Sejak itu gue benar-benar kapok nyomblangin orang!
Saat itu, Dean marah guedhhheeee sama gue. Hatinya terbakar api neraka bon cabe level 20! Mungkin kalau bisa dia pengin menggelitiki orang sampe mati kaku. Eh, sinkron gak Sih ucapan gue?! Ah taulah, otak gue dah korslet.
Dean mendiamkan gue. Demikian juga terhadap Tian, cowok itu dianggapnya patung. Kami jadi blingsatan melihat Dean yang seperti sedang show tunggal mannequin challenge. Bagaimana gak bingung, selesai memukul orang begitu agresifnya.. eh, dia diam seribu bahasa, duduk mematung sambil memandang tajam kami berdua. Kalau tatapan mata bisa membunuh orang, mungkin kami udah berdarah-darah kaleeee..
Gue menyikut Tian. Tian balik menyikut gue. Tatapan kami seakan berbicara.
Elo aja, tenangin tuh boss lo..
Ck. Dia laki lo! Lo yang maju..
Manayang berarti buat Dean? Tangan kanannya apa istrinya?
Istrinya ya.. Dengan kesadaran yang datang terlambat, gue melangkah maju. Menghembu
Nguing... Nguing.. Nguing.. Nguing...Sirene ambulan membelah keramaian lalulintas. Dua buah ambulan melaju dengan cepat beriring-iringan hingga memasuki halaman rumah sakit bersalin 'Ibunda'. Dokter Sumi telah Siap menyambut di depan Pintu lobby rumah sakit. Kebetulan dia juga baru datang.Ambulan pertama terbuka, petugas ambulan mengeluarkan brankar didalam ambulan keatas ranjang dorong yang sudah disiapkan rumah sakit. Dokter Sumi mengamati wanita berpakaian daster dengan perut membuncit.Ah, pasti itu pasiennya. Dokter Sumi mengikuti ranjang dorong itu."Nyonya Elena, yang tabah ya! Persalinannya tak lama kok.Paling lambat sekitar sepuluh jam."Wanita berdaster lusuh itu menggeleng berkali-kali, namun sepertinya ia terlalu lemas untuk bisa berbicara."Tenang aja, Nyonya Elena. Record medis saya bagus kok. Paling diantara sepuluh pasien yang gagal satu orang. Jadi kemampuan saya cukup bisa dihandalkan!" tegas Dokter Sumi.W
” Mbak Ena? Dimana ba-bayiku?" Erik bertanya dengan perasaan kacau.Gue memencet bel untuk memanggil perawat dinas. Tak lama kemudian seorang perawat datang dan gue memintanya untuk mengambil bayi gue di ruang bayi.Sepeninggal si perawat, gue berkata pada Erik, "dia cantik.”" siapa mbak?”"Anak lo lah,” sahut gue gemas.Mengapa Erik jadi gak konsen begini? Mungkin dia grogi.”Mbak, jantungku dag dig dug der!"Erik memegang dadanya, mengelus disana seakan ingin menenangkan sesuatu yang berdebar liar didalam situ. Gue memegang kedua tangannya dan meremasnya lembut."Apa lo takut jatuh cinta saat pertama kali melihatnya nanti?" goda gue.Erik mengangguk polos. Duh gayanya sungguhmenggemaskan. Gue jadi teringat pada masa-masa gue hidup berdua bersama Erik di kos kecil kami berdua. Erik menatap gue intens, wajahnya mendekati wajah gue. Bibirnya nyaris menyentuh bibir gue. Jiahhhh, apa g
Kring.. Kring..Hape Erik, eh Dean, berbunyi. Erik tak berinisiatif menyambutnya, lah dia gak merasa memiliki."Erik, angkat hape. Itu punya lo!" perintah gue sambil menunjuk smartphone Dean." Ini mbak?"Erik mengangkat ponselnya setinggi mungkin diataskepalanya. Njirrrrr, gue nyaris lupa betapa gapteknya si Erik, tapi kayaknya sekarang dia semakin gaptek, pakai banget!Gue mendecih kesal."Erik, sambut telponnya! Jangan cuma diangkat begitu!Pencet! Pencet!"" Apa yang dipencet Mbak?" tanya Erik bingung."Hidung lo!" sebut gue asal.Astagah, Erik betul-betul memencet hidungnya sendiri. Bagaimana gue enggak frustasi tingkat dewa melihat keluguannya yang menjurus ke begok itu?!"Yaelah Erik, hapenya yang dipencet! Cari tombol yang ada gambar telpon hijau."Dia memicingkan matanya untuk melihat tombol itu di layar hape, lalu dengan gerakan kaku Erik memencet tombol yang gue maksud itu. Gue mem
Gue segera memutus omongan Erik."Erik! Ngapain Io mengenalkan diri kita ke para bajingan ini?!" tegur gue geram." Lah dia tanya, Mbak. Ya aku jawab toh," sahut Erik lugu.Tepok jidat deh gue! Mana ada orang mau berantem model santun begini?! Ya Erik ini orangnya! Jelas para bajingan itu tertawa mengejek."Neng, kok betah amat Sih menghadapi laki idiot macam begini?! Sama kita aja, Neng. Tanggung lebih bisa muasinDari pada laki idiot ini!"Bangsat!!!Belum sempat gue memaki mereka, orang yang melecehkan gue tadi berteriak kesakitan saat kepalanya disambit dengan sandal butut Erik yang mirip bakiak itu."Adow!! Idiot! Awas lo berani mukul kepala gue sekali lagi..." Pletak!Sandal Erik yang lain telah menjitak kepala orang itu lebih keras lagi. Si Kribo melolong kesakitan."Lo berani ya!!" makinya geram ke Erik." Lho kan Mas yang nyuruh kok," Erik membela dirinya.Gue menoleh pada Erik sambil tersen
Pipi montok itu terlihat begitu menggemaskan. Kenyal dan bersemu merah.Erik menatapnya penuh kekaguman. Tangannya terulur ingin menyentuhnya, tapi dia khawatir kalau tangannya bakal membuat pipi menggemaskan itu kotor atau lecet. Gue tertawa geli melihat Erik duduk di samping baby box, menatap anaknya penuh cinta tapi gak berani menyentuhnya."Pegang aja gapapa, Dik," kata gue padanya." Enggak berani Mbak. Nanti bayinya nangis," sahut Erik lugu."Enggaklah Dik. Dia itu bukan tahu yang mudah hancur bila disentuh," jelas gue.Erik mengangguk." Tapi nanti bayinya kotor kena tanganku, Mbak.""Ya cuci tanganlah dulu. Sana, gih!"Gue mendorong tubuh Erik menjauh dari box bayi. Dia meninggalkannya dengan wajah gak rela. Gue mengikutinya dari belakang.Mia Van Houten mendekati si Erik. Cih, apa perasaan gue doang.. sepertinya Mia lagi CLBK ama Erik ya?" Mas Erik Sayang... eh, Mas Erik aja, ngapain toh?" tanya Mia semb
Saat gue sadar, entah Dean, entah Erik, entah siapa itu, udah gak ada di samping gue. Yang ada hanya Bastian Hutomo. Dia menemani gue di kantor Dean."Tian, mana si...?" gue bingung mesti menyebutnya apa! TapiTian sepertinya udah mengerti."Druno, salah satu alter ego Dean."Tian menatap gue prihatin. Gak ada manusia yang sempurna. Gue tahu itu. Dari luar Dean terlalusempurna. Jenius. Tampan luar biasa. Jago berantem. Tajir. Juga setia. Tapi didalam jiwanya, kepribadiannya pecah berkepingkeping!!Gue menghela napas berat."Tian, ada siapa lagi didalam jiwa Dean?" tanya gue prihatin."Setahu gue gak ada lagi. Dulu gue tahunya cuma Druno. Gue baru tahu tentang Erik baru-baru ini sejak Dean ketemuMudah-mudahan tak ada lagi."Ya, mudah-mudahan gak ada lagi! Karena gue nyaris gila menghadapi semua alter ego Dean.Gue menyandarkan kepala gue ke punggung Tian. Capek banget, hayati.
Gue tahu si Tante sedang merhatiin gue ngobrol dengan Boi, kenalan baru gue di sekolah. Ck! Kepo tuh si Tante."Gue lihat tadi lo datang bareng sama satu cewek cakep. Siapa lo tuh?" tanya Boi."Tante gue," jawab gue pelan."Masih lajang? Gue gak keberatan sama cewek yang lebih tua kalau cakepnya sekaliber itu.""Ya enggaklah! Dia merit sama Om Dean, paman gue. Mereka baru aja punya bayi."Entah mengapa gue gak suka Boi yang berniat menggoda si Tante. Tante itu milik Om Dean, tubuh yang gue pakai ini. dan gue harus ngelindungi properti milik inang gue kan?Bocah itu kagak ngerasa gue udah sejutek ini, dia masih nekat menginterograsi gue."Lo serumah sama dia?""Iya. Urusan apa sama elo?!""Kapan-kapan gue main ke rumah lo ya. Pengin tahu tampilannya di rumah seseksi apa," ucap Boi sambil cengar-cengir mesum.Kampret! Gak tahu diri bener dia. Padahal muka gue rasanya udah garang, tapi Boi sepertinya bukan cowok sensi. Dia terus ngoceh gak karuan."Apa lo pernah mengintip tante lo mandi?
Gue menatap anak gue dengan mata berkaca-kaca. Princess yang awalnya tertawa-tawa langsung diam. Seakan tahu kesedihan emaknya, tangannya terulur memegang pipi gue."Elena.... sayang..."Ah gue pasti lagi mimpi, gue seakan mendengar Dean memanggil nama gue."Itu siapa....?"Gue menoleh dan memperhatikan laki gue dalam balutan jas kamarnya. Pakaian itu milik Dean. Sorot mata itu milik Dean."Dean?" tanya gue penuh harap.Semoga iya itu lo..."Aneh, masa kamu gak mengenal suamimu sendiri?" sindirnya dengan mengernyitkan dahi.OMG! Dean kembali.Gue meletakkan Princess ke ranjang dan langsung memeluk Dean erat. Dean kembali!! Gue pengin menjerit saking hepinya. Gak menyangka, belum sempat gue menyuruh si Dugol terapi..Dean udah balik kandang ke badannya."Dean, lo kembali!! I miss u very much."Gue menyambar bibir Dean, menciumnya penuh kerinduan. Dean balas mencium penuh gairah. Bibirnya melumat, meny