Semua Bab JODOHKU TERLIHAT CULUN TERNYATA SEORANG KONGLOMERAT: Bab 51 - Bab 60

73 Bab

PART 8

Dean membawa gue ke dokter kandungan, sesuai pilihan gue, dan gue lebih srek menemui Dokter Sumi. Dokter Sumi menyambut kami dengan ramah."Hei Nyonya Elena, anda terlihat segar hari ini.""Segar kayak sayur ya, Dok. Hijau royo -vroyo," timpal Dean melucu... maunya begitu, tapi kayaknya jayus deh. Kebetulan gue memakai baju warna hijau.Dean menarikkan kursi buat gue sambil sekilas mengelus rambut gue. Dokter Sumi memandang Dean dengan dahi mengerut, tapi dia memutuskan diam saja.Saat memperhatikan layar monitor usg, Dean nampak sangat antusias."Wow, masih seupil gitu ya. Kapan gedenya, Dok?" tanyanya gak sabar.Dokter Sumi tertawa geli, lalu dengan sabar ia menjelaskan, "itu tergantung kriteria yang Adik maksud besarnya seberapa. Ini juga sudah membesar dibanding yang lalu, walau memang bentuknya belum sempurna."Tadi Dokter Sumi manggil Dean apa? Adik? Gak salah tuh?Gue dipanggil nyonya, Dean jadi adik, gak matching banget
Baca selengkapnya

PART 9

Dean mematut tampilannya di depan cermin. Dengan hem model jadul dan celana bahan kain model kuno, tampilan Dean jadi rada antik. Udah gitu, sekarang dia berkumis dan berjenggot.Gue memeluknya dari belakang, dan mengagumi tampilannya."Abah, ganteng banget ih."Dean berjengkit mendengar gue memanggilnya seperti itu. "Kok abah Sih? Aku berasa tua banget, Yang. Kayak aja,” keluhnya."Lo mau dianggap adik gue lagi?" pancing gue.Dean gelagapan."Enggaklah. Tapi aku kan suamimu. Jadi kalau aku dipanggilAbah, kamu seharusnya dipanggil emak dong.”Huekkk.... pengin muntah gue mendengarnya. Jijay!"Tampilan begini kok dipanggil emak? Gak cucok bingitz!" protes gue gusar.Dean memperhatikan penampilan gue... baju jumpsuit, kuncir lima. Imut kan gue?"Yang, ngapain sih kamu kunciran sampai lima?”"Biar imut lagiiii, gue kelihatan lebih mudaan kan?” tanya gue narsis."Hmmmm, lu
Baca selengkapnya

PART 10

Yang namanya Mbak Kinan itü wajahnya doang yang manis, ngomongnya kalem.. tapi kelakuannya amit-amit deh!Gue punya firasat buruk, dan percayalah naluri seorang bumil itü sangatlah tajam. Bagaikan anjing pelacak yang bisa mengendus maksud gak benar. Tapi sayang, Dean gak percaya penilaian gue."Kamu cemburu kan?” tuduhnya semena-mena.”Ck, apaan?! Gue enggak sepicik itu..” kilah gue sebal.Dean tersenyum sumringah, dia nampak senang dicemburui, baginya itü pertanda gue masih cinta dan menggilainya."Jangan berpikiran macam-macam, Yang. Dia itü Mbak Kinan, kakak angkatku. Tepatnya misan jauhku. Saat aku kecil dan yatim piatu dulu, dia yang mengasuhku. Dia sangat baik, sepertimalaikat.. "Tuh kan. Dean jelas mengagung-agungkan perempuan ini!Terus terang gue merasa terancam."Ohya Yang, untuk sementara Mbak Kinan akan tinggal bersama kita. Kamu gak keberatan kan?" Dean bertanya dengan
Baca selengkapnya

PART 11

Gue sedang rebahan di ranjang bersama Dean sambil menonton klip lagu Despacito-nya Justin Bieber."Dean, Bang Bieber ganteng ya. Seksi lagi," komentar gue sembari menatap layar televisi.Dean melirik tak suka. Direbutnya remote TV yang berada di tangan gue untuk mematikannya."Gantengan dan seksian aku lah," timpal Dean narsis, dia sengaja membusungkan dada bidangnya.Seusai mandi malam tadi dia gak kunjung memakai baju, cuma mengenakan handuk yang dililit di pinggangnya. Pasti alamat minta jatah nih.Gue tersenyum geli menyadari kecemburuan Dean yang kolokan. Gue peluk dia sambil mencubit dadanya gemas."Buat gue, lo paling ganteng dan seksi. Barusan yang ngomong anak lo. Kayaknya dia cewek deh, abis suka centil kalau melihat cowok cakep."Jika menyangkut anaknya, hati Dean pasti jadi lembek. Dia enggak marah, malah mengelus perut gue yang mulai membuncit.Kehamilan gue udah jalan 4 bulan lebih, gak berasa ya.."Hai Pri
Baca selengkapnya

PART 12

Gue pergi ke kampus untuk menyetor skripsi Tugas Akhir gue ke dosen Pembimbing. Formalitas aja sih. Secara yang bikin skripsi gue adalah joki gue yang jenius. Dean Prakoso.Hah, tindakan gue laknat banget ya! Please jangan ditiru. Mau bagaimana lagi? otak gue udah karatan kali, kagak bisa diajak kompromi untuk hal-hal yang bersifat ilmiah. Jadi, gue manfaatkan saja kejeniusan laki gue untuk mengerjakan tugas skripsi gue. Mumpung gue punya alasan kuat untuk itu. Dean mana mau mengerjakannya kalau gue gak hamil begini. So, thanks berat buat calon anak gue yang udah memuluskan pelaksanaan siasat licik gue. Yaelah, belum lahiran aja dia udah jadi partner in crime emaknya! Hehehe..Selesai menemui Dosen Pembimbing, gue menuju perpus kampus. Lola ada disana seperti yang disampaikan lewat message-nya. Dan gue menemukan cowok yang duduk disampingnya tertidur dengan kepala bersurai blonde yang disandarkan diatas meja."Ngapain Bule sotoy bobok disini?" cetus gue agak ker
Baca selengkapnya

PART 13

"Mana mungkin? Dia udah ngebet banget kok. Katanya kalau pihak cewek bersedia, sore ini juga dia ingin membawanya pulang."Gue tersenyum sumringah. Itu juga yang gue harapkan! Bawa pergi deh derita gue.. eh, Mbak Kinan itu."Btw kenapa ketemuannya sore sih?" tanya gue heran.Dean belum sampai rumah, nanti dia datang kalau kerjaannya udah kelar."Ya maklumlah, Say. Pihak laki udah uzur. Kalau terlalu malam takut udah letoy, alias ngantuk. Kan dia rabun senja," bisik Tian.UPS, semoga Mbak Kinan gak tahu fakta ini. Mendadak telinga tajam gue mendengar suara klenongan dari ujung telpon Tian."Paan itu?"Tian menahan tawanya."Wait and see, darling. Sabarrrrr.." Ah, what everlah.Gue mematut diri didepan cermin.Emang keganjenan gue. Tiba-tiba pengin dandan memakai kebaya segala, kayak camer yang sedang menunggu calon mantunya aja! Padahal Mbak Kinan dandan biasa aja dengan bajunya yang terkesan kuno itu. Njirrr, semo
Baca selengkapnya

PART 14

Sejak itu gue benar-benar kapok nyomblangin orang!Saat itu, Dean marah guedhhheeee sama gue. Hatinya terbakar api neraka bon cabe level 20! Mungkin kalau bisa dia pengin menggelitiki orang sampe mati kaku. Eh, sinkron gak Sih ucapan gue?! Ah taulah, otak gue dah korslet.Dean mendiamkan gue. Demikian juga terhadap Tian, cowok itu dianggapnya patung. Kami jadi blingsatan melihat Dean yang seperti sedang show tunggal mannequin challenge. Bagaimana gak bingung, selesai memukul orang begitu agresifnya.. eh, dia diam seribu bahasa, duduk mematung sambil memandang tajam kami berdua. Kalau tatapan mata bisa membunuh orang, mungkin kami udah berdarah-darah kaleeee..Gue menyikut Tian. Tian balik menyikut gue. Tatapan kami seakan berbicara.Elo aja, tenangin tuh boss lo..Ck. Dia laki lo! Lo yang maju..Manayang berarti buat Dean? Tangan kanannya apa istrinya?Istrinya ya.. Dengan kesadaran yang datang terlambat, gue melangkah maju. Menghembu
Baca selengkapnya

PART 15

Nguing... Nguing.. Nguing.. Nguing...Sirene ambulan membelah keramaian lalulintas. Dua buah ambulan melaju dengan cepat beriring-iringan hingga memasuki halaman rumah sakit bersalin 'Ibunda'. Dokter Sumi telah Siap menyambut di depan Pintu lobby rumah sakit. Kebetulan dia juga baru datang.Ambulan pertama terbuka, petugas ambulan mengeluarkan brankar didalam ambulan keatas ranjang dorong yang sudah disiapkan rumah sakit. Dokter Sumi mengamati wanita berpakaian daster dengan perut membuncit.Ah, pasti itu pasiennya. Dokter Sumi mengikuti ranjang dorong itu."Nyonya Elena, yang tabah ya! Persalinannya tak lama kok.Paling lambat sekitar sepuluh jam."Wanita berdaster lusuh itu menggeleng berkali-kali, namun sepertinya ia terlalu lemas untuk bisa berbicara."Tenang aja, Nyonya Elena. Record medis saya bagus kok. Paling diantara sepuluh pasien yang gagal satu orang. Jadi kemampuan saya cukup bisa dihandalkan!" tegas Dokter Sumi.W
Baca selengkapnya

PART 16

” Mbak Ena? Dimana ba-bayiku?" Erik bertanya dengan perasaan kacau.Gue memencet bel untuk memanggil perawat dinas. Tak lama kemudian seorang perawat datang dan gue memintanya untuk mengambil bayi gue di ruang bayi.Sepeninggal si perawat, gue berkata pada Erik, "dia cantik.”" siapa mbak?”"Anak lo lah,” sahut gue gemas.Mengapa Erik jadi gak konsen begini? Mungkin dia grogi.”Mbak, jantungku dag dig dug der!"Erik memegang dadanya, mengelus disana seakan ingin menenangkan sesuatu yang berdebar liar didalam situ. Gue memegang kedua tangannya dan meremasnya lembut."Apa lo takut jatuh cinta saat pertama kali melihatnya nanti?" goda gue.Erik mengangguk polos. Duh gayanya sungguhmenggemaskan. Gue jadi teringat pada masa-masa gue hidup berdua bersama Erik di kos kecil kami berdua. Erik menatap gue intens, wajahnya mendekati wajah gue. Bibirnya nyaris menyentuh bibir gue. Jiahhhh, apa g
Baca selengkapnya

PART 17

Kring.. Kring..Hape Erik, eh Dean, berbunyi. Erik tak berinisiatif menyambutnya, lah dia gak merasa memiliki."Erik, angkat hape. Itu punya lo!" perintah gue sambil menunjuk smartphone Dean." Ini mbak?"Erik mengangkat ponselnya setinggi mungkin diataskepalanya. Njirrrrr, gue nyaris lupa betapa gapteknya si Erik, tapi kayaknya sekarang dia semakin gaptek, pakai banget!Gue mendecih kesal."Erik, sambut telponnya! Jangan cuma diangkat begitu!Pencet! Pencet!"" Apa yang dipencet Mbak?" tanya Erik bingung."Hidung lo!" sebut gue asal.Astagah, Erik betul-betul memencet hidungnya sendiri. Bagaimana gue enggak frustasi tingkat dewa melihat keluguannya yang menjurus ke begok itu?!"Yaelah Erik, hapenya yang dipencet! Cari tombol yang ada gambar telpon hijau."Dia memicingkan matanya untuk melihat tombol itu di layar hape, lalu dengan gerakan kaku Erik memencet tombol yang gue maksud itu. Gue mem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status