajukan kembali mobil tersebut ke arah apartemen tempat Rama tinggal.Saat ini yang bisa Mawar lakukan hanya mengikuti perintah Rama. Ia ti
“Om! Rama ingin tetap pergi untuk menenangkan diri, tetapi Om tenang saja karena aku akan pergi bersama dengannya. Rama sudah berjanji denganku kalau dia mau pergi denganku dan dia akan kembali nantinya jika dia sudah lebih baik,” ujar Mawar.Reynald yang mendapatkan berita baik itu pun langsung tersenyum senang. Akhirnya ada cara untuk membuat putranya kembali memiliki keinginan untuk bertahan.“Om ada sebuah vila di Bandung, kalian bisa pergi ke sana untuk menenangkan diri. Vila itu terletak di desa, jadi suasananya akan jauh lebih tenang dan segar untuk kalian menjernihkan pikiran,” sahut Reynald.“Baiklah, Om. Aku akan membawa Rama ke sana, mungkin aku perlu waktu beberapa hari untuk menenangkan Rama di sana dan nantinya kami akan kembali dan melanjutkan rencana yang sudah kita buat sebelumnya,” ucap Mawar.“Tolong jaga Rama, saat ini hanya kamu yang bisa dekat dan berbicara baik-baik kepadanya. Jadi, bantu Om untuk membuatnya memiliki ambisi untuk hidup dan membuatnya kembali sep
“Rama! Kamu sudah bangun?” Wulan mengetuk-ngetuk pintu kamar Rama.Tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut, sehingga Wulan langsung langsung saja masuk ke dalam kamar tersebut.Wulan masuk ke kamar tersebut dan langsung melihat Rama yang sudah menggunakan pakaian rapi dan membawa tas juga kopernya.“Rama kamu mau ke mana?” Wulan menghampirinya dengan tatapan khawatir.Rama hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya fokus membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di meja kamar tersebut.“Rama, kamu yakin mau pergi? Kamu yakin mau meninggalkan keluargamu ini?” tanya Wulan.Rama masih tidak menjawab, sehingga Wulan langsung memegang tangan Rama dan menahan dirinya untuk berhenti membereskan barang-barang tersebut.“Rama, Tante sudah bilang jika kita harus membicarakan hal ini dulu, kamu tidak boleh langsung pergi seperti ini. Kamu akan membuat papahmu dan semua orang yang dekat denganmu khawatir jika kamu pergi seperti ini,” ujar Wulan.“Aku baik-baik saja,
“Wulan, bagaimana keadaan Rama setelah kamu lakukan pemeriksaan tadi?” tanya Reynald. “Keadaannya cukup parah, sama seperti keadaannya satu tahun lalu,” jawab Wulan. “Tapi, aku menemukan fakta bahwa dia masih memiliki kelemahan untuk kita gunakan agar dia tidak membahayakan dirinya sendiri.”Reynald yang mendengar hal itu langsung menatap Wulan dengan tatapan bertanya. Ia sangat penasaran dengan kelemahan Rama itu.“Dia masih memikirkan kalian, saat aku membahas tentang bagaimana kalian ketika dia pergi, dia terdiam, seolah berpikir mengenai apa yang aku tanyakan. Semua itu menunjukkan bahwa dia masih peduli kepada kalian dan ini kesempatan kita untuk tetap mempertahankannya,” jelas Wulan.“Selanjutnya, langkah apa yang harus aku ambil untuk menangani masalah ini?” tanya Reynald.“Saat ini kita bisa menahan Rama dengan cara kalian yang kembali bergantung kepadanya. Semakin dia merasa dibutuhkan, maka ada kemungkinan dia akan bertahan dan kembali seperti semula,” jelas Wulan. “Yang pa
“Mawar, kamu sudah lama menunggu?” Tasya datang menghampiri Mawar yang sudah menunggunya di sebuah kafe dekat tempat tinggal mereka.“Belum, aku juga baru datang beberapa menit lalu,” jawab Mawar. “Duduklah!”Tasya duduk di sana, lalu ia menatap Mawar dengan tatapan bertanya. Sepertinya ada hal penting yang ingin Mawar bicarakan, sampai ia mengajaknya bertemu.“Kamu tau tentang penyakit mental Rama sebelumnya?” tanya Mawar.“Aku tau, sebab pada saat itu aku sudah ikut dan dekat dengan Pak Reynald,” jawab Tasya.“Sebenarnya apa yang terjadi kepada Rama saat itu? Apa Rama tidak mengingat sedikitpun kejadian tentang hari itu?” tanya Mawar.
“Rama sudah lebih tenang sekarang, Dokter bisa masuk untuk menemuinya,” ujar Edo. “Saya akan berjaga di sini. Panggil saja jika terjadi sesuatu.”“Saya hanya akan mengajak Rama mengobrol baik-baik saja, kalian tenanglah dan jangan masuk dulu sebelum saya izinkan, takutnya itu mengganggu emosi Rama,” ujar seorang dokter perempuan yang merupakan seorang psikiater Rama.“Wulan, saya mohon sembuhkan Rama seperti dulu, saya menaruh harapan besar padamu,” ujar Reynald.“Kamu tenang saja, saya sudah menghadapi Rama sejak dia masih kecil, saya akan coba untuk menyembuhkannya kembali kali ini,” ujar dokter perempuan itu.Reynald mengangguk, lalu ia membiarkan Wulan masuk ke kamar tempat Rama berada.Di dalam sana ia langsung mendekat ke arah Rama yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.“Rama, kamu ingat dengan Tante?” tanya Wulan.Rama menatap Wulan dengan lamat, mencoba mengenalinya, tetapi ia tidak bisa mengingat wajah perempuan yang ada di depannya itu.“Tante temannya ibumu, orang yang
“Mawar, saat ini Om benar-benar takut akan keadaannya. Saat melihatnya menangis dengan wajah yang menunjukkan raut kekacauan, Om takut jika Rama kembali seperti dulu,” ujar Reynald.“Rama pasti akan baik-baik saja, Om, aku yakin. Saat ini dia hanya sedang stres karena terlalu banyak berpikir, jika Om bisa memberikan pengertian kepadanya tentang apa yang ia kira buruk tentang dirinya, aku yakin dia akan perlahan-lahan mengerti dan kembali lagi seperti biasanya,” jelas Mawar.Reynald menarik napas panjang dan tersenyum tipis. “Om mengerti apa yang Rama pikirkan. Selama ini dia menganggap dirinya sudah sangat sempurna dengan semua hal yang dia usahakan untuk adiknya dan untuk dirinya sendiri. Namun, kenyataan bahwa segalanya tidak sesuai sangat menghantam dirinya dan membuatnya kecewa dengan dirinya sendiri.”“Saat ini Rama hanya perlu dukungan dan pengertian, dia yang merasa tidak berguna harus mendapatkan pengakuan bahwa sebenarnya dirinya sudah hebat karena bertahan sejauh ini. Dan, p