Home / Pernikahan / Penyesalan Terdalam Suami Arogan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Penyesalan Terdalam Suami Arogan: Chapter 101 - Chapter 110

194 Chapters

Kabar Dari Mbok Darmi

“Mbok Darmi telpon, ada apa ya,” ucap Sandra yang kemudian segera menerima panggilan dari Mbok Darmi. “Halo ... ada apa, Mbok?” tanya Sandra menerima panggilan telepon dari pelayan kepercayaannya. “Bu .... Bu Sandra ....” “Iya Mbok, ada apa?” tanya Sandra yang tidak lagi mendengar suara Mbok Darmi di seberang sana. Sandra tidak lagi mendengar Mbok Darmi bicara dengannya. Samar-samar dia mendengar suara Mbok Darmi sedang berbincang dengan orang lain, namun percakapan mereka tidak begitu terdengar dengan jelas. Sandra memilih untuk menunggu Mbok Darmi melanjutkan lagi panggilan teleponnya sambil masuk ke dalam ruang kerja sang suami. Tampak Raka melihat ke arah Sandra lalu menganggukkan kepalanya untuk sekedar memberi hormat pada istri atasannya itu. “Selamat sore, Bu Sandra,” sapa Raka. Tamu di depan meja kerja Devan juga ikut menoleh, “Eh, Bu Sandra. Selamat sore, Bu.” “Sore,” jawab Sandra ramah sambil terus menempelkan ponsel di tangannya di telinga. “Telpon dari siapa?” tan
Read more

Rumah Sakit

Braak!“Irene!” teriak Devan.Devan langsung bersuara keras memanggil Irene saat dia membuka pintu ruang perawatan Irene. Dia sudah sangat murka, seolah dia ingin langsung membunuh wanita itu.Sandra langsung memegangi sang suami, agar tidak bertindak gegabah. Dia melihat ada seorang dokter dan juga dua orang perawat di dalam ruangan Irene dan tampak sedang memeriksa Irene.“Ibu,” panggil Wati yang juga ada di kamar itu.“Wati, Irene gimana?” tanya Sandra.“Apa Ibu ini keluarganya Bu Irene?” tanya si dokter.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Saya ... saya temannya. Iya ... temannya Irene. Gimana keadaan Irene dan kandungannya, dok?” tanya Sandra.Sandra menoleh ke arah Devan. Dia mengajak Devan untuk mendekati tempat tidur Irene.Namun Devan menolak dan menyuruh Sandra yang mendekat sendirian. Dia memilih untuk berdiri di dekat pintu masuk, karena dia masih emosi dengan kelakuan Irene ini. Sandra mengerti keadaan suaminya. Dia pun kemudian segera berdiri di samping Wati. Tampak Ir
Read more

Sadar

Ceklek.Terdengar suara pintu dibuka dari luar. Semua orang yang ada di dalam kamar Irene segera menoleh ke arah pintu.Diana masuk ke dalam ruang perawatan Sandra dan melihat ke arah tiga orang yang juga sedang melihat ke arahnya itu. Dia kemudian melihat ke arah tempat tidur yang saat ini sedang ditempati oleh Irene.“Mama,” sapa Sandra lalu berdiri untuk memberi salam pada mama mertuanya.Namun sayangnya wanita paruh baya yang juga mama mertua dari Sandra itu hanya diam tanpa melihat ke arah Sandra. Wanita itu berdiri di samping tempat tidur Sandra di sisi yang berbeda dengan Sandra. Dia melihat ke arah Irene yang masih tidur.“Bu Diana, silakan duduk,” ucap Wati sambil membawa kursi untuk Diana.“Wati, Irene kenapa?” tanya Diana.“Bu Irene jatoh di kamar mandi, Bu,” lapor Wati.“Jatuh di kamar mandi.” Diana meninggikan suaranya.“Saya juga gak tau, Bu. Saya pas lagi keluar. Trus gak lama saya denger Bu Irene teriak dari kamarnya,” ucap Wati yang ketakutan.“Wati! Kamu saya ba
Read more

Tenang Dulu Ya

“Bu, di makan dulu rotinya. Ini roti kesukaan ibu kan. Biar dedek bayinya cepet sehat lagi,” ucap Wati sambil memberikan roti yang dia bawa pada Irene.“Apa? Apa kamu bilang ... dedek bayi?” tanya Irene sambil melihat ke arah Wati.Diana dan Wati saling berpandangan. Mereka merasa sedikit heran dengan apa yang dikatakan oleh Irene barusan. Sesuatu yang sangat tidak masuk akal dan terdengar sangat aneh.Diana kemudian segera melihat ke arah Irene. Wanita yang ada di hadapannya itu tampak sedang melihat ke arah melihat ke arah perutnya.“Ren, kamu gak lupa kan kalo kamu lagi hamil sekarang?” tanya Diana dengan sangat hati-hati.Irene mengangkat pandangannya, “Gak Tante, Irene gak lupa. Cuma ....” Irene menggantung kalimatnya.“Cuma apa?” tanya Diana dan Wati hampir bersamaan.“Cuma ... apa dia masih ada?” tanya Irene sambil melihat ke arah perutnya lagi.“Masih ada, Bu. Kandungan Ibu baik-baik saja. Tapi dokter menyarankan agar Ibu beristirahat total beberapa hari di sini demi menj
Read more

Aku Kirim Kamu Ke Neraka!

Braak!!Suara keras terjadi saat ada benturan pintu dan tembok yang ada di kamar Irene. Suara kencang itu langsung membuat orang yang ada di dalam ruangan langsung melihat ke arah pintu untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.Diana yang baru saja berdiri sambil menenteng tas mahalnya itu karena dia akan pergi, kini juga ikut melihat ke arah pintu. Dia melihat ada Devan yang tengah berdiri di depan pintu dengan mata yang tajam melihat ke arah Irene.“Ada apa ini? Kamu kenapa, Van?” tanya Diana yang ikut bingung dengan apa yang terjadi pada putranya.“Dasar wanita busuk! Manusia laknat!” umpat Devan dengan penuh penekanan.“Devan! Kamu kenapa?” tanya Diana lagi yang kini mulai meninggikan suaranya.“Mas udah, Mas. Mas, tenang dulu,” bisik Sandra sambil memegangi dengan kuat lengan Devan.“Sandra, ada apa ini?” Diana semakin bingung.“Anu, Ma ....”Devan langsung berjalan ke arah tempat tidur Irene. Dia sana hanya ada Wati dan Irene yang masih terbaring di atas tempat tidur sambil
Read more

Pesan Dokter

“Devan! Kamu jangan bikin Irene makin stres,” ucap Diana memperingatkan putranya.“Dia yang bikin semuanya jadi kacau, Ma. Dia yang harusnya Mama marahi kenapa dia sampe kepikiran berbuat kayak gini. Jangan-jangan dia memang bukan manusia!” jawab Devan sambil melihat ke arah Irene dengan rahang yang mengetat.“Kamu salah. Aku gak ....”“Diem kamu! Kalo kamu ngomong sekali lagi, bakalan aku sobek mulutmu!” hardik Devan yang memotong ucapan Irene.Irene langsung diam. Dia tidak berani melawan apa yang dikatakan oleh Devan.Sorot mata Devan yang tajam itu seolah mengisyaratkan kalau pria itu serius dengan kata-katanya. Kalau Devan mampu mencekik dirinya di depan semua orang seperti tadi, maka tidak bisa dipungkiri juga kalau mungkin saja Devan juga akan menepati apa kata-katanya tadi.Devan masih sangat kesal dengan apa yang dilakukan oleh Irene hari ini. Dia tidak habis pikir apa yang ada di pikiran wanita itu sampai dia mau membunuh anak dalam kandungannya sendiri. Dia benar-benar b
Read more

Penjagaan Ekstra

Devan membuang nafasnya kasar. Dia menjadi sangat kesal setelah mendengar apa yang dikatakan oleh dokter.Devan tadi bahkan sempat melampiaskan kemarahannya itu dengan memukul dinding kamar hingga melukai buku-buku tangannya yang mengepal erat. Sandra langsung memanggil suster jaga untuk mengobati tangan Devan yang terluka.“San, mendingan kamu ajak Devan pulang dulu. Keadaannya nggak akan baik kalau dia di sini terus,” ucap Diana yang melihat keadaan putranya masih sangat emosi setiap kali dia melihat Irene.“Iya, Ma. Kayaknya emang itu solusinya. Mas, kita pulang dulu ya,” ajak Sandra.“Nggak mau. Aku nggak mau pulang. Aku harus memastikan kalau Irene nggak akan membahayakan anak dalam kandungannya itu. Kalau perlu aku bakalan ikat dia di tempat tidur biar dia nggak bisa gerak sama sekali,” tolak Devan menahan kram pada Irene yang saat ini sudah dalam posisi tidur kembali.“Mama yang bakal jagain Irene di sini. Wati juga ada di sini, emangnya kamu nggak percaya sama Mama?” ucap D
Read more

Pesan Mengejutkan

Derrrtt.Terdengar getaran ponsel yang beradu dengan body dashboard mobil. Sandra segera mencari sumber suara untuk melihat ponsel siapa yang mendapatkan notifikasi.“Ponsel mas Devan ketinggalan,” ucap Sandra yang melihat ponsel suaminya menyala.“Ada pesan dari siapa sih?” ucap Sandra yang segera meraih ponsel itu.Sandra membuka kunci ponsel milik Devan. Pria itu memang sudah memberitahu Sandra kode sandi semua ponsel dan juga kartu-kartu miliknya dan membiarkan Sandra mengaksesnya sendiri. Sandra menarik layar dari atas, untuk melihat notifikasi apa yang tadi masuk ke ponsel suaminya.Sandra mengedipkan matanya beberapa kali karena dia tidak percaya dengan apa yang tertulis di layar ponsel itu. Meskipun hanya sebagian kecil saja yang bisa dia baca, namun bagian terpenting dari pesan itu sudah muncul sehingga membuat Sandra tanpa sadar menarik dua sudut bibirnya membentuk sebuah senyum yang perlahan namun pasti senyum itu menjadi semakin lebar.“Mama. Serius ini mama yang kirim,”
Read more

Kesempatan Datang

Pagi ini rombongan dokter sudah masuk ke kamar rawat Irene. Mereka tersenyum melihat Irene yang tampaknya semakin stabil keadaannya, karena sejak kemarin malam tidak ada panggilan yang meminta bantuan tentang pendarahan lagi. Sepertinya Irene sudah tenang dan benar-benar tidak banyak bergerak lagi, yang akan menyulitkan dirinya sendiri.“Selamat pagi, Bu Irene,” sapa dokter kandungan yang menangani Irene.“Pagi, Dok,” jawab Irene sambil menggerak-gerakkan lehernya.“Gimana kabarnya hari ini, Bu? Apa semalam bisa tidur nyenyak?”“Bisa, Dok. Lumayan lah,” sahut Irene asal dengan sedikit ketus.“Pendarahannya gimana, Sus? Apa masih banyak?”“Sudah mulai berhenti, Dok. Pagi tadi saat saya ganti pembalutnya, darahnya juga sudah tidak banyak lagi. Saya harap hari ini akan berhenti,” lapor suster jaga yang membantu merawat Irene.“Baguslah. Perutnya masih sakit, Bu?” tanya dokter lagi.“Gak sih. Udah biasa aja.” Irene semakin ketus.“Bu Irene kemaren makannya banyak, Dok. Trus gak ba
Read more

Konsultasi

“Apa? Apa kamu bilang?” tanya Bram yang kaget dengan apa yang dikatakan oleh Irene.“Aku mau tuntut Devan. Aku mau penjarakan dia,” ucap Irene mempertegas kata-katanya lagi.“Ren, kamu kenapa lagi sih? Kan udah aku bilang, gak mudah lawan orang kayak Deva. Dia orangnya duitnya banyak banget. Dan kamu tau sendiri gimana keadilan di negara ini kalo udah ngelawan orang yang berduit.” Bram mencoba untuk menyadarkan Irene.“Aku gak mau tau. Pokoknya kamu harus jadi pengacaraku. Liat ini,” ucap Irene sambil mengangkat lehernya dan menunjukkan bekas luka yang ada di lehernya.“Hah! Kenapa ini?” tanya Bram sedikit kaget.Bram melihat ada jejak kemerahan di leher Irene yang berkulit putih itu. Jejak itu amat terang sampai bisa memperlihatkan guratan berwarna merah yang saat ini belum terlalu legam warnanya.Bram berdiri lalu mendekat ke arah Irene. Dia ingin memastikan kalau itu adalah memar yany sesungguhnya, bukan hanya sebuah tipuan make up, seperti yang biasa Irene lakukan.“Ini ulah D
Read more
PREV
1
...
910111213
...
20
DMCA.com Protection Status