Semua Bab Penyesalan Terdalam Suami Arogan: Bab 111 - Bab 120

194 Bab

Saling Tuntut

“Siapa ini, Wi?” tanya Raka sambil melihat ke arah seseorang yang ada di belakang Dewi.“Tamunya Pak Devan, Pak,” jawab Dewi.Raka melihat ke arah tamu tersebut, “Oh ... ya udah,” jawab Raka lalu dia segera kembali ke ruang kerjanya.Dewi segera mengajak tamu atasannya itu untuk segera masuk ke ruang kerja Devan. Tampak di depan mata Dewi pria tampan itu kini masih sibuk dengan berkas-berkas yang harus segera dia selesaikan sebelum pulang dari kantor.Dewi segera memperkenalkan tamu yang dia bawa pada Devan. Ternyata tamu itu memang sudah memiliki janji dengan Devan sebelumnya.“Terus proposal kemarin yang saya minta mana?” tanya Devan pada pria yang ada di depannya saat ini.“Ini, pak. Saya sudah memperbaiki semuanya dan Pak Samsul mengharapkan jawaban dari Pak Devan secepatnya,” jawab pria itu sekaligus menyampaikan pesan dari atasannya.“Oh, oke. Nanti akan saya pelajari secepatnya. Tapi saya minta maaf, kalau sekarang saya nggak bisa periksa. Saya harus pergi karena ada janji
Baca selengkapnya

Sebuah Tawaran

Devan menjadi kesal setelah dia bertemu dengan pengacara Irene tadi. Dia tidak menyangka kalau Irene akan melakukan hal sejauh ini dan memanfaatkan keadaan yang sebenarnya terjadi karena ulahnya juga.Devan langsung melajukan mobilnya menuju ke kantor Sandra. Dia tidak ingin membuat istrinya itu menunggu terlalu lama, karena dia terlambat pergi setelah dihalangi oleh Bram. Devan langsung menginjak pedal gasnya agar Sandra tidak menunggunya terlalu lama.“Kok lama Mas, kena macet ya?” tanya Sandra ketika dia masuk ke mobil Devan.“Iya, kena macet di kantor,” jawab Devan yang kemudian segera melajukan mobilnya meninggalkan kantor Sandra.“Macet di kantor? Emang di kantor ada apa, Mas?” Sandra ingin tahu.“Gak usah di bahas deh. Lagi nggak mood buat ngebahas ini ... so, nggak usah dibahas dulu ya,” pinta Devan yang menoleh sebentar ke arah Sandra.Sandra melihat ke arah suaminya. Dia memoyongkan bibirnya karena penasaran dengan apa yang dikatakan oleh sang suami. Sepertinya ada suatu
Baca selengkapnya

Devan Berubah

“Itu anak saya,” ucap Hari sambil menunjuk ke suatu arah.Para tamu hari otomatis langsung melihat ke arah di mana saat ini jari telunjuk Hari tertuju. Mereka semua ingin mengetahui siapa sosok putra hari yang selama ini belum pernah mereka lihat.Tampak seorang pemuda sedang berjalan sambil sesekali menyapa orang-orang yang dia lewati. Pria muda itu memakai jas yang dia padukan dengan kemeja dengan dua kancingnya yang sengaja di buka hingga memamerkan dadanya. Macho, kata orang itu adalah gaya cowok yang sangat macho.“Nah ini anak saya, Pak Devan. Ini Niko, putra kedua saya.” Hari memperkenalkan anaknya pada Devan.“Oh ... ini anaknya Pak Hari yang selama ini tinggal di Jerman itu ya, Pak?” tanya Devan mencoba untuk mengingat.“Iya bener, selama ini dia nggak pernah mau pulang ke Indonesia dan milih untuk kerja di sana aja. Terus kakaknya ngasih ide ke saya untuk buatkan perusahaan sendiri yang sesuai dengan bidang kerjanya. Oleh sebab Itu kakaknya membagi perusahaannya agar sebag
Baca selengkapnya

Cemburu Pertama

“Mas,kamu gak lagi cemburu kan?” tanya Sandra yang ingin memastikan perubahan suaminya secara tiba-tiba itu.“Enggak, aku cuma ngantuk,” ucap Devan Berusaha tetap cuek.“Beneran cuma ngantuk?” Sandra tidak percaya“He em.”Sandra masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh suaminya. Namun karena Devan tampak sedang memejamkan matanya, sepertinya pria itu memang sedang tidak ingin diganggu.Sandra akhirnya memilih untuk membiarkan Devan tetap dalam posisi dan keadaan seperti itu. Sandra segera berpindah ke belakang depan untuk ikut berbaring dengan suaminya.Sandra mendekatkan tubuhnya sampai menempel di punggung Devan. Dia memberikan beberapa kecupan ringan sambil melingkarkan tangannya di pinggang sang suami.“Mas, menurut kamu tawarannya Niko tadi bagus nggak?” tanya Sandra sedikit berbisik.“Nggak tahu.” suara Devan mulai berubah menjadi lebih ketus.“Kok nggak tahu sih? Kan kamu udah lama terjun ke bisnis. Jadi pasti tahu mana yang lebih menguntungkan buat aku. Kira-ki
Baca selengkapnya

Libur Dulu

“Nomor siapa ini ya,” ucap Sandra sambil melihat ke arah ponselnya.“Suamimu akan segera masuk penjara!” ucap Sandra membaca pesan yang dikirim oleh nomor yang tidak dia kenal.Sandra melihat layar ponselnya lekat-lekat. Dia sampai memonyongkan bibirnya dan membaca pesan itu berulang-ulang.“Siapa, San?” tanya Siska yang masuk sambil membawa piring berisi tempe goreng.“Nggak tahu Bu, nggak jelas. Masa iya dia kirim pesan cuma bilang kalau sebentar lagi suamimu mau masuk penjara. Suaminya siapa coba? Nomornya aja Sandra nggak kenal,” ucap Sandra yang kemudian segera mengabaikan pesan yang masuk dalam ponselnya.“Gak usah di bales, San. Sekarang sering orang salah kirim kayak gitu. Hati-hati loh, sekarang lagi musim penipuan,” ucap Siska memberikan peringatan.“Iya Bu, ngeri orang sekarang tuh. Makin canggih tapi malah dipakai buat jahatin orang.”“Siapa yang jahatin orang, sayang?” tanya Devan yang baru saja keluar dari kamar.“Enggak kok, Mas. Ini loh ada orang kirim pesan ngga
Baca selengkapnya

Tetap Berusaha Tenang

“Terus gimana kemarin hasil pertemuan kamu?” tanya Devan lagi pada Raka.“Kemarin saya juga sudah sampaikan ke Pak Bram tentang pesan Bapak yang akan menerima tantangan dari Irene. Saya sudah siap untuk menghubungi pengacara kita, agar kita bisa bersiap menerima tuntutan dari Bu Irene. Tapi ternyata ....” Raka melihat ke arah depan dan Sandra secara bergantian.“Tapi kenapa?” tanya Sandra dan Devan hampir bersamaan.“Ternyata Bu Irene memiliki penawaran lain, Bos.”“Penawaran lain?” sahut Sandra dan Devan bersamaan.“Maksudnya penawaran lain tuh gimana?” lanjut Sandra sambil melihat ke arah suaminya.“Saya masih belum tahu, Bu. Tapi menurut pengacaranya Bu Irene itu ... sebenarnya Bu Irene tidak menginginkan hal ini, jadi Pak Bram memberikan opsi lain selain penuntutan,” terang Raka.Devan melanjutkan makannya. Dia tidak memberikan respons lebih pada apa yang disampaikan oleh Raka kepadanya.Devan cukup malas dengan drama Irene yang dia rasa pasti hanya akan berujung menginginka
Baca selengkapnya

Sok Akrab

Brak!“Aduh, maaf,” ucap seseorang yang tidak sengaja menabrak keranjang belanja milik Sandra.Sandra menoleh ke arah si penabrak, “Iya gak papa. Maaf, keranjang saya ngalangin,” ucap Sandra yang menyadari kesalahannya.“Sandra. Kamu Sandra kan?” Sandra melihat ke arah seorang pria yang saat ini sedang berdiri di hadapannya pria tersebut tampak sedang tersenyum ke arahnya meskipun saat ini dirinya masih belum bisa mengingat siapa sosok yang menyapanya itu.Siska melihat ke arah Sandra tampaknya putrinya itu sedang berusaha untuk mengingat orang yang ada di hadapannya, sehingga membuat dirinya juga ingin tahu siapa sosok pria tampan yang belum pernah dia temui selama ini.Siapa San tanya Siska sedikit berbisik.Maaf, Kita pernah ketemu di mana ya Tanya Sandra yang masih belum mengingat juga siapa sosok orang yang tampak mengenalnya itu.Wah ternyata aku nggak diingat. Tapi nggak papa sih karena emang waktu itu kita ketemunya juga cuma sebentar. Kita ketemu di pestanya Papaku Beber
Baca selengkapnya

Tamu Pertama

“San, itu kan ....”Mata Siska menangkap sosok seseorang yang dia kenal juga sedang berada di supermarket yang sama dengan mereka saat ini. Siska langsung menunjuk ke arah orang itu sambil menepuk-nepuk tangan Sandra.Sandra yang merasa dipanggil oleh ibunya pun segera ikut melihat ke arah pandangan mata ibunya tertuju. Senyum sedikit mengembang di bibir Sandra saat dia juga mengenali orang yang dia lihat saat ini.“Mama,” ucap Sandra pelan.“San, Bu Diana, San,” ucap Siska juga.Dia melihat ke kasir. Dia yang baru saja datang itu, kini memilih untuk mendatangi meja kasir tempat menantu dan besannya berada. Sandra segera menyambut kedatangan Diana. Masih ada rasa takut bercampur senang pada perkembangan hubungannya saat ini dengan mama mertuanya itu.“Ma, kok Mama ada di sini?” sapa Sandra.“Kebetulan mampir. Baru jenguk temen yang sakit. Kamu sendiri ngapain di sini? Kamu gak kerja?” tanya Diana pada menantunya.“Sandra tadi agak gak enak badan, Ma. Trus di suruh Mas Devan istira
Baca selengkapnya

Akur

“Oma.”Terdengar suara polos Nathan menyapa Diana, Oma baru bocah kecil itu. Nathan tampak tersenyum lebar ingin berkenalan dengan Oma barunya.Diana menatap ke arah Nathan, cucu yang sudah dipastikan akan menjadi penerus kerajaan Wijaya. Hanya saja sampai saat ini Diana belum sempat berkenalan apa lagi dekat dengan cucu tunggalnya itu.“Nathan sini,” panggil Sandra sambil melambaikan tangannya pada sang putra.Nathan langsung berjalan ke arah mamanya dan melihat ke arah nenek yang selama ini belum pernah dia temui. Sandra langsung meletakkan kedua tangannya di pundak Nathan dan dia pun mengerahkan pandangannya pada mama mertuanya juga.“Ma, ini Nathan ... putra kami.” Sandra memperkenalkan Nathan pada mama mertuanya.“Halo, Oma. Aku Nathan,” celetuk Nathan dengan suara imutnya yang membuat orang semakin gemas.“Halo. Maaf ya, Oma baru bisa ke sini ... soalnya Oma juga banyak kesibukan. Nathan hari ini nggak sekolah?” tanya Diana membalas sapaan cucunya.“Nathan hari ini nggak seko
Baca selengkapnya

Cobalah Mengerti

Tubuh Sandra langsung membeku setelah dia mendengar pertanyaan dari mama mertuanya. Dia tidak menyangka kalau mama mertuanya akan menanyakan suatu hal yang selama ini bahkan tidak pernah terlintas sedikitpun di pikiran Sandra.Wanita yang sudah dinikahi oleh Devan itu hanya mampu menatap nanar ke arah Diana. Dia tidak tahu jawaban seperti apa yang diinginkan oleh Diana keluar dari mulutnya .“Maksud Mama nanya kayak gitu apa ya, Ma?” tanya Sandra ingin tahu.“Ya Mama cuma mau nanya aja. Apa kira-kira kamu bisa melakukan itu. Kayak permintaan Mama itu,” jawab Diana santai seolah dia tidak salah menanyakan hal itu pada menantunya.Sandra menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan. Dia mencoba untuk tetap tenang dalam menanggapi pertanyaan dari mertuanya.Dia harus sedikit memainkan emosinya agar tidak terpancing yang mungkin akan membuat hubungannya dengan Diana menjadi renggang kembali. Sandra ingin menjadi seorang yang bijak di mata mama mertuanya.“Maaf Ma, sebelum Sandra jawab p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status